كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ PECINTA RASULULLAH.COM menyajikan artikel-artikel faktual sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi demi kelestarian aswaja di belahan bumi manapun Terimakasih atas kunjungannya semoga semua artikel di blog ini dapat bermanfaat untuk mempererat ukhwuah islamiyah antar aswaja dan jangan lupa kembali lagi yah

Jumat, 30 November 2012

SAQIFAH BANI SA'IDAH



By Kaheel Baba Naheel


Dulu tempat ini sudah pernah aku posting disini:

http://goo.gl/CXyDu



Tempat ini mempunyai sejarah yang berhubungan dengan di pilihnya Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq ra sebagai Khalifah pertama sepeninggal Nabi sholollohu alaihi wa sallam.

Dugaanku tempat ini tidak akan lama lagi akan menjadi halaman atau masjid Nabawi karena masuk pada peta proyek pelebaran Nabawi yang akan dilakukan entah mulai kapan.

Demikian baba naheel melaporkan

Sumber: http://goo.gl/jV4g7
Baca Selanjutnya

Rabu, 28 November 2012

PENTINGNYA KITA BERMAHZAB UNTUK MENJAGA SANAD KEGURUAN YANG BERSAMBUNG HINGGA BAGINDA RASULULLAH SAW



BerMahzab itu adalah untuk menjaga sanad keguruan kita agar tidak terputus dari Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ,..Imam 4 Mahzab adalah salafussoleh .. Salafussoleh adlh 3 generasi terbaik yg dibangga-banggakan Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam s

ebagaimana dijelaskan dlm sebuah Hadist luhur Beliau Baginda Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam bersabda :

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

A. GENERASI SALAFUSSOLEH

1. Sahabat Yang Mulia Khalifah ar-Rasyidin :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib

2. Sahabat yang mulia Al-Abadillah :
• Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• Ibnu Mas’ud
• Aisyah binti Abubakar
• Ummu Salamah
• Zainab bint Jahsy
• Anas bin Malik
• Zaid bin Tsabit
• Abu Hurairah
• Jabir bin Abdillah
• Abu Sa’id Al-Khudri
• Mu’adz bin Jabal
• Abu Dzarr al-Ghifari
• Sa’ad bin Abi Waqqash
• Abu Darda’

3. Para Tabi’in :
• Sa’id bin Al-Musayyab wafat 90 H
• Urwah bin Zubair wafat 99 H
• Sa’id bin Jubair wafat 95 H
• Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
• Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
• Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H
• Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
• Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq
• Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
• Muhammad bin Sirin wafat 110 H
• Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
• Nafi’ bin Hurmuz wafat 117 H
• Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H
• Ikrimah wafat 105 H
• Asy Sya’by wafat 104 H
• Ibrahim an-Nakha’iy wafat 96 H
• Aqamah wafat 62 H

4. Para Tabi’ut tabi’in :
• Malik bin Anas wafat 179 H
• Al-Auza’i wafat 157 H
• Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
• Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
• Syu’bah ibn A-Hajjaj wafat 160 H
• Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:
• Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H
• Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
• Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H
• Yahya bin Sa’id Al-Qaththan wafat 198 H
• Imam Syafi’i wafat 204 H

6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :
• Ahmad bin Hambal wafat 241 H
• Yahya bin Ma’in wafat 233 H
• Ali bin Al-Madini wafat 234 H
• Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H
• Ibnu Rahawaih Wafat 238 H
• Ibnu Qutaibah Wafat 236 H

Sanad Keguruan Beliau bersambung Hingga baginda rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam

B. MAHZAB IMAM SYAFI'I

Nasab Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf bin Qushay. Abdul Manaf bin Qusyai yang menjadi kakek ke-9 Imam Syafi’I adalah Abdul Manaf bin Qushai yang juga menjadi kakek ke-4 Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa silsilah Nabi Muhammad adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Marah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Quzaiman bin Mudrikah bin Ilyas, bin Ma’ad bin Adnan sampai kepada Nabi Ismail as dan Nabi Ibrahim as.

Maka jelaslah bahwa silsilah Imam Syafi’i bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad SAW.

Adapun dari pihak Ibu, Fatimah binti Abdmullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ibu Imam Syafi’i adalah cucu dari cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, menantu, sahabat Nabi dan Khalifah ke-4 yang terkenal. Sepanjang sejarah telah ditemukan bahwa Said bin Abu Yazid, kakek Imam Syafi’I ke-5 adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi baik dilihat baik dari segi nasab maupun dari segi keturunan ilmu, maka Imam Syafi’i Rahimahullah adalah kerabat Nabi Muhammad SAW.

Gelar “asy-Syafi’i” dari Imam Syafi’i rahimahullah diambil dari kakek ke-4 beliau yaitu Syafi’ib in Saib.



C. ULAMA-ULAMA SALAF MAHZAB IMAM SYAFI'I

-al-Imam al-Humaidi (w. 219 H)

Nama lengkap beliau adalah ‘Abdullah bin Zuber bin ‘Isa, Abu Bakar Al-Humaidi. Beliau adalah juga murid langsung dari Imam Syafi’i. Beliaulah yang membawa dan mengembangkan Mazhab Syafi’I ketika di Makkah, sehingga beliau diangkat menjadi Mufti Makkah.

Inilah di antara 11 orang murid-murid langsung dari Imam Syafi’i yang kemudian menjadi Ulama’ Besar dan tetap teguh memegang Mazhab Syafi’i. Maka dengan perantaraan beliau-beliau inilah Mazhab Syafi’i tersiar luas ke pelusuk-pelusuk dunia Islam terutama ke bahagian Timur dari Hijaz, iaitu Iraq, ke Khurasan, ke Maawara An-Nahr, ke Azerbaiyan, ke Tabristan, juga ke Sind, ke Afghanistan, ke India, ke Yaman dan terus ke Hadhramaut, ke Pakistan, India dan Indonesia.

Beliau-beliau ini menyiarkan Mazhab Syafi’i dengan lisan dan tulisan. Selain dari itu ada dua orang murid Imam Syafi’i yaitu Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241H) yang kemudian ternyata membentuk satu aliran dalam fiqih yang bernama Mazhab Hanbali. Yang kedua Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Hakam , seorang Ulama’ murid langsung dari Imam Syafi’i yang ilmunya tidak kalah dari Al-Buwaiti. Beliau ini pada akhir umurnya berpindah ke Mazhab Maliki dan wafat dalam tahun 268H. di Mesir.

Ulama’-ulama’, murid yang langsung dari Imam Syafi’i ini boleh dinamakan Ulama’-ulama’ Syafi’iyah, iaitu Ulama’-ulama’ Syafi’iyah tingkatan pertama. Ada tingkatan kedua, iaitu Ulama’- ulama’ Syafi’iyah yang wafat dalam abad ketiga juga, tetapi tidak belajar kepada Imam Syafi’i sendiri, melainkan kepada murid-murid Imam Syafi’i . Ulama’-ulama’ itu adalah : Ahmad bin Syayyar Al-Marwazi, Imam Abu Ja’far At-Tirmizi, Abu Hatim Ar-Razi, Imam Bukhari, Al-Junaid Baghdad, Ad-Darimi, Imam Abu Daud dan lain-lain.

Sebelas murid-murid langsung dari Imam Syafi’i adalah Imam Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi, Al-Buwaiti, Al-Muzani, Harmalah At-Tujibi, Az-Za’farani, Al-Karabisi, At-Tujibi, Muhammad bin Syafi’i, Ishaq bin Rahuyah dan Al-Humaidi Wafat di Makkah pada tahun 219H

- al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H)

Nama Lengkap beliau adalah Abu Ya’kub bin Yusuf bin Yahya al-Buwaiti, lahir di desa Buwaiti (Mesir) wafat 231 Hijriyah. Beliau adalah murid langsung dari Imam Syafi’I rahimahullah, sederat dengan ar-Rabi’i bin Sulaiman al-Muradi.

Imam Syafi’I berkata ; “Tidak seorangpun yang lebih berhak ata kedudukanku melebihi dari Yusuf bin Yahya al-Buwaiti ” dan Imam Syafi’I berwasiat jika beliau wafat maka yang akan menggantikan kedudukan beliau mengajar adalah al-Imam Buwaiti ini.

Beliau menggantikan Imam Syafi’I berpuluhan tahun dan pada akhir umur hidup beliau ditangkap kerena persoalan “fitnah Qur’an” yaitu tentang apakah al-Qur’an itu makhluk atau tidak, yang digerakkan oleh kaum Muktazilah. Akhirnya al-Imam Buwaiti ditangkap oleh Khalifah yang pro terhadap paham Muktazilah, lalu dibawa dengan ikatan rantai ditubuhnya ke Baghdad. Beliau wafat dipenjara pada tahun 231 Hijriyah. Beliau syahid karena mempertahankan kepercayaan dan i’tiqad beliau yaitu I’tiqad kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mempercayai bahwa al-Qur’an itu adalah kalamullah yang Qadim, bukan “ciptaan Allah” (Makhluk).

- al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H)

Nama lengkap beliau adalah Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim yang terkenal dengan nama Ibnu Rahuyah. Lahir tahun 166 H. wafat tahun 238H. Beliau belajar fiqih kepada Imam Syafi’i yang terkenal. Bukan saja dalam ilmu fiqih tetapi juga dalam ilmu Hadits. Imam bBukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Ahmad bin Hanbal, banyak mengambil hadits kepada Ishaq bin Rahuyah ini. Imam Nasa’i mengatakan bahawa Ibnu Rahuyah adalah “Tsiqqah”, yaitu “dipercayai”.

- al-Imam Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H)

Muhammad bin Syafi’i, gelar Abu Utsman Al-Qadi. Beliau adalah anak yang tertua dari Imam Syafi’i. Pada akhir usia beliau, menjabat kedudukan Qadi di Jazirah dan wafat di situ tahun 240H.

- al-Imam al-Karabisi (w. 245 H)

Nama lengkap beliau adalah Imam Abu ‘Ali, Husein bin ‘Ali Al-Karabisi. Beliau juga seorang murid langsung dari Imam Syafi’i sesudah terlebih dahulu menganut ajaran Imam Abu Hanifah (Hanafi) dan kemudian masuk dalam Mazhab Syafi’i, beliau adalah menjadi tiang tengah dalam menegakkan fatwa dan aliran-aliran Imam Syafi’i.

- al-Imam at-Tujibi (w. 250H)

Ahmad bin Yahya bin Wazir bin Sulaiman At-Tujibi. Beliau adalah seorang Ulama’ yang belajar langsung dalam ilmu bfiqih kepada Imam Syafi’i. Meninggal dan bermaqam di Mesir.

- al-Imam al-Muzani (w. 264 H)

Pengarang kitab Mukhtashar Muzanni ini, bisa di [baca selengkapnya disini].

- al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H)

Nama lengkapnya Harmalah bin Yahya Abdullah At-Tujibi, murid Imam Syafi’I Rahimahullah. Beliau adalah ulama besar penegak madzhab Syafi’i yang menyusun kitab-kitab Imam Syafi’i. Didalam madzhab Syafi’I terkenal kitab Harmalah yaitu kitab karangan Imam Syafi’I rahimahullah yang disusun oleh murid beliau yaitu Harmalah bin Yahya.

Selain ahli Fiqh Syafiyyah yang terkenal, beliau juga juga ahli Hadits yang menghafal hadits-hadits Nabi. Khabarnya beliau telah menghafal 10.000 hadits Nabi. Diantara ahli hadits yang menjadi murid dari Harmalah, diantaranya adalah Imam Muslim, Imam Ibnu Qutaibah, Imam Hasan bin Sofyan dan lain-lain.

- al-Imam Bukhari (w. 256 H)

Nama lengkap beliau Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughitah bin Bardizbah Al-Jufri Al-Bukhari. Lahir tahun 194 H. di Bukhara Asia Tengah. Sejak kecil beliau sudah menghafal Al-Qur’an di luar kepala dan sangat menyukai mencari dan mendengar Hadits-hadits Nabi. Kemudian selama 16 tahun beliau menyusun dan mengarang kitab sohihnya yang berjudul kitab “Sohih Al-Bukhari”.

Beliau selalu mengedar ke daerah-daerah dan kota-kota negeri Islam ketika itu. Beliau belajar Hadits di negerinya dan kemudian pergi ke Balkha, ke Marwa, ke Nisabur, ke Rai, ke Basrah, ke Kufah, ke Makkah, ke Madinah, ke Mesir, ke Damaskus, ke Asqalan dan lain-lain.

Perjalanan beliau ini adalah dalam rangka mencari ulama’-ulama’ yang menyimpan hadits dalam dadanya untuk dituliskannya di dalam kitab yang ketika itu sangat kurang sekali. Kitab Sohih Bukhari itu adalah kitab agama Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Hadits-hadits di dalamnya menjadi sumber hukum yang kuat dalam fiqih (hukum) Islam. Pada mulanya beliau sampai menghafal hadits sebanyak 600,000 hadits yang diambilnya dari 1,080 orang guru, tetapi kemudian setelah disaring dan disaringnya lagi, maka yang dituliskannya dalam kitab Sohih Bukhari hanya 7,275 hadits. Kalau disatukan hadits yang berulang-ulang disebutnya dalam kitab itu, jadinya berjumlah 4,000 hadits yang kesemuanya hadits sohih dan diterima oleh seluruh dunia Islam, terkecuali oleh orang yang buta mata hatinya.

Di antara guru beliau dalam fiqih Syafi’i adalah Imam Al-Humaidi, sahabat Imam Syafi’i yang belajar fiqih daripada Imam Syafi’i ketika berada di Makkah Mukarramah.

Juga beliau belajar fiqih dan Hadits daripada Za’farani, Abu Thur dan Al-Karabisi, ketiganya adalah murid Imam Syafi’i. Demikianlah diterangkan oleh Imam Abu ‘Asim Al-Abbadi dalamkitab “Tobaqat”nya. Beliau tidak banyak membicarakan soal fiqih, tetapi hampir semua pekerjaan beliau berkisar kepada hadits-hadits saja yang tidak mengambil hukum dari hadits-hadits itu. Ini suatu bukti bahawa beliau bukan Imam Mujtahid, tetapi ahli hadits yang di dalam furu’ Syari’at beliau menganut Mazhab Syafi’i.

Di dalam kitab “Faidhu Qadir” syarah Jamius Saghir pada juzu’ I halaman 24 diterangkan bahawa Imam Bukhari mengambil fiqih daripada Al-Humaidi dan sahabat Imam Syafi’i yang lain. Imam Bukhari tidak mengambil hadits daripada Imam Syafi’i kerana beliau meninggal dalam usia muda, tetapi Imam Bukhari belajar dan mengambil hadits daripada murid-murid Imam Syafi’i.

Tetapi sesungguhnya begitu, di dalam kitab Sohih Bukhari ada dua kali Imam Syafi’i disebut, iaitu pada bab Rikaz yang lima dalam kitab Zakat dan pada bab Tafsir ‘Araya dalam kitab Buyu’. (Lihat Fathul Bari juzu’ IV, halaman 106 dan pada juzu’ V halaman 295)

- al-Imam az-Za’farani (w. 260 H)

Nama lengkap beliau adalah al-Imam Hasan bin Muhammad as-Sabah az-Za’farani. Lahir didusun az-Za’farani dan pindah ke kota Baghdad, disana beliau belajar kepada al-Imam Syafi’I Rahimahullah. Al-Imam az-Za’farani adalah murid langsung dari Imam Syafi’i.

Imam Bukhari, seorang ahli hadits yang terkenal banyak mengambil hadits dari al-Imam Za’farani namun beliau tidak menjadi mujtahid Fiqh. Beliau tetap memegang madzhab Imam Syafi’i. Dari beliau ini mengalir madzhab Imam Syafi’I kepada Imam Bukhari sehingga beliau menganut madzhab imam Syafi’I dalam syariat dan Ibadah.

- al-Imam Muslim (w. 261 H)

Beliau adalah Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, yang lebih dikenal dengan Imam Muslim. Dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.

Beliau juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima Hadits dari beliau ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadits shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadits ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli Hadits. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya

Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Musli
Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits)
Kitab al-Asma wal-Kuna
Kitab al-Ilal
Kitab al-Aqran
Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
Kitab al-Muhadramin
Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
Kitab Auladish-Shahabah
Kitab Auhamil-Muhadditsin

- al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H)

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Syayyar bin Ayub Abu Hasan Al-Marwazi. Beliau adalah murid dari Ishaq bin Rahuyah dan Ulama’- ulama’ Syafi’i yang lain, ulama’-ulama’ seperti Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Imam Bukhari dan lain-lain, mengambil ilmu kepada beliau. Syeikh Ahmad bin Syayyar yang membawa dan memajukan Mazhab Syafi’i ke Marwin, ke Ghazanah di India, ke Afghanistan dan lain-lain. Beliau adalah pengarang kitab “Tarikh Marwin”.

- al-Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H)

Beliau adalah murid langsung dari Imam Syafi’i Rahimahullah, dibawa dari Baghdad sampai ke Mesir. Lahir tahun 174 Hijriyah dan wafat pada tahun 270 Hijriyah. Beliau inilah yang membantu Imam Syafi’I menulis kitabnya al-Umm dan kitab ushul Fiqh pertama didunia yaitu kitab ar-Risalah al-Jadidah.

Berkata Muhammad bin Hamdan, “saya datang ke kediaman Rabi’I pada suatu hari, dimana didapati didepan rumahnya 700 kendaraan membawa orang yang datang mempelajari kitab Syafi’i dari beliau”.

Ini merupakan bukti bahwa al-Imam ar-Rabi’I ibnu Sulaiman al-Muradi adalah seorang yang utama, penyiar dan penyebar madzhab Syafi’i dalam abad-abad yang pertama. Disebutkan dalam kitab al-Majmu’ halaman 70, kalau ada perkataan “sahabat kitab ar-Rabi’i” maka maksudnya ar-Rabi’i Sulaiman al-Muradi. Didalam kitab al-Muhzab, tidak ada ar-Rabi’I selain ar-Rabi’I ini, kecuali ar-Rabi’I dalam masalah menyamak kulit yang bukan ar-Rabi’I ini melainkan ar-Rabi’I bin Sulaiman al-Jizi. (Beliau juga adalah sahabat Imam Syafi’i).

- al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H)

Nama beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini . Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadhan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadits dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadits dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab ini sebelumnya tidak mempunyai tingkatan atau tidak termasuk dalam kelompok kutubus sittah (lihat di bagian hadits) karena dalam kitabnya ini terdapat hadits yang dlaif bahkan hadits munkar. Oleh karena itu para ulama memasukkan kitab Al Muwaththa karya Imam Malik dalam kelompok perawi yang lima (Al Khamsah). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama yang pertama kali mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah kedalam kelompok Al Khamsah itu adalah Abul Fadl bin Thahir dalam kitabnya Al Athraf, kemudian Abdul Ghani dal kitabnya Asmaur Rijal

- al-Imam Abu Daud (w. 276 H)

Nama lengkap beliau adalah Sulaimam bin Asy’ats bin Ishak As-Sijistani , yang kemudian terkenal dengan Imam Abu Daud saja. Beliau berasal dari Sijistan sebuah desa di India, lahir pada tahun 202H. Seorang ulama’ ilmu hadits yang terkenal, yang kitabnya “Sunan Abu Daud” termasuk kitab hadits yang enam, iaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Tirmizi. Selain dari itu beliau adalah ahli fiqih Syafi’i, yang dipelajarinya dari Ishaq Ibnu Rahuyah dan lain-lain ulama’ Syafi’iyah.

- al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H)

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin Munzir bin Daud bin Mihran. Abu Hatim Ar-Razi , lahir tahun 195H. beliau adalah seorang Ulama’ Syafi’iyah yang besar, yang mengatakan bahawa beliau telah berjalan kaki mencari hadits pada tingkat pertama sepanjang 1,000 farsakh. Beliau berjalan kaki dari Bahrin ke Mesir, ke Ramlah di Palestina, ke Damaskus, ke Intakiah, ke Tarsus, kemudian kembali ke Iraq dalam usia 20 tahun. Di antara guru beliau dalam fiqih ialah Yunus bin ‘Abdul A’ala , iaitu sahabat-sahabat Imam Syafi’iyah

- al-Imam ad-Darimi (w. 280 H)

Nama lengkap beliau adalah ‘Utsman bin Sa’id bin Khalid bin Sa’id As-Sijistani Al-Hafiz Abu Sa’ad Ad-Darimi. Beliau seorang ahli hadits yang terkenal dan juga ahli fiqih Syafi’i. Beliau belajar fiqih daripada sahabat-sahabat Imam Syafi’i yaitu Al-Buwaiti dan juga daripada Ishak bin Rahuyah. Beliau mengarang kitab hadits besar bernama “Musnad Darimi” dan juga mengarang kitab untuk menolak Bisyir Al-Marisi, Imam Mu’tazilah.

- Imam Abu Ja’far at-Tirmidzi (w. 295 H)

Nama lengkap beliau ini adalah Muhammad bin Ahmad bin Nasar, Abu Ja’far At-Tirmizi . Beliau adalah seorang Ulama’ Besar Syafi’iyah di Iraq sebelum masanya Ibnu Surej. Beliau mengarang sebuah kitab dengan judul “Kitab Ikhtilaf Ahlis Salat” dalam usuluddin.

- al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H)

Nama lengkap beliau, ‘Abdul Qasim Junaid bin Muhammad bin Junaid Al-Baghdadi. Beliau adalah seorang ahli tasawuf besar yang sampai sekarang masyhur namanya dalam dunia Islam. Beliau belajar ilmu fiqih daripada Abu Thur Al-Kalibi (murid Imam Syafi’i ) dan dalam usia 20 tahun sudah berfatwa.

KURUN KE-EMPAT HIJRIYAH

al-Imam an-Nasa’i (w. 303 H)
al-Imam at-Thabari (w. 305 H)
al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H)
al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H)
al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H)
al-Imam as-Su’luki (w. 337 H)
al-Imam al-Asy’ari (w. 324 H)
al-Imam Abu Ishaq al-Marwazi (w.340 H)
al-Imam Ibnu Abi Hurairah (w. 345 H)
al-Imam al-Mus’udi (w. 346 H)
al-Imam Abu Saib al-Marwazi (w. 362 H)
al-Imam Abu Hamid sl-Marwazi (w. 362 H)
al-Imam as-Sijistani (w. 363 H)
al-Imam al-Qaffal al-Kabiir (w. 365 H)
al-Imam ad-Dariki (w. 375 H)
al-Imam Ibnu Abi Hatim (w. 381 H)
al-Imam al-Daruquthni (w. 385 H)
al-Imam al-Jurjani (w. 393 H)

KURUN KE-LIMA HIJRIYAH

al-Imam al-Baqilani (w. 403 H)
al-Imam Hakim [Hakim al-Naisaburi] (w. 405 H)
al-Imam al-Asfaraini (w. 406 H)
al-Imam as-Sinji (w. 406 H)
al-Imam Ibnu Mahamili (w. 415 H)
al-Imam ats-Tsa’labi (w. 427 H)
al-Imam al-Mawardi (w. 450 H)
al-Imam al-Baihaqi (w. 458H)
al-Imam al-Haramain (w. 460H)
al-Imam al-Qusyairi (w. 465H)
al-Imam asy-Syirazi (w. 476 H)
al-Imam al-’Aziz (w. 494 H)
al-Imam at-Thabari (w. 495 H)

KURUN KE-ENAM HIJRIYAH

al-Imam al-Kayahirasi (w. 504 H)
al-Imam al-Ghazali (w. 505 H)
al-Imam Abu Bakar asy-Syasyi al-Qaffal (w. 507 H)
al-Imam al-Baghawi (w. 510 H)
al-Imam Syahrastani (w. 548 H)
al-Imam Abul Husain Yahya al-Amrani al-Yamani (w. 558 H)
al-Imam Syihabuddin Abu Syuja’ (w. 593 H)

KURUN KE-TUJUH HIJRIYAH

al-Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam (w. 606 H)
al-Imam ar-Razi (wafat 606 H)
al-Imam Ibnu Atsir (w. 606 H)
al-Imam Ibnu Shalah (w. 643 H)
al-Imam ar-Rafi’i (w. 623 H)
al-Imam an-Nawawi (w. 676 H)

KURUN KE-DELAPAN HIJRIYAH

al-Imam Taqiyuddin Ibnu Daqiqil ‘Id (w. 702 H)
al-Imam Zamlukani (w. 727 H)
al-Imam Taqiyuddin as-Subki (w. 756 H)
al-Imam Tajuddin Subki (w. 771 H)
al-Imam Ibnu Katsir (w. 774 H)
al-Imam Zarkasyi (w. 794 H)

KURUN KE-SEMBILAN HIJRIYAH

al-Imam al-Mahalli (w. 835 H)
al-Imam Ibnu Mulaqin (w. 804 H)
al-Imam Ibnu Ruslan (w. 844 H)
al-Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani (w. 852 H)
al-Imam al-Husaini al-Hishni (w. 829 H)
al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Manhaji al-Qahari (w. 880 H)

KURUN KE-SEPULUH HIJRIYAH

al-Imam as-Suyuthi (w. 911 H)
al-Imam Abdullah bin Abdurramah Bafadlal al-Hadlrami (w. 918 H)
al-Imam Qasthalani (w. 923 H)
al-Imam Zakaria al-Anshari (w. 926 H)
al-Imam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H)
al-Imam Khatib Syarbaini (w. 977 H)
al-’Allamah Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari (w. 987 H)
al-Imam Ahmad ‘Umairah (w. 957 H)

KURUN KE-SEBELAS HIJRIYAH

al-Imam ar-Ramli (w. 1004 H)
al-Imam ar-Raniri (w. 1068 H)
al-Imam Ahmad Salamah al-Qalyubi (w. 1069 H)
Imam-Imam lainnya pada abad ini sebenarnya banyak.

KURUN KE-DUA BELAS HIJRIYAH

al-Habib ‘Abdullah ibn ‘Alwi al-Haddad (w. 1132 H)
Syaikh Sayyid Ja’far al-Barzanji (W. 1184 H)

KURUN KE-TIGA BELAS HIJRIYAH

al-Imam asy-Syarqawi (w. 1227 H)
al-Imam al-’Allamah Syaikh Sulaiman al-Jumal (w. 1204 H)
al-Imam al-Bujairami al-Mishri (w. 1221 H)
Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1227 H)
Syaikh asy-Syanwani (w. 1233H)
Syaikh Abdus Samad al-Falembani/Palembang
Syaikh Daud ‘Abdullah al-Fathani (w. 1265 H)
al-Imam Al-Bajuri (w. 1276 H)

KURUN KE-EMPAT BELAS HIJRIYAH

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Makkah (w. 1304 H)
Syaikh al-Bakri Syatha ad-Dimyathi (w. 1302 H)
Syaikh an-Nawawi al-Bantani al-Jawi (W. 1316 H)
Syaikh Muhammad Khalil al-Maduri [Bangkalan]
Syaikh Wan Ali Kutan (w. 1331 H)
Syaikh Utsman Betawi (w. 1333 H)
Syaikh Ahmad Khatib (w. 1334 H)
Syaikh Utsman Senik (w. 1336 H)
al-’Allamah az-Zuhri al-Ghamrawi (w. 1337 H)
Syaikh Utsman as-Saraqawi (w. 1339 H)
Syaikh Muhammad Sa’ad (w. 1339 H)
Syaikh Muhammad Sa’id al-Linggi (w. 1345 H)
Syaikh Yusuf Bin Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
Syaikh Muhammad Shaleh al-Minankabawi (w.1351 H)
Syaikh Wan Sulaiman (w. 1354 H)
Syaikh Hasan Ma’sum (w. 1355 H)
Syaikh Abu Bakar Muar (w. 1357 H)
Syaikh Abdul Latif at-Tanbi (w. 1358 H)
Imam Ya’qub al-Kalantani (w. 1360 H)
Syaikh Muhammad Jamil Jaho (w. 1360 H)
Syaikh Muhammad Shaleh Kedah
Syaikh Hasyim Asy’ari (w. 1367 H)
Syaikh Abdul Mubin al-Jarimi al-Fathani (w. 1367 H)
Syaikh Abdul Wahid (w. 1369 H)
Syaikh Muhammad Fadlil Banten (w. ? H)
Syaikh Mustafa Husein (w. 1370 H)
Syaikh Abbas Qadi (w. 1370 H)
Syaikh Tahir Jalaluddin al-Azhari (w. 1376 H)
Syaikh Tengku Mahmud az-Zuhdi (w. 1376 H)
Syaikh Abdullah Fahim (w. ? H)
Syaikh Muda Wali (w. 1380 H)
Syaikh Abdurrahman al-Kalantani (w. 1391 H)
Syaikh Ismail al-Asyi (w. ? H)
Syaikh Ihsan Dahlan al-Jampesi’
Syaikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fathani (w. ? H)

KURUN KE-LIMA BElAS HIJRIYAH

Syaikh [KH.] Sirajuddin ‘Abbas (w. 1400 H)
Syaikh Muhammad Idris al-Marbawi (W. 1409 H)
Mufti Haji Ismail Omar (w. 1413 H)
Syaikh’ [Kiyai] Shamsuddin (w. 1418 H)
K.H.M. Syafi’i Hadzami (w. 1427 H)
Syaikh Muhammad Fuad al-Maliki
Syaikh Nuh ‘Ali Salman al-Qudah (w. 1432 H)
Syaikh Ahmad Sahl al-Hajini
Syaikh Mushthafa al-Khin
Syaikh Mushthafa al-Bugha

Dan masih banyak lagi yang mungkin terlewatkan untuk kami sebutkan, pada kurun-kurun terakhir kebanyakan hanya disebutkan ulama besar yang berasal dari Nusantara, belum lagi di wilayah lainnya.

Disarikan dari buku “SEJARAH DAN KEAGUNGAN MADZHAB SYAFI’I (Oleh KH. Sirajuddin Abbas)” dan dari berbagai sumber. Masih banyak ulama-ulama bermadzhab Syafi’iyyah yang tidak mungkin bisa kami sebutkan disini. Jika banyak berinteraksi kitab-kitab Ulama niscaya akan menjumpai ribuan ulama lainnya.

Ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i (‘Ulama Syafi’iyyah Damaskus).
al-Imam al-Muhaddits al-Bukhariy Bermadzhab Syafi’iyyah

Informasi lain tentang ulama-ulama Syafi’iyah bisa dibaca dalam kitab-kitab seperti Thabaqat al-Fuqahaa’ asy-Syafi’iyah karya al-Imam al-Hafidz Ibnu Katsir asy-Syafi’i, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubraa karya al-Imam Tajuddin as-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyah karya Ibnu Qadli Syuhbah, Thabaqat al-Syafi’iyah karya Jamaluddin Abdur Rahim bin al-Hasan al-Asnawi dan lain sebagainya.

Dan Para Walisongo dan juga para ulama dan para Habib Ahlusunnah wal Jama'ah di Indonesia pun mengikuti MAhzab Imam Syafi'i..barangkali ada yg bs menambahkan saudaraku..Mahzab Imam Syafi'i adalah yang terbesar didunia ini.

=======================>>
BerMahzab itu adalah untuk menjaga sanad keguruan kita agar tidak terputus dari Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam .. renungkanlah itu wahai saudaraku.

Berkata Imam Syafii : "Tiada ilmu tanpa sanad",

berkata pula AL Hafidh Imam Attsauri : "Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak memiliki senjata, maka dengan apa kau membela diri?".

berkata Imam Ibnul Mubarak rahimahullah : penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yg ingin naik ke atap rumah tanpa tangga"

berkata pula Imam Syafii : "penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan pencari kayu bakar yg mencari kau bakar ditengah malam, yg ia membawa tali pengikatnya adalah ular berbisa dan ia tak tahu" (Faidhul Qadir Juz 4 hal 442)

dan masih banyak lagi, dan merupakan hal yg baku diantara para Muhadditsin bahwa mereka tak mengakui suatu ajaran/tuntunan ibadah dari seseorang ustaz/guru/ulama kecuali orang itu mempunyai sanadnya.

Sumber

Semoga bermanfaat.

Baca Selanjutnya