كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ PECINTA RASULULLAH.COM menyajikan artikel-artikel faktual sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi demi kelestarian aswaja di belahan bumi manapun Terimakasih atas kunjungannya semoga semua artikel di blog ini dapat bermanfaat untuk mempererat ukhwuah islamiyah antar aswaja dan jangan lupa kembali lagi yah

Senin, 27 Agustus 2012

[ Lagi, bendera Tauhid berkibar ]




By Kaheel Baba Naheel
Dia adalah Lathifah Ahmad Sheikh peraih medali emas.

Wanita Saudi yang pertama kali menjuarai Olah Raga Berkuda di Bahrain dalam Kejuaraan Sheikh Nasser bin Hamad Al Khalifa.


Baca selengkapnya disini:

http://www.alriyadh.com/2009/02/08/article408181.html

http://www.okaz.com.sa/okaz/osf/20090306/Con20090306262506.htm

http://al-shorfa.com/ar/articles/meii/features/main/2011/06/02/feature-02?change_locale=true

Nggak usah kaget !!


Demikian baba naheel melaporkan

Baca Selanjutnya

SATU KEBOHONGAN WAHABI TERBONGKAR LAGI !!!!!!!!!!!!!!!!!! WAHABI MEMBELOKKAN UCAPAN IMAM ABU HANIFAH..!!



By Abu nawas

Wahabi menyandarkan aqidahnya SESATNYA pada perkataan Imam Abu Hanifahyg terdapat dalam syarah Fiqh al akbar hal 197-198 pensyarahnya adalah mula ali alqori, perkataan tersebut :

Diriwayatkan dari Abi Muthi’ al balkhi, sesungguhnya ia bertanya pada Imam Abu HanifahRA tentang orang yang berkata :

‘Aku tidak tau apakah tuhanku dilangit atau dibumi ? , maka Beliau menjawab : Org tersebut telah KAFIR ! Karena ALLAH Taala berfirman :” ALLAH yang maha Rohman istawa diatas arasy (QS. THOHA) Dan arasnya diatas 7 langitnya', bagaimana kalau ia bertanya: ‘ALLAH diatas arasnya tapi aku tidak tahu apakah arasnya di langit atau di bumi, maka Beliau menjawab lagi: Orang itu telah kafir karena ia inkar akan adanya ALLAH dilangit, sebab ALLAH diatas iliyiin (Abu Hanifah).

KITA JAWAB :

Riwayat ini dusta dan batil,dan seolah menyatakan haqiqat dzat ALLAH diatas langit,dan ini dibuat- buat atas Imam Abu HanifahSebab:
1-Riwayat tersabut tidak ada dalam matan fiqhul akbar (karya abu hanifah), tetapi termasuk dalam masalah yang dicantumkan oleh
pensyarah kitab tersabut yaitu Mula ali alqori.
2-DAN perowinya yaitu Abu muthi’ albalkhi sebagaimana dikatakan oleh ibnu abi al izzi bin abdissalam di dlm syarah at thohawi juz
2/480 menukil perkataan dari ibnu katsir: adapun abu muthi yaitu alhakam bin abdillah bin maslamah albalkhi tlah di doifkan oleh:
Imam ahmad bin hambal juga yahya bin ma’in berkata : tdk ada apa-apanya, juga al bukhori berkata dia dhoif dengan pemikirannya,juga didoifkan oleh hatim ar razin, muhamad bin hiban,ibnu adi
dan darqutni juga oleh yg lainnya.

TELAH Berkata Syekh Musthofa Abu Saif Al-Hamami dalam kitabnya (Gaus Al Ibad Bibayani Arrosyad Hal 341-342)‘ dari penjelasan ini kita simpulkan 3 hal:
1-Riwayat ini tidak ada dalam Kitab Fiqh al Akbar Imam Abu Hanifah, tetapi hanya dinukil oleh penukilnya atas
nama abu hanifah dengan menyandarkan pada kitab beliau FIQH AL AKBAR, dan itu kebohongan dan bid’ah aqidah.
2-Perowinya dicela karena pemalsu maka tidak halal bersandar dengan riwayatnya dalam hukum furu, apalagi hukum usul, maka mengambil riwayatnya adalah khiyanat.
3-perowi ini telah divonis berdusta atas nama abu hanifah RA oleh Imam Izuddin Abdussalam seorang ulama yang tsiqoh.

Nah jika diperkirakan riwayat itu benar ???
Maka telah menjawab Syaikh Imam Izudin bin Abdussalam dalam Kitab Hillur Rumuz seperti di nuqilkan oleh Imam Ali Qori dalam
syarahnya fiqh akbar hal 271, berkata Imam Izzu : “bahwa orang yang berkata ‘saya tidak tahu apakah Tuhan dilangit atau dibumi
dihukumi kafir’, karena ucapan tersebut memberi prasangka bahwa ALLAH bertempat dan berarah, barang siapa berfikiran
seperti itu, maka ia adalah musyabih.

Semoga bermanfaat.

Baca Selanjutnya

Minggu, 26 Agustus 2012

Najd Tempat Khawarij/Fitnah: Di Najd atau Di Iraq?



يقول المجسم ابن تيمية في كتابه المسمى (بيان تلبيس الجهمية) ج1 /ص 17 : و قد (تواتر) عن النبي صلى الله عليه و سلم إخباره بأن الفتنة و رأس الكفر من المشرق , الذي هو (مشرق مدينته كنجد) . انتهى.

al Mujassim Ibnu Taimiyah dalam kitab karyanya berjudul Bayan Talbis al Jahmiyyah, j. 1, h. 17 menuliskan sebagai berikut:

"Dan telah datang berita secara mutawatir dari Rasulullah yang memberitahukan bahwa FITNAH BESAR dan PANGKAL KEKUFURAN akan muncul dari arah timur".

Arah timur yang dimaksud oleh Rasulullah adalah arah timur dari tempat tinggal Rasulullah sendiri, yaitu arah timur kota Madinah. Dan yang dimaksud adalah Nejd. Lihat peta di atas -------------------->> Nejd adalah wilayah timur dari Kota Madinah.

Ibnu Taimiyah adalah "imam besar" dan "referensi yang tidak dapat diganggu gugat" bagi kaum Wahabi. Ibnu Taimiyah menamakan Nejd; --wilayah tempat munculnya ajaran sesat wahabi yang dirintis oleh Muhammad bin Abdil Wahhab-- sebagai tempat kedatangan FITNAH BESAR dan tempat PANGKAL KEKUFURAN. Ibnu Taimiyah telah menuliskan hal itu dalam karyanya di atas ratusan tahun sebelum kedatangan gerakan sesat Wahabi itu sendiri. Ironisnya, aqidah tasybih dan tajsim Ibnu Taimiyah kini menjadi "primadona tanpa tanding yang dipeluk erat" oleh kaum Wahabi.

Semoga bermanfaat.
Baca Selanjutnya

MEMBONGKAR KESESATAN WAHABI YANG MEMBAGI TAUHID 3 BAGIAN


Pendapat kaum Wahabi yang membagi tauhid kepada tiga bagian; tauhid Ulûhiyyah, tauhid Rubûbiyyah, dan tauhid al-Asmâ’ Wa ash-Shifât adalah bid’ah batil yan menyesatkan. Pembagian tauhid seperti ini sama sekali tidak memiliki dasar, baik dari al-Qur’an, hadits, dan tidak ada seorang-pun dari para ulama Salaf atau seorang ulama saja yang kompeten dalam keilmuannya yang membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Pembagian tauhid kepada tiga bagian ini adalah pendapat ekstrim dari kaum Musyabbihah masa sekarang; mereka mengaku datang untuk memberantas bid’ah namun sebenarnya mereka adalah orang-orang yang membawa bid’ah.

Di antara dasar yang dapat membuktikan kesesatan pembagian tauhid ini adalah sabda Rasulullah:

أمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتىّ يَشْهَدُوْا أنْ لاَ إلهَ إلاّ اللهُ وَأنّيْ رَسُوْل اللهِ، فَإذَا فَعَلُوْا ذَلكَ عُصِمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وأمْوَالَهُمْ إلاّ بِحَقّ (روَاه البُخَاريّ)

“Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (Ilâh) yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah. Jika mereka melakukan itu maka terpelihara dariku darang-darah mereka dan harta-harta mereka kecuali karena hak”. (HR al-Bukhari).

Dalam hadits ini Rasulullah tidak membagi tauhid kepada tiga bagian, beliau tidak mengatakan bahwa seorang yang mengucapkan “Lâ Ilâha Illallâh” saja tidak cukup untuk dihukumi masuk Islam, tetapi juga harus mengucapkan “Lâ Rabba Illallâh”. Tetapi makna hadits ialah bahwa seseorang dengan hanya bersaksi dengan mengucapkan “Lâ Ilâha Illallâh”, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah maka orang ini telah masuk dalam agama Islam. Hadits ini adalah hadits mutawatir dari Rasulullah, diriwayatkan oleh sejumlah orang dari kalangan sahabat, termasuk di antaranya oleh sepuluh orang sahabat yang telah medapat kabar gembira akan masuk ke surga. Dan hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Imâm al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya.

Tujuan kaum Musyabbihah membagi tauhid kepada tiga bagian ini adalah tidak lain hanya untuk mengkafirkan orang-orang Islam ahi tauhid yang melakukan tawassul dengan Nabi Muhammad, atau dengan seorang wali Allah dan orang-orang saleh. Mereka mengklaim bahwa seorang yang melakukan tawassul seperti itu tidak mentauhidkan Allah dari segi tauhid Ulûhiyyah. Demikian pula ketika mereka membagi tauhid kepada tauhid al-Asmâ’ Wa ash-Shifât, tujuan mereka tidak lain hanya untuk mengkafirkan orang-orang yang melakukan takwil terhadap ayat-ayat Mutasyâbihât. Oleh karenanya, kaum Musyabbihah ini adalah kaum yang sangat kaku dan keras dalam memegang teguh zhahir teks-teks Mutasyâbihât dan sangat “alergi” terhadap takwil. Bahkan mereka mengatakan: “al-Mu’aw-wil Mu’ath-thil”; artinya seorang yang melakukan takwil sama saja dengan mengingkari sifat-sifat Allah. Na’ûdzu Billâh.

Dengan hanya hadits shahih di atas, cukup bagi kita untuk menegaskan bahwa pembagian tauhid kepada tiga bagian di atas adalah bid’ah batil yang dikreasi oleh orang-orang yang mengaku memerangi bid’ah yang sebenarnya mereka sendiri ahli bid’ah. Bagaimana mereka tidak disebut sebagai ahli bid’ah, padahal mereka membuat ajaran tauhid yang sama sekali tidak pernah dikenal oleh orang-orang Islam?! Di mana logika mereka, ketika mereka mengatakan bahwa tauhid Ulûhiyyah saja tidak cukup, tetapi juga harus dengan pengakuan tauhid Rubûbiyyah?! Bukankah ini berarti menyalahi hadits Rasulullah di atas?! Dalam hadits di atas sangat jelas memberikan pemahaman kepada kita bahwa seorang yang mengakui ”Lâ Ilâha Illallâh” ditambah dengan pengakuan kerasulan Nabi Muhammad maka cukup bagi orang tersebut untuk dihukumi sebagai orang Islam. Dan ajaran inilah yang telah dipraktekan oleh Rasulullah ketika beliau masih hidup. Apa bila ada seorang kafir bersaksi dengan ”Lâ Ilâha Illallâh” dan ”Muhammad Rasûlullâh” maka oleh Rasulullah orang tersebut dihukumi sebagai seorang muslim yang beriman. Kemudian Rasulullah memerintahkan kepadanya untuk melaksanakan shalat sebelum memerintahkan kewajiban-kewajiban lainnya; sebagaimana hal ini diriwayatkan dalam sebuah hadits oleh al-Imâm al-Bayhaqi dalam Kitâb al-I’tiqâd. Sementara kaum Musyabbihah di atas membuat ajaran baru; mengatakan bahwa tauhid Ulûhiyyah saja tidak cukup, ini sangat nyata telah menyalahi apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Mereka tidak paham bahwa ”Ulûhiyyah” itu sama saja dengan ”Rubûbiyyah”, bahwa ”Ilâh” itu sama saja artinya dengan ”Rabb”.

Kemudian kita katakan pula kepada mereka; Di dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa di antara pertanyaan dua Malaikat; Munkar dan Nakir yang ditugaskan untuk bertanya kepada ahli kubur adalah: ”Man Rabbuka?”. Tidak bertanya dengan ”Man Rabbuka?” lalu diikutkan dengan ”Man Ilahuka?”. Lalu seorang mukmin ketika menjawab pertanyaan dua Malaikat tersebut cukup dengan hanya berkata ”Allâh Rabbi”, tidak harus diikutkan dengan ”Allâh Ilâhi”. Malaikat Munkar dan Nakir tidak membantah jawaban orang mukmin tersebut dengan mengatakan: ”Kamu hanya mentauhidkan tauhid Rubûbiyyah saja, kamu tidak mentauhidkan tauhid Ulûhiyyah!!”. Inilah pemahaman yang dimaksud dalam hadits Nabi tentang pertanyaan dua Malaikat dan jawaban seorang mukmin dikuburnya kelak. Dengan demikian kata ”Rabb” sama saja dengan kata ”Ilâh”, demikian pula ”tauhid Ulûhiyyah” sama saja dengan ”tauhid Rubûbiyyah”.
Dalam kitab Mishbâh al-Anâm, pada pasal ke dua, karya al-Imâm Alawi ibn Ahmad al-Haddad, tertulis sebagai berikut:

”Tauhid Ulûhiyyah masuk dalam pengertian tauhid Rubûbiyyah dengan dalil bahwa Allah telah mengambil janji (al-Mîtsâq) dari seluruh manusia anak cucu Adam dengan firman-Nya ”Alastu Bi Rabbikum?”. Ayat ini tidak kemudian diikutkan dengan ”Alastu Bi Ilâhikum?”. Artinya; Allah mencukupkannya dengan tauhid Rubûbiyyah, karena sesungguhya sudah secara otomatis bahwa seorang yang mengakui ”Rubûbiyyah” bagi Allah maka berarti ia juga mengakui ”Ulûhiyyah” bagi-Nya. Karena makna ”Rabb” itu sama dengan makna ”Ilâh”. Dan karena itu pula dalam hadits diriwayatkan bahwa dua Malaikat di kubur kelak akan bertanya dengan mengatakan ”Man Rabbuka?”, tidak kemudian ditambahkan dengan ”Man Ilâhuka?”. Dengan demikian sangat jelas bahwa makna tauhid Rubûbiyyah tercakup dalam makna tauhid Ulûhiyyah.

Di antara yang sangat mengherankan dan sangat aneh adalah perkataan sebagian pendusta besar terhadap seorang ahli tauhid; yang bersaksi ”Lâ Ilâha Illallâh, Muhammad Rasulullah”, dan seorang mukmin muslim ahli kiblat, namun pendusta tersebut berkata kepadanya: ”Kamu tidak mengenal tahuid. Tauhid itu terbagi dua; tauhid Rubûbiyyah dan tauhid Ulûhiyyah. Tauhid Rubûbiyyah adalah tauhid yang telah diakui oleh oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik. Sementara tauhid Ulûhiyyah adalah adalah tauhid murni yang diakui oleh orang-orang Islam. Tauhid Ulûhiyyah inilah yang menjadikan dirimu masuk di dalam agama Islam. Adapun tauhid Rubûbiyyah saja tidak cukup”. Ini adalah perkataan orang sesat yang sangat aneh. Bagaimana ia mengatakan bahwa orang-orang kafir dan orang-orang musyrik sebagai ahli tauhid?! Jika benar mereka sebagai ahli tauhid tentunya mereka akan dikeluarkan dari neraka kelak, tidak akan menetap di sana selamanya, karena tidak ada seorangpun ahli tauhid yang akan menetap di daam neraka tersebut sebagaimana telah diriwayatkan dalam banyak hadits shahih. Adakah kalian pernah mendengar di dalam hadits atau dalam riwayat perjalanan hidup Rasulullah bahwa apa bila datang kepada beliau orang-orang kafir Arab yang hendak masuk Islam lalu Rasulullah merinci dan menjelaskan kepada mereka pembagian tauhid kepada tauhid Ulûhiyyah dan tauhid Rubûbiyyah?!

Dari mana mereka mendatangkan dusta dan bohong besar terhadap Allah dan Rasul-Nya ini?! Padalah sesungguhnya seorang yang telah mentauhidkan ”Rabb” maka berarti ia telah mentauhidkan ”Ilâh”, dan seorang yang telah memusyrikan ”Rabb” maka ia juga berarti telah memusyrikan ”Ilâh”. Bagi seluruh orang Islam tidak ada yang berhak disembah oleh mereka kecuali ”Rabb” yang juga ”Ilâh” mereka. Maka ketika mereka berkata ”Lâ Ilâha Illallâh”; bahwa hanya Allah Rabb mereka yang berhak disembah; artinya mereka menafikan Ulûhiyyah dari selain Rabb mereka, sebagaimana mereka menafikan Rubûbiyyah dari selain Ilâh mereka. Mereka menetapkan ke-Esa-an bagi Rabb yang juga Ilâh mereka pada Dzat-Nya, Sifat-sifat-Nya, dan pada segala perbuatan-Nya; artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya secara mutlak dari berbagai segi”.

(Masalah): Para ahli bid’ah dari kaum Musyabbihah biasanya berkata: ”Sesungguhnya para Rasul diutus oleh Allah adalah untuk berdakwah kepada umatnya terhadap tauhid Ulûhiyyah; yaitu agar mereka mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Adapun tauhid Rubûbiyyah; yaitu keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam ini, dan bahwa Allah adalah yang mengurus segala peristiwa yang terjadi pada alam ini, maka tauhid ini tidak disalahi oleh seorang-pun dari seluruh manusia, baik orang-orang musyrik maupun orang-orang kafir, dengan dalil firman Allah dalam QS. Luqman:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَيَقُولَنَّ اللهُ (لقمان: 25)

“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan seluruh lapisan langit dan bumi? Maka mereka benar-benar akan menjawab: “Allah” (QS. Luqman: 25)

(Jawab): Perkataan mereka ini murni sebagai kebatilan belaka. Bagaimana mereka berkata bahwa seluruh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik sama dengan orang-orang mukmin dalam tauhid Rubûbiyyah?! Adapun pengertian ayat di atas bahwa orang-orang kafir mengakui Allah sebagai Pencipta langit dan bumi adalah pengakuan yang hanya di lidah saja, bukan artinya bahwa mereka sebagai orang-orang ahli tauhid; yang mengesakan Allah dan mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Terbukti bahwa mereka menyekutukan Allah, mengakui adanya tuhan yang berhak disembah kepada selain Allah. Mana logikanya jika orang-orang musyrik disebut sebagai ahli tauhid?! Rasulullah tidak pernah berkata kepada seorang kafir yang hendak masuk Islam bahwa di dalam Islam terdapat dua tauhid; Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah! Rasulullah tidak pernah berkata kepada seorang kafir yang hendak masuk Islam bahwa tidak cukup baginya untuk menjadi seorang muslim hanya bertauhid Rubûbiyyah saja, tapi juga harus bertauhid Ulûhiyyah! Oleh karena itu di dalam al-Qur’an Allah berfirman tentang perkataan Nabi Yusuf saat mengajak dua orang di dalam penjara untuk mentauhidkan Allah:

أَأَرْبَابٌ مُتَفَرّقُوْنَ خَيْرٌ أمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهّار (يوسف: 39

”Adakah rabb-rabb yang bermacam-macam tersebut lebih baik ataukah Allah (yang lebih baik) yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan yang maha menguasai?!” (QS. Yusuf: 39).

Dalam ayat ini Nabi Yusuf menetapkan kepada mereka bahwa hanya Allah sebagai Rabb yang berhak disembah.
Perkataan kaum Musyabbihah dalam membagi tauhid kepada dua bagian, dan bahwa tauhid Ulûhiyyah (Ilâh) adalah pengakuan hanya Allah saja yang berhak disembah adalah pembagian batil yang menyesatkan, karena tauhid Rubûbiyyah adalah juga pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, sebagaimana yang dimaksud oleh ayat di atas. Dengan demikian Allah adalah Rabb yang berhak disembah, dan juga Allah adalah Ilâh yang berhak disembah. Kata “Rabb” dan kata “Ilâh” adalah kata yang memiliki kandungan makna yang sama sebagaimana telah dinyatakan oleh al-Imâm Abdullah ibn Alawi al-Haddad di atas.

Dalam majalah Nur al-Islâm, majalah ilmiah bulanan yang diterbitkan oleh para Masyâyikh al-Azhar asy-Syarif Cairo Mesir, terbitan tahun 1352 H, terdapat tulisan yang sangat baik dengan judul “Kritik atas pembagian tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah” yang telah ditulis oleh asy-Syaikh al-Azhar al-‘Allamâh Yusuf ad-Dajwi al-Azhari (w 1365 H), sebagai berikut:

[[“Sesungguhnya pembagian tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah adalah pembagian yang tidak pernah dikenal oleh siapapun sebelum Ibn Taimiyah. Artinya, ini adalah bid’ah sesat yang telah ia munculkannya. Di samping perkara bid’ah, pembagian ini juga sangat tidak masuk akal; sebagaimana engkau akan lihat dalam tulisan ini. Dahulu, bila ada seseorang yang hendak masuk Islam, Rasulullah tidak mengatakan kepadanya bahwa tauhid ada dua macam. Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa engkau tidak menjadi muslim hingga bertauhid dengan tauhid Ulûhiyyah (selain Rubûbiyyah), bahkan memberikan isyarat tentang pembagian tauhid ini, walau dengan hanya satu kata saja, sama sekali tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Demikian pula hal ini tidak pernah didengar dari pernyataan ulama Salaf; yang padahal kaum Musyabbihah sekarang yang membagi-bagi tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah tersebut mengaku-aku sebagai pengikut ulama Salaf. Sama sekali pembagian tauhid ini tidak memiliki arti. Adapun firman Allah:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَيَقُولَنَّ اللهُ (لقمان: 25)

“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan seluruh lapisan langit dan bumi? Maka mereka benar-benar akan menjawab: “Allah” (QS. Luqman: 25)
Ayat ini menceritakan perkataan orang-orang kafir yang mereka katakan hanya di dalam mulut saja, tidak keluar dari hati mereka. Mereka berkata demikian itu karena terdesak tidak memiliki jawaban apapun untuk membantah dalil-dalil kuat dan argumen-argumen yang sangat nyata (bahwa hanya Allah yang berhak disembah). Bahkan, apa yang mereka katakan tersebut (pengakuan ketuhanan Allah) ”secuil”-pun tidak ada di dalam hati mereka, dengan bukti bahwa pada saat yang sama mereka berkata dengan ucapan-ucapan yang menunjukan kedustaan mereka sendiri. Lihat, bukankah mereka menetapkan bahwa penciptaan manfaat dan bahaya bukan dari Allah?! Benar, mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. Dari mulai perkara-perkara sepele hingga peristiwa-peristiwa besar mereka yakini bukan dari Allah, bagaimana mungkin mereka mentauhidkan-Nya?! Lihat misalkan firman Allah tentang orang-orang kafir yang berkata kepada Nabi Hud:

إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوءٍ (هود: 54)

”Kami katakan bahwa tidak lain engkau telah diberi keburukan atau dicelakakan oleh sebagian tuhan kami” (QS. Hud: 54).

Sementara Ibn Taimiyah berkata bahwa dalam keyakinan orang-orang musyrik tentang sesembahan-sesembahan mereka tersebut tidak memberikan manfaat dan bahaya sedikit-pun. Dari mana Ibn Taimiyah berkata semacam ini?! Bukankah ini berarti ia membangkang kepada apa yang telah difirmankah Allah?! Anda lihat lagi ayat lainnya dari firman Allah tentang perkataan-perkataan orang kafir tersebut:

وَجَعَلُوا للهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَاْلأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا للهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَاكَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَيَصِلُ إِلَى اللهِ وَمَاكَانَ للهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ (الأنعام: 136)

”Lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka: ”Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sajian-sajian yang diperuntukan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukan bagi Allah maka sajian-sajian tersebut sampai kepada berhala mereka” (QS. al-An’am: 136).
Lihat, dalam ayat ini orang-orang musyrik tersebut mendahulukan sesembahan-sesembahan mereka atas Allah dalam perkara-perkara sepele.

Kemudian lihat lagi ayat lainnya tentang keyakinan orang-orang musyrik, Allah berkata kepada mereka:

و َمَانَرَى مَعَكُمْ شُفَعَآءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاؤُا (الأنعام: 94)

”Dan Kami tidak melihat bersama kalian para pemberi syafa’at bagi kalian (sesembahan/berhala) yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu tuhan di antara kamu”(QS. al-An’am: 94).
Dalam ayat ini dengan sangat nyata bahwa orang-orang kafir tersebut berkeyakinan bahwa sesembahan-sesembahan mereka memberikan mafa’at kepada mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka mengagung-agungkan berhala-berhala tersebut.

Lihat, apa yang dikatakan Abu Sufyan; ”dedengkot” orang-orang musyrik di saat perang Uhud, ia berteriak: ”U’lu Hubal” (maha agung Hubal), (Hubal adalah salah satu berhala terbesar mereka). Lalu Rasulullah menjawab teriakan Abu Sufyan: ”Allâh A’lâ Wa Ajall” (Allah lebih tinggi derajat-Nya dan lebih Maha Agung).

Anda pahami teks-teks ini semua maka anda akan paham sejauh mana kesesatan mereka yang membagi tauhid kepada dua bagian tersebut!! Dan anda akan paham siapa sesungguhnya Ibn Taimiyah yang telah menyamakan antara orang-orang Islam ahli tauhid dengan orang-orang musyrik para penyembah berhala tersebut, yang menurutnya mereka semua sama dalam tauhid Rubûbiyyah!”.
Baca Selanjutnya

HASAN FARHAN Vs MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB




BUKTI PENGAKUAN TOKOH WAHABI DAN KELUARGA ATAS KESESATAN PENDIRI WAHABI MUHAMMAD BIN ANDUL WAHAB

Awas ! Anda juga mungkin dikafirkan oleh Wahhabi !.

Ini bukan suatu fitnah tetapi suatu pembongkaran ilmiah bertujuan menjaga kesucian Islam dan umatnya daripada ajaran sesat yang mengkafirkan dan menghalalkan darah umat islam untuk dibunuh.

Ajaran Wahhabi diasaskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab 1206H yang mendorong pengikutnya mengkafirkan umat islam dan menghalalkan darah mereka.

Sudah pasti manusia yang lebih mengenali perihal Muhammad bin Abdul Wahhab adalah saudara kandungnya dan bapanya sendiri. Saudara kandungnya Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab sering memberi peringatan kepada umat islam dizamannya agar tidak mengikut ajaran baru Muhammad bin Abdul Wahhab kerana ajaran itu menghina ulama islam serta mengkafirkan umat islam. (Sebagai bukti silakan merujuk 2 kitab karangan Syeikh Sulaiman tersebut: “Fashlul Khitob Fir Roddi ‘Ala Muhammad bin Abdul Wahhab” dan ” Sawaiqul Ilahiyah Fi Roddi ‘Ala Wahhabiyah”).

Ayahnya juga yaitu Syeikh Abdul Wahhab turut memarahi anaknya iaitu Muhammad karena enggan mempelajari ilmu islam dan beliau menyatakan kepada para ulama: "Kamu semua akan melihat keburukan yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini". ( Sebagai bukti silakan merujuk kitab “As-Suhubul Wabilah ‘Ala Dhoroihil Hanabilah” cetakan Maktabah Imam Ahmad hal. 275).

Demikianlah saudara kandungnya sendiri mengingatkan umat islam agar berwaspada dengan ajaran TAKFIR yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.
-----------------------------
Nah .. Diantara Bukti lagi atas kesesatan ajaran wahabi Takfiriy adalah peringatan tokoh dari wahabi sendiri .
mari simak ke TKP ..

Hasan farhan al-maliki, murid Ibn baz yang menilai pengkafiran yang dilakukan Muhammad bin abdil wahab kepada umat islam sangat membahayakan bagi generasi muda saudi dan umat islam keseluruhan.

Dalam karyanya yang berjudul “da’iyah wa laisa nabiyyan, qira’ah naqdiyah li madzhab as-syeh muhammad ibn abdil wahhab fit takfir” (Seorang dai bukan nabi, penilaian kritis pada madzhab syeh Muhammad bin abdil wahab menyatakan:

“cukup jika kita mengatakan bahwa sikap keras dia (Muhammad bin abdil wahab) -semoga Allah merahmati- dalam mengkafirkan (muslim) mengakibatkan bahaya yg begitu besar bagi kita dan mayoritas umat islam di dunia ini. Bukti-bukti pengkafiran syaikh sangat jelas bagi orang-orang yang Allah selamatkan dari sifat fanatik yang tak benar,,,”

“bahkan kita menyaksikan sebagian dari para fanatik syeh ini, begitu mudahnya dalam menerima doktrin-doktrin penyalahan kepada para pembesar shahabat, seperti Umar, Ali, Abi darrin ra dan orang2 semisalnya” (lihat hal.3)

Kemudian Farhan al-maliki pun menegaskan keprihatinan kumpulan risalah Muhammad bin abdil wahab “Ad-durar as-saniyah fil ajwibah an-najdiyah” yang berisi tentang bab jihad yang mencapai 2 jilid besar yang membahas memerangi umat islam, tidak ada satu katapun jihad kepada orang kafir asli. Berikut ini keterangannya:

“dan bagi orang yg membaca buku ad-durar as-saniyah, dia pasti mengetahuinya. Bahkan dalam buku ini terdapat 2 jilid besar berbicara tentang Jihad, semuanya membahas memerangi umat islam. Tak ada sepatah katapun tentang jihad terhadap orang-orang kafir, yaitu yahudi dan kristen. Padahal negri-negri muslim yang ada disekitarnya, diteluk, irak, syam terdapat orang kafir asli yang sedang menjajah umat islam…” (hal.96).

Masih menurut Hasan Farhan al-maliki, risalah Muhammad bin abdil wahab yang lain semisal buku Kasyfus syubhat sangat berbahaya bagi keutuhan dan persatuan umat islam. Karna isinya banyak tentang pengkafiran umat islam, penghalalan harta, nyawa dan kehormatan manusia yang dibungkus dengan teks berbau agama secara apik dan rapi.

———–
Inilah pengakuan seorang pengikut tokoh sekte wahabi yang jelas-jelas tak sefaham pendirinya, Muhammad bin abdil wahab. Namun anehnya di Indonesia yang kita cintai ini, masih banyak pula yang selalu percaya dengan pemikiran Muhammad bin abdil wahab yang anarkis dalam dakwahnya dan membabi buta dalam sasarannya. Semoga kita mampu mengambil manfaatnya dan membuang yang tak ada gunanya. Amin.

Semoga bermanfaat.

Baca Selanjutnya

AQIDAH SESAT WAHHABIYYAH / SALAFIYYAH



By Sholeh Punya
RUMUSAN HASIL BAHTSUL MASA'AIL EKSTERNAL II
MMPP MA (Majlis Musyawarah Pondok Pesantren Mahir Arriyadl )

Senin-Selasa, 21 Jumadal Ula 1429 H / 26-27 Mei 2008 M.
PON.PES MAHIR ARRIYADL RINGINAGUNG KELING KEPUNG KEDIRI JAWA TIMUR

Deskripsi Masalah
Aqidah yang dibawakan oleh golongan wahabiyyah/salafiyyah itu ada tiga konsep. Konsep tersebut dinamakan; 1) Tauhid Rubuubiyyah, yaitu sebuah tauhid yang mengatakan wujudnya Tuhan walaupun kemungkinan tauhid tersebut tidak meng-Esa-kan Tuhan, seperti agama Nasyrani, Islam dll, maka golongan Atheis tidak memiliki tauhid ini. 2) Tauhid Uluuhiyyah yaitu tauhid yang mengesakan Tuhan, sehingga hanya beribadah pada-Nya. Ini adalah tauhid islam, sehingga orang Nasyrani tidak memiliki tauhid ini. 3) Asma' wa Sifat yaitu kepercayaan terhadap nama-nama dan sifat bagi Allah, seperti dalam aqidah islam yang biasanya. (untuk keterangan lebih lanjut silahkan lihat; KH. Shirajuddin Abbas, I'tiqad Ahlussunnah Waljama'ah atau nama-nama kitab Wahabiyyah seperti karangan Syaikh Usaimin dll. Akan tetapi ada beberapa sarjana sunni yang masih mengaku mengikuti aliran asya'irah dan maturidiyyah sedikit mengadopsi konsep tauhid rububiyyah dan tauhid uluuhiyyah karena menurut mereka tauhid ini semakin memantapkan dan melengkapkan aqidah sunni yang telah ada (maaf, tidak bisa menyebutkan nama mereka di sini).

Pertanyaan :
Bagaimana memasukkan konsep tauhid rubuubiyyah dan tauhid uluuhiyyah di dalam konsep aqidah ahlissunnah wa al-jama'ah yang difahami oleh golongan asy'ariyyah قَالَ تَعَالَى:an matuuridiyyah ?

Jawaban
Memasukkan konsep pembagian tauhid rubuubiyyah dan tauhid uluhiyyah fersi wahabiyyah ke dalam aqidah ahlussunnah wal jama'ah tidak bisa dibenarkan, karena bertentangan dengan konsep tauhid fersi ahlussunnah wal jamaa'h.

Catatan:
Maksud قَالَ تَعَالَى:an tujuan dari pembagian tauhid mereka adalah untuk mengkafirkan orang-orang mukmin yang bertawasul dengan para Nabi dan orang-orang sholih, mengkafirkan orang-orang mukmin yang mentakwil ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Alloh SWT قَالَ تَعَالَى:an mengembalikan penafsirannya kepada ayat-ayat muhkamat, ini berarti pengkafiran terhadap Ahlussunnah Wal Jama'ah yang merupakan kelompok mayoritas dikalangan umat Muhammad Saw.

Referensi
1. Al ghuluww Li Assayyid Muhammad bin 'Alawiy Al Maliki Hal 31-32
2. Huwalloh Li Assayyid Muhammad bin 'Alawiy Hal 55-56
3. Al Durar Assaniyyah Li Assayyid Zaini Dahlan Hal 40

" الغلو " للسيد محمد بن علوى المالكى الحسنى صـ 31 -32
ومن أهم أسباب ذلك تقسيم التوحيد إلى ثلاثة أقسام :
ومما تطالعنا به مناهج التوحيد فى مقرراتنا المدرسية تقسيم التوحيد إلى توحيد الربوبية وتوحيد الألوهية وتوحيد الأسماء والصفات, الذى لم يعرفه السلف من عهد الصحابة والتابعين وتابعيهم, بل لم يرد هذا التقسيم بهذه الصورة فى نص من كتاب الله ومن السنة النبوية, فهذا اجتهاد مخترع فى أبواب أصول الدين.

وهو بمثابة العصا التى تفرق بين الأمة الإسلامية, فحكم بموجبه وعلى أساسه على معظم الأمة بالكفر والشرك بالله والخروج عن ربقة التوحيد فكان وسيلة سهلة التناول استخدام ولا يزال يستخدم لاستصدار تلك الألقاب وتلك الأحكام جزافا بلا بصيرة ولانظر وإن هذا التقسيم بغض النظر عن الدخول فى كنهه أو البحث فى أن له أصلا فى العقيدة الإسلامية أم لا, أصبح الآن ( وللأسف ) هو الأساس المتين فى الحكم على كثير من الفرق الإسلامية بالكفر. ولو أن الذين لن يسلموا من آثار هذا التقسيم بعض هذه الأمة أو القليل منها لهان الخطب والسهل, لكن المصيبة ان ذلك سيتناول معظمها ....علمائها وعوامها.... مكفريها وأدبارها.

إن هذا التقسيم هو فى الحقيقة تقسيم للحمة هذه الأمة وفصم لعراها, وقطع لروابطها, ولوأردنا تطهير الحرمين - على حد قولهم - ممن يظن فيهم الشرك وعبادة الأولياء وتعظيم آل البيت واستعمال المفاهيم العامة فى الصفات مما يجوز تأويله, للزم عدم استقبال الكثير من الحجيج والزوار !! لأن غالبيتهم فى المواسم الدينية من الفرق الإسلامية الذين تستقبلهم الدولة وتحريمهم وترعى شؤونهم, وتفتح لهم الباب فى ممارسة ما يرون مما يتعلق بمذهبهم ولا يخالف الشريعة الإسلامية فى الشىء وإنما هو دائرة فى الأمور الخلافية عن الأمور الخلافية عن الإجماع.
ويدخل فى هذا كثير من مرتكبي الأخطاء والمخلفات الشرعية التى لم يجمع العلماء على تكفير أصحابها, بل هى داخلة تحت قوله تعالى: (إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ) ( النسآء : 48 )

" هو الله " للسيد محمد بن علوى المالكى الحسنى صـ 55 -56
توحيد الألوهية وتوحيد الربوبية متلازمان لا ينفك أحدهما عن الآخر
اعلم أن التوحيد الذى جائت به المرسلون وبينه خاتمهم عليه وعليهم الصلاة والسلام أتم بيان,ونطق به القرأن, وبرهن عليه أسطع برهان, هو أنه تعالى واحد فى ذاته, واحد فى صفاته ولاخالق سواه, ولايستحق العبادة الاهو, والكلمة الطيبة ( لاإله الا الله ) تتضمن أقسام التوحيد كلها, وقد أحسن البيهقى بيان ذلك فى كتابه ( الأسماء والصفات) فيما نقله عن أبى عبد الله الحليمى. أما وحدانيته فى ذاته سبحانه فمعناها أن ذاته العلية لاتتركب من أجزاء مادية ولاعقلية, ولا من غير أصول مادية, فلا تحوم حول حماها المقادير والمساحات والأشكال ونحوها. وقد برهنه القرآن ببيان أن له سبحانه غنى الأكمال ووجوب الوجود, والتركب فى الذات واتصافها فى المقدار ولوازمه يستلزمان الحاجة الى الغير والإفتقار الى السوى, وينافيان وجوب الوجود ويقتضيان الإتصاف بالإمكان, تعالى الله عن ذلك كله علوا كبيرا: فهو واجب الوجود, وهو الأول والأخر, وهو الغنى الحميد.

وأما أنه واحد فى الصفات فهو أنه سبحانه لا ثانى له فى وجوب الوجود, وما يستلزمه من الكمالات العليا اللائقة بمرتبة وجوده الأعلى : من الحياة والعلم والإرادة والقدرة وإذا قد ثبتت وحدانيته فيما ذكر لزم أنه لا خالق سواه ولارب غيره وإذا بان أنه لاخالق سواه ثبت قطعا أنه لايستحق العبادة غيره فإن توحيد الربوبية وتوحيد الألوهية اى استحقاق العبادة متلازمان عرفا وشرعا فالقول بأحدهما قول بالآخر والإشراك فى أحدهما إشراك فى الآخر فمن اعتقد أنه لارب ولاخالق إلاالله لم ير مستحقا للعبادة الاهو ومن اعتقد أنه لا يستحق العبادة غيره كان ذلك بناء منه على أنه لارب الاهو ومن أشرك مع الله غيره فى العبادة كان لامحالة قائلا بربوبية هذا الغير, هذا مالا يعرف فى الناس سواه فإن من لاتعتقد له ربوبية استحال أن يتخذ معبودا ولهذا توجد الأنبيآء عليهم الصلاة والسلام ومن أرسلهم جل جلاله يقتطفون فى الدعوة إلى التوحيد بأحدهما ويضعون كلا منهما موضع الآخر إكتفاء بشدة التلازم بينهما فى العقول فإن القول بتوحيد الربوبية هو اقرار بتوحيد الألوهية وبالعكس وإليك البينات من القرآن والسنة: قال تعالى : ( واذ اخذ ربك من بنى ادم من ظهورهم ذرية وأشهدخم على انفسهم ) فماذ كانت صيغة العهد من نص القران ؟ هكذا : (الست بربكم) ولم يكن بالهكم , وجعله سبحانه جحة على من اشركوا به فى العبادة حيث قال : ( أن تقولوا يوم القيامة انا كنا غن هذا غافلين. او تقولوا انما أشرك اباؤنا من قبل) الاية.
اليس هذا صريحا فى ان اخذ العهد بتوحيد الربوبية هو اخذ للعهد بتوحيد العبادة ؟ هذا ما لا خلاف فيه بين العلماء من زمن الصحابة الى عهدنا هذا.

الدرر السنية للسيد زينى دحلان صـ 40
وقالوا : إن التوحيد نوعان توحيد الربوبية وهو الذى فى الأيات بمعنى العبادة وهم لبسوا على الخلق وجعلوه بمعنى النداء وقد علمت بطلانه من النصوص السابقة. وأما جعلهم التوحيد نوعين توحيد الربوبية وتوحيد الألوهية فباطل ايضا, فإن توحيد الربوبية هو توحيد الألوهية ألا ترى إلى قوله تعالى ( ألست بربكم قالوا بلى. الأعراف 172 ) ولم يقل ألست بإلهكم فاكتفى منهم بتوحيد الربوبية, ومن المعلوم أن من أقر لك بالربوبية فقد أقر له بالألوهية إذ ليس رب غير الإله بل هو الإله بعينه, وفى الحديث : إن الملكين يسئلان العبد فى قبره فيقولان له : من ربك , ولم يقولا له : من ألهك فدل أن التوحيد الربوبية هو توحيد الألوهية.


Semoga bermanfaat.

Salam ASWAJA.

Baca Selanjutnya

MENURUT PEMAHAMAN WAHABI – IBNU SINA ADALAH ORANG BODOH, KAFIR, ATHEIS, PENGIKUT ALIRAN SYI’AH SEKTE QARAMITHAH BATHINIYYAH, PENGIKUT AGAMA ARISTOTELES, DLL



Lagi-lagi Postingan kali ini saya copaskan LANGSUNG DARI BLOG OKNUM WAHABI. Di copas dari postingan mereka yg berjudul “Benarkah Ibnu Sina Adalah Ilmuwan Muslim?” .

Bagi yg ingin membaca langsung secara lengkap silahkan klick link sumber yg sudah saya cantumkan di bagian bawah.

BAGI YG INGIN MEMBACA MELALUI POSTINGAN INI,
di bawah ini SAYA COPASKAN LANGSUNG DARI BLOG OKNUM WAHABI TERSEBUT,
Selamat membaca..! :

JUDUL: Benarkah Ibnu Sina Adalah Ilmuwan Muslim?

Dalam Majallah Al-Muslimun nomor 247 dimuat resensi buku yaitu “Ibnu Sina sosok Ilmuwan Muslim”. Penulis resensi buku itu tidak mengerti siapa sebenarnya Ibnu Sina?

Kalau kita ingin menulis makalah tentang syakhshiyyah (pribadi seseorang) lebih dahulu kita harus merujuk kitab-kitab yang dikarang oleh Ulama-ulama Islam yang terdahulu yang masyhur, apa kata mereka tentang pribadi seseorang, baru kita pakai sebagai penguat itu ialah ucapan pam ulama yang belakangan. Kita lebih percaya kepada para Salafush-shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka ketimbang ulama yang belakangan yang telah banyak menyimpang dari Manhaj mereka.

Para penulis yang memuji Ibnu Sina kebanyakan dari ahli filsafat dan Orientalist serta para ahli kedokteran, oleh karena itu semua buku yang mcnulis tentang Ibnu Sina selalu mereka merujuk kepada buku-buku Orientalist dan ahli filsafat. Mereka memuji Ibnu Sina karena kekaguman mereka terhadap karya-karyanya, di antara bukunya yang terkenal ialah “al-Qa-nuun fit-Thibb”(Canon of Medicine / Konstitusi ilmu kedokteran).

Kita harus ingat, bahwa pujian yang mereka lontarkan tentunya mempunyai tujuan untuk merusak Islam, karena Ibnu Sina seorang ahli filsafat di samping ia ahli kedokteran dan buku-bukunya tentang filsafat sudah beredar di mana-mana. Dengan pujian dan menganggap ia sebagai seorang “Muslim” membuat kaum Muslimin berusaha membaca karya-karanya tentang filsafat yang isinya adalah racun bagi ummat Islam, sesat dan menyesatkan.


IBNU SINA BIOGRAFI DAN AQIDAHNYA

Ibnu Sina (Avicenna) lahir pada bulan Shafar lahun 370 Hijriyyah / 980 M wafat tahun 1037 M, sejak masa remaja ia sudah kagum dcngan ilmu filsafat, ia banyak mengambil ilmu filsafat dari Ariestoteles. Filsafat ini dikembangkan oleh Ibnu Sina. Filsafat yang dianut olch Ariestoteles dan Ibnu Sina menurut ahli filsafat merupakan filsafat yang sangat-sangat aneh, karena keduanya berpendapat bahwa alam ini ada sebelum adanya (Allah), sedangkan para filosof sebelumnya berkata Bahwa alam ini baru (diciptakan), dan penciptanya ada. (Ighatsatul-Lahafan hal: 257).

Ariestoteles dan lbnu Sina berpendapat bahwa Allah Subhana wa Ta’ala tidak mempunyai kekuasaan apa-apa dan tidak mengetahui sesuatu dan keduanya tidak beriman kepada Malaikat.

Malaikat menurut mereka adalah khayalan para Nabi yang berupa cahaya.
Malaikat tidak bergerak, tidak naik, tidak turun, tidak berbicara, tidak menulis amal-amal hamba, tidak berpindah-pindah, tidak shalat, tidak rnencabut nyawa, tidak menulis rezeki, ajal dan amal, tidak ada di kanan dan di kiri manusia dll.
Scmua ini menurut Ibnu Sina tidak ada hakikatnya.
(Lihat: lghatsatul-Lahafan II : 261)

Mereka tidak percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah Subhana wa Ta’ala melalui Malaikat, karena dia tidak bisa berkata apa-apa dan tidak akan berkata dan Malaikat tidak boleh berkata-kata. (ibid : 262).


KEYAKINAN IBNU SINA YANG SESAT TENTANG NABI DAN RASUL

Rasul-Rasul dan Nabi-nabi menurut Ibnu Sina adalah bualan semata dan bukan utusan dari Allah Subhana wa Ta’ala. Para Nabi dan Rasul mempunyai 3 karakteristik, jika hal ini ada maka ia (menurut dia Ibnu Sina.ed) Nabi :

1. Kekuatan menduga (mengetahui perkara berdasarkan pcrkiraan) hingga ia tahu dengan cepat batas pertengahan dari Sesuatu.

2. Kekuatan mengkhayal, seperti para Nabi mengkhayalkan bentuk cahaya serta cahaya itu dapat bercakap dengan dia dan ia dapat mendengar (cahaya yang dimaksud ialah Malaikat).

3. Kekuatan untuk mempengaruhi orang, dan ini dilakukan semata-mata dengan jiwa.
Semua ini bisa dilakukan dengan usaha.
Ibnu Sina berkata : “Filsafat itu merupakan kenabian khusus, adapun kenabian adalah merupakan filsafat umum.”
(Lihat : Kitab lghatsatul Lahafan min Mashayidis Syaithan II hal: 262 oleh Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Muhammad Hamid al-Faqiy cet. Darul Ma’rifah-Beirut ; dan Kitab al’Aqa-’id al-Bathiniyyah wa hukmul Islam fiiha hal : 247-248 oleh Dr. Shabir Tha’iimah cet. Maktabah ats-Tsaqafiyyah-Beirut).


PANDANGAN IBNU SINA TENTANG HARI KIAMAT

lbnu Sina dalam bukunya “ar-Risalah al-Adhhawiyyah fi Amril Ma’ad” (cet. Darul Fikr al-’Arabiy-Kairo th. 1368 H / 1949 M) ia berkeyakinan tidak beriman kepada pecahnya langit, berhamburannya bintang-bintang, bangkitnya manusia dengan jasadnya, dan tidak percaya bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengadakan alam ini dari tidak ada menjadi ada. Ia berkeyakinan alam ini Azaliy (lihat Dar’u Ta’arudhui ‘Aql wan Naql V:10 oleh Sayikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim cet. I th.1401 H / 1981 M; Ighatsatul Lahafan II hal. 262).


IBNU SINA ADALAH PENGIKUT ALIRAN SYI’AH SEKTE QARAMITHAH BATHINIYYAII

Ibnu Sina pernah memberitahukan tentang dirinya :
Aku dan Ayahku inengikuti ajaran al-Hakim (1) (Ighatsatul-Lahafan 11 : 266) Dengan begitu jelaslah bahwa Ibnu Sina termasuk Sekte Qaramithah Bathiniyyah (2) sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Dr. Rasyad Salim, Muhammad ilamid al-Faqiy dan Dr. Shabir Tha’iimah.

(1). Al-Hakim adalah Manshur bin al’Aziz Billa Nizar bin al-Mu’iz-Billa al-’Abidiy Sulthan ke III, Kesultanan Syi’ah Fathimiyyah (Dibunuh oleh Sulthan Mahmud Al-Ghazi As-Saljuqi At-Turkey Rahimahullah dari Daulah As-Salajiqah pada Tahun 386 H / 996 M), khalifah Pendusta dan Jahat yang pernah menguasai seluruh wilayah Afrika Utara. Ia mendakwakan dirinya sebagai Tuhan, ia banyak membunuh para ulama (tidak dapat dihitung bilangan ulama yang terbunuh, karena hanyaknya). Ia menulis di Masjid-masjid Jami’ caci makian terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan para shahabat lainnya. Dia-lah sekarang yang dijadikan sesembahan oleb kelompok Druzz di Libanon dan Isma’iliyyah di India. (Ta’liq Ighatsatul-Lahafan oleh Syekh Muhammad Hamid al-Faqiy II hal : 266).

(2). Dinisbatkan kepada Hamdan bin al-Ash’ats, dikenal dengan Qurmuth karena ia orangnya pendek / jadi, pendek langkahnya (qurmuth). Ia seorang pembajak tanah di Kufah. Ia termasuk kelompok Kebathinan, mereka mengaku bahwa mereka orang Syi’ah, mereka adalah Atheis dan Zindiq (orang yang pura-pura Islam). Tahun 286 H mereka mulai mcnampakkan da’wahnya (kcpada kesesatan) melalui Sa’id al-Hasan bin Bahram al-Janabiy setelah ia mengikuti Qaramithah.

Kemudian da’wah Qaramithah berkembang dan banyaklah orang-orang jahat yang mengikutinya. Mereka pernah memasuki kota Makkah pada hari Tarwiyah tgl 8 Dzulhijjah th 317 H.

Mereka membunuh jama’ah hajji yang sedang Thawaf (mengelilingi Ka’bah) mereka mencabut pintu Ka’bah dan Kiswahnya, dan orang-orang yang dibunuh dimasukkan ke Sumur Zamzam.

Mereka mencopot Hajar Aswad dan mereka bawa ke Qothief dan tinggal di sana kurang- lebih selama 22 tahun.

Setelah Dunia Islam panik dengan kejahatan Qaramithah, barulah Khalifah Abbasiyyah al-Muthi’ Billah al-Fadhl Bin al-Muqtadir Rahimahullah mengembalikan Hajar Aswad ketempatnya.
Sebenarnya sebelum itu juga mereka telah membunuh orang-orang yang ingin melaksanakan ibadah hajji dan menawan wanita-wanitanya.
(Lihat : Ta’liq Ighatsatul-Lahafan oleb Syekh Muhammad Hamid al-Faqiy II hal: 248 dan al-’Aqa-id al-Bathiniyyah oleh Dr. Shabir Tha’imah hal : 221 s/d 236)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah betkata : “Semua kelompok Qaramithah LEBIH KUFUR dari Yahudi dan Nasrani bahkan lebih kufur dari kebanyakan kaum Musyrikin, karena mereka lebih berbahaya dari kafir harbiy, mereka berpura-pura mencintai Ahul Bait padahal pada hakikatnya mereka tidak beriman kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, tidak beriman kepada perintah, larangan, ganjaran dan siksa. Dan mereka tidak beriman kepada Surga dan Neraka dan tidak juga beriman kepada seorangpun dari para Rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. mereka mengambil dalil al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dari Ulama kaum Muslimin tetapi mereka ta’wilkan dan mereka mengada-adakan dusta serta menda’wakan bahwa yang demikian itu adalah ilmu Bathin.”
(Lihat: Fatawa Syaikhul Islam Jiid 35 halaman : 149-150)


BEBERAPA BANTAHAN PARA ULAMA TENTANG BUKU-BUKU IBNU SINA

1. Syaikh Muhammad asy-Syahrastani rahimahullah (lahir th 479 H wafat th 548 H), ia mengarang satu buku yang berjudul “al-Mushara’ah” [Buku yang ditulis oleh Imam Syahrastani adalah penyempurnaan dari buku Imarn Shadaruddin Asy-Syairazy rahimahullah, yang sebenarnya buku ini dibantah lagi oleh Ibnu Sina di saat Syairazy rnasih hidup, dua buku ini sudah dibaca oleh Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. (Lihat: Al-Milal wan Nihal dan al-Ighatsah)].

Isi buku itu membantah keyakinan Ibnu Sina yang menyatakan bahwa alam ini terdahulu, keyakinan dia tentang tidak adanya Hari Kiamat (dibangkitkan dengan jasad) serta ia berkeyakinan Allah tidak mempunyai ilmu dan kekuasaan. Beliau (Imam Muhammad asy-Syahrastani rahimahullah) menjelaskan bahwa keyakinan Ibnu Sina itu BATHIL. Tetapi Ibnu Sina tidak mau rujuk kepada kebenaran, bahkan ia menentang dan membantah buku Imam asy-Syairazy rahimahullah itu dengan mengarang satu buku yang berjudul “Mushara’atul Mushara’ah”, Di kitab itu Ibnu Sina menyatakan :
“Bahwasanya Allah tidak menciptakan langit dan Bumi dalam 6 (enam) hari, Allah tidak mengetahui sesuatu apapun, Allah tidak berbuat sesuatu dengan Qudrat dan Ikhtiyarnya dan Allah tidak membangkitkan manusia dari Kuburnya.”
(Lihat : Ighatsatul lahafan II hal. 266)

Setelah membawakan pendapat Imam asy-Syahrastani rahimahullah yang menyatakan ajaran Ibnu Sina itu Bathil, Imam lbnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Kesimpulannya Ibnu Sina itu Seorang ATHEIS, Yang KUFUR KEPADA ALLAH, kepada para MalaikatNya, Kufur kepada Kitab-kitab Nya, Kufur kepada Rasul-Rasul Nya dan Kufur kepada hari Kiamat.”(Ighatsatul.Lahfan 11 : 267)

Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: “(Menurut ukuran kejelekan), Agama kaum Musyrikin lebih baik dari ajaran Ibnu Sina, al-Farabi dan para pengikutnya (maksudnya kejelekan kaum Musyrikin lebih ringan dibanding kejelekan Ibnu Sina-pen) karena penyembah-penyembah berhala masih mempercayai Allah sebagai al-Khaliq (pencipta) yang mengadakan dari tidak ada, mereka percaya bahwa Allah BERKUASA DAN HIDUP, Penyembah berhala hanya berlaku syirik dalam soal ibadah.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” ( Qs. Az-Zumar : 3 ).
(sedang Ibnu Sina dalam semua hal)(idem 268).

2. Imam Ibnul Qusyairiy rahimahullah mernbantah bukunya Ibnu Sina yang berjudul: Asy-Syifa 3). Asy-Syifa itu sebuah buku Ensikilopedia Filsafat, bantahan beliau rahimahullah dituliskan dalam bentuk Sya’ir :
Kami putuskan persaudaraan dengan sekelompok orang yang sakit yaitu penulis buku asy-Syifa’.

Berapa kali kami sudah kuingatkan : Wahai kaumku! Kalian ini berada di tepi jurang (neraka) bersama penulis buku asy-Syifa’.
Maka tatkala mereka sudah meremehkan peringatan kami, maka kami kembali kepada Allah, Allah cukup (sebagai pelindung kami),
Mereka (Ibnu Sina dan para pengikutnya) mati dalam keadaan mengikuti Agama (‘ajaran,) Ariestoteles, sedangkan kami hidup mengikuti agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . (Lihat: Fatawa Ibnu Taimiyyah 9 hal. 253)

3. Ibnul Jauzi al-Qurasyiy al-Baghdadiy rahimahullah berkata : “Kebanyakan AhIi Filsafat berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengetahui sesuatu?? Ibnu Sina berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengctahui yang partial?? Mereka adalah orang-orang yang PANDIR YANG TELAH DIHIASI OLEH IBLIS.”
(Talbiisu Iblis oleh Ibnu Jauzi hal : 47, Tahqiq Mahmud Mahdi al-Istambuli cet. Muassasah ‘ulumul Qur’an-Damaskus).

4. Ibnu Sina menulis buku yang berjudul “al-Isyaaraat wat Tanbiihaat, buku ini ada beberapa jilid yang berisi tentang kayakinan di dalam masalah Dzat, Wujud dan sebagainya. Buku ini telah disyarah oleh seorang filosop Israel. Dan buku Ibnu Sina ini telah dibantah oleh Syaikhul Islam Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya Dar’u Ta’a-rudhul’Aql wan Naql jilid V dan halaman 87 sampai dengan halaman 152 tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim cet. th 1401 H/1981.M. Di halaman 130-131 Ibnu Taimiyyah berkata : “Mereka-mereka yang mengingkari adanya Malaikat adalah Kafir …. dan Ulama’ salaf telah sepakat bahwa mereka yang mengingkari sifat-sifat Allah adalah orang yang paling bodoh dan paling sesat.”

5. Berkata Dr.Shabir Tha’iimah rahimahullah: “Aqidah kebathinan yang dianut oleh sekte Qaramithah, Isma’iliyah dan Nushairiyah adalah KAFIR karena mereka menolak Rukun Iman dan hukum-hukum Islam, dan mereka telah dipengaruhi oleh Filsafat Yunani, Persia dan India. Mereka mengaku-ngaku dirinya sebagai orang-orang Muslim? Padahal mereka sangat jauh dari Islam dan kaum Muslimin. Di antara tokoh-tokohnya ialah : Ibnu Mulkan, Ibnu Sab’in, IBNU ‘ARABY, AL-HALLAJ, IBNU SINA DAN dan yang selain mereka.” (Lihat al-’Aqaaid al-Bathiniyyah wa hukmul Islam fiiha halaman 242 s/d 249).


IBNU SINA DAN PARA PENGIKUTNYA MENURUT AL-QUR’AN

Ibnu Sina dan para pengikutnya menurut al-Qur’an adalah orang-orang bodoh, sombong, sesat dan Kafir. Allah Subhana wa Ta’ala Berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” ( Qs.Al-Mukmin : 56 ).

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” ( Qs.Al-Baqarah : 13 ).

“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” ( Qs. Al-Mu’min : 83 ).

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” ( Qs.An Nisaa’ : 136 ).

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” ( Qs. An Nisaa’ : 150-151 ).

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( Qs. Al A’raaf : 147 ).

Sesungguhnya seeeorang bisa dikatakan beriman apabila ia beriman kepada Allah, Malaikat- Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan apa yang ditakdirkan Allah kepada dirinya yang baik maupun yang buruk. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
,”Iman itu ialah : Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk” ( Shahih Riwayat Imam Muslim no. 8 ).

Maka perhatikanlah bahwa Ibnu Sina tidak beriman kepada apa yang discbutkan dalam al-Qur’an dan apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia malah mengikuti dan membela ajaran Ariestoteles, Syi’ah Qaramithah Bathiniyyah dan dia mati dalam keadaan meyakini ajaran yang sesat tersebut.
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” ( Qs.Al-‘Imran : 85 ).

Mungkin Ada orang yang berkata : “tidak boleh mengkafirkan seseorang dari ahli qiblat dengan sebab satu dosa “kami jawab: Tetapi Ibnu Sina telah berbuat dosa-dosa besar dan telah MURTAD dari Islam dan dia telah KUFUR I’TIQADIY, dan orang yang membela Ibnu Sina berarti ia telah menjadi pengikutnya, dan bisa disamakan hukumnya dengan dia (Lihat al-Wala’ wal Bara’fil Islam bab Nawaqidhul Islam hal : 75 oleh Muhammad bin Sa’id bin Salim al-Qahthani MA cet. Daar Thayyibah dan al Imam Akamuhu haqiqatuhu Nawaqidhuhu hal. 219 dan 241 olch Dr. Muhammad Na’im Yasin, cet. V Mahtu-batul falaah 1407/1987).


KESIMPULANNYA

Apabila kita mau menilai sescorang maka kita wajib menilai dengan neraca yang adil yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Tidak boleh kita menilai seseorang itu baik berdasarkan jasa-jasanya atau kehebatan maupun keahliannya, karena banyak sekali orang-orang kafir yang telah berjasa untuk kepentingan kaum Muslimin dan mereka tetap dikatakan kafir. Pertama kali kita nilai seseorang adalah tentang aqidahnya, benar atau salah, musyrik, kafir atau mu’min dan sesudah itu baru yang lainnya. Ibnu Sina menurut ukuran nilai Islam dia TELAH KAFIR, jadi Ibnu Sina bukanlah cendekiawan Muslim, tetapi CENDEKIAWAN KAFIR.

Ingat kita harus hati-hati terhadap pengaruh Filsafat Ibnu Sina yang dikembangkan oleh para Orientalis dan bertujuan untuk menyesatkan kaum Muslimin. Bila aqidah sudah hancur amal-pun pasti akan gugur.!

Oleh :
Al-Ustadz Yazid Ibn Abdul Qodir Jawaz


SUMBER BLOG WAHABI:
http://dediwahyudisalafi.blogspot.com/2012/07/benarkah-ibnu-sina-adalah-ilmuwan-muslim.html
http://bukancumadokter.wordpress.com/2011/03/05/benarkah-ibnu-sina-adalah-ilmuwan-muslim/

Baca Selanjutnya

Prosesi akad nikah melalui tehnologi modern




Mempelai pria di Amerika – Mempelai wanita di Madinah – Di akad-kan di Jeddah

----
Pengantin Pria: Ahmad Jamil Rojab, 26 tahun.
Pengantin wanita: Wafa’ Assuhaimiy, 24 tahun.


AL KISAH:

Pengantin pria, yaitu Ahmad Jamil Rojab terlintas dalam pikirannya untuk segera menikah dan keluarganya-pun menyetujuinya.

Ahmad ini sedang kuliah di Amerika, yaitu di Universitas Marymount Virginia.
Dia merasa serba salah dan akan mengalami kesulitan yang sangat besar jika dia memilih pulang ke Saudi untuk prosesi pernikahannya ini, karena sulitnya registrasi administrasi nya bagi mahasiswa Saudi jika sudah pulang ke Saudi.

Sehingga saya memilih dua hal, lanjut Ahmad Jamil Rojab, yaitu:

- Tetap tinggal di Amerika untuk menyelesaikan kuliahku yang rampung 2 tahun lagi.

- Pulang ke Saudi dengan konsekwensi saya tidak bisa kembali lagi untuk meneruskan kuliah saya karena saya harus memperbarui visa lagi.


Saya menawarkan teknis “Messenger marriage”, yaitu PERNIKAHAN UTUSAN, asalnya orang tua saya keberatan, namun akhirnya bisa dibujuk dan akhirnya merestuinya setelah dapat penjelasan secara Syar’i oleh Syaikh Adeel Adzimaariy sekaligus yang mengAkadkan kami.

Menurut Syaikh Adeel, posisi dan situasi seperti ini memang sulit dan langka, namun pada jaman Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kasus pernikahan menggunakan wakil itu pernah terjadi, yaitu antara:

Umi Habibah yang berada di Habasyah dengan Amr bin Umayyah Adhomiriy yang sedang berada tempat lain. Dan Nabi menjadi wakil dari Umar bin umayyah.

SUMBER:
http://www.alriyadh.com/2009/07/09/article443347.html
______________


Ini maskud nya bagaimana ya?

Apakah benar terjemahan saya di atas, yaitu PENGANTIN PRIA NYA DI WAKILKAN untuk PROSESI AKAD dengan di saksikan oleh banyak orang? Seperti yang terlihat dalam gambar, menggunakan alat projector, handy cam dan laptop dll.
Mohon pencerahannya^^

KASUS INI TERCATAT PERTAMA KALI DI SAUDI ARABIA

Wallahu a’lam..


Demikian baba naheel melaporkan

Baca Selanjutnya

Sabtu, 25 Agustus 2012

Bagaimana Cara Mengetahui Orang Wahabi?


Diantara ciri-ciri kaum wahabi bahwa mereka meyakini beberapa hal berikut ini:

1. Golongan Wahabi mengingkari kerasulan dan kenabian Adam As. Padahal seluruh umat beragama sepakat bahwa Adam adalah nabi yang pertama. Abu Mansur al-Bagdadi dalam kitab Ushul ad-Din halaman 157-159 mengutip ijma’ dalam hal ini. Allah ta’ala berfirman “Innallaahashthafaa aadama wanuuhan…”

2. Kaum Wahabi melarang dan mengharamkan Adzan kedua dalam shalat Jum’at. Padahal yang menetapkan adanya adzan tersebut adalah Dzunnurain Khalifah Utsman ibn Affan Ra. yang para malaikat malu kepadanya. Apakah mereka lebih memahami agama dari pada menantu Rasulullah Saw., sahabat dan khalifahnya yang ketiga sehingga kalian melarang bid’ah hasanah ini.

3. Kaum Wahabi melarang dan mengharamkan membaca shalawat kepada Nabi Saw. setelah adzan dengan suara keras. Padahal Allah ta’ala telah berfirman “Innallaaha wamalaaikatahu yushalluuna ‘alannabiyyi yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu ‘alaihi wasallimuu tasliiman.” Dan cukup sebagai dalil bahwa bershalawat dengan suara keras setelah adzan adalah bid’ah yang disunnahkan. Nabi Saw. bersabda: “Apabila kalian mendengar adzannya muaddzin maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan kemudian bershalawatlah kepadanya.” (HR. Muslim dalam kitab ash-Shalat). Dan sabda Nabi Saw.: “Barangsiapa yang menyebutku hendaknya ia bershalawat kepadaku.” (HR. al-Hafidz as-Sakhawi).

4. Kaum Wahabi mengharamkan menggunakan subhah (tasbih). Dalam hal ini berarti mereka menentang apa yang telah disepakati oleh Nabi Saw. Berdasarkan pada hadits: “Ketika Nabi lewat di depan salah seorang sahabat perempuan yang sedang bertasbih dengan kerikil beliau tidak mengingkarinya.” (HR. Tirmidzi, ath-Thabarani dan Ibn Hibban).

5. Wahabi mengharamkan membaca tahlil ketika mengantar jenazah. Ini bertentangan dengan al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman “Udzkurullaaha dzikran katsiiran.”

6. Wahabi mengharamkan membaca al-Qur’an untuk mayat muslim meskipun surat al-Fatihah. Padahal tidak ada penjelasan dalam syari’at yang mengharamkan hal itu, Allah ta’ala berfirman “Waf’alaul khaira”. Dan hadits: ”Bacalah Yasin pada orang-orang meninggal di antara kalian”. (HR. Ibn Hibban dan hadits ini dishahihkannya). Ijma’ Ahlussunnah membolehkannya serta bermanfaat bagi si mayit. Imam asy-Syafi’i mengatakan: ”Apabila mereka membaca sebagian dari al-Qur’an di kuburan maka hal itu baik dan apabila mereka membaca keseluruhan al-Qur’an maka itu lebih baik.” Dikutip oleh an-Nawawi dalam kitab Riyadh ash-Shalihin.

7. Kaum Wahabi mengharamkan umat Islam merayakan peringatan Maulid Nabi yang mulia yang di dalamnya dilakukan perbuatan-perbatan yang baik seperti membaca al-Qur’an, memberi makan orang-orang fakir dan miskin, membaca sejarah Nabi dan orang Wahabi menganggapnya sebagai bid’ah yang buruk. Dalil dibolehkannya Maulid Nabi adalah firman Allah ta’ala “Waf’alul khaira la’allakum tuflihuuna.” Dan hadits: ”Barangsiapa yang merintis kebaikan dalam Islam maka baginya pahala dari perbuatan tersebut.” (HR. Muslim). Al-Hafidz as-Suyuti menulis risalah yang berjudul Husn al-Maqashid fi ‘Amali al-Maulid terdapat dalam kitabnya al-Hawi li al-Fatawa jilid 1 halaman 189-197, beliau mengatakan: “Kebanyakan orang yang sangat memperhatikan Maulid Nabi adalah penduduk Mesir dan Syam.” (Lihat juga dalam kitab al-Ajwibah al-Mardhiyah juz 3 halaman 116-1120).

8. Kaum wahabi mengkafirkan orang yang mengatakan kepada orang lain: “Bantulah aku demi Nabi atau dengan keagungan Nabi Saw.” Imam Ahmad ibn Hanbal Ra. mengatakan: ”Barangsiapa bersumpah dengan nama Nabi kemudian ia mengingkarinya maka dia terkena kifarat (denda).” Padahal mereka mengagungkan Imam Ahmad, Imam Ahmad ibn Hanbal di satu lembah sedangkan mereka berada di lembah yang lain (sebagai ungkapan bahwa berbeda sekali Imam Ahmad dengan orang-orang wahabi).

9. Kaum Wahabi melarang dan mengharamkan bertabarruk dengan peninggalan-peninggalan Nabi dan orang-orang shalih. Padahal perkara itu dibolehkan dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang bercerita tentang nabi Yusuf: “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” Dan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim bahwa Nabi membagi-bagikan rambutnya di antara para shahabat agar mereka bertabarruk dengannya. Al-Khatib al-Baghdadi menceritakan bahwa imam asy-Syafi’i mengatakan: ”Sungguh aku bertabarruk dengan Abu Hanifah dan aku datang ke kuburannya setiap hari untuk berziarah.”

10. Kaum wahabi mengkafirkan orang yang bertawassul, beristighatsah dan meminta pertolongan pada selain Allah. Padahal itu semua adalah boleh dengan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat menolak bahaya dan memberi manfaat pada hakekatnya kecuali Allah. Telah tsabit bahwa Sayyidina Umar Ra. bertawassul dengan al-Abbas dan Nabi Saw. menamakan hujan dengan mughits (penolong). Allah ta’ala berfirman “Wasta’iinuu bishshabri washshalaati”. Dan hadits: “Apabila kalian tersesat di padang pasir maka hendaknya ia memanggil wahai hamba-hamba Allah tolonglah.“ Al-Hafidz Ibn Hajar menilainya sebagi hadits hasan.

11. Kaum Wahabi mengkafirkan orang yang mengatakan “wahai Muhammad.” Padahal Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab al-Adab al-Mufrad halaman 324 dari Abdurrahman ibn Sa’ad mengatakan: “Kaki Ibn Umar keseleo (atau semacamnya), seorang laki-laki berkata kepadanya: “Sebutlah orang yang paling kamu cintai, kemudian ia mengatakan: “Ya Muhammad”, seketika itu kakinya sembuh.” Ibn Sunni menyebutkannya dalam kitab ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah halaman 72-73, Ibn Taimiyah pemimpin Wahabiyah dalam kitabnya yang terkenal al-Kalim ath-Thayyib halaman 73 dan gurunya para Qurra’ al-Hafidz Ibn al-Jauzi dalam kitabnya al-Husnu al-Hashin dan Uddatu al-Husni al-Hashin. Asy-Syaukani juga menyebutkannya dalam kitabnya Tuhfatu adz-Dzakirin halaman 267.

12. Kaum Wahabi menyerupakan Allah dengan sifat-sifat manusia dan bahwa dia bertempat di arah atas. Padahal al-Qur’an al-Karim menyebutkan penafian serupaan, arah, tempat dan batasan pada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman: ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha mendengar dan Melihat.” Dan firman Allah ta’ala: “Janganlah kalian jadikan serupa-serupa bagi Allah.” Dan firmanNya: “Dan tidak ada bagiNya serupaan seorangpun.” yakni tidak ada serupa. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib Ra. mengatakan: “Barangsiapa yang menyangka bahwa Tuhan kita itu mahdud (memiliki bentuk dan ukuran) maka berarti ia tidak mengetahui pencipta yang wajib disembah.” Beliau juga berkata: “Pada azal Allah ada dan belum ada tempat dan Dia (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula ada tanpa tempat.” Kita mengangkat tangan kita dalam berdo’a ke arah langit, karena langit adalah kiblat do’a dan tempat tinggalnya para malaikat. Bukan karena Allah tinggal di langit sebagaimana diriwayatkan oleh imam an-Nawawi dan lainnya.

13. Kaum Wahabi melarang takwil ayat al-Qur’an dan hadits yang mutasyabihah untuk mendukung aqidahnya yang sesat. Padahal hadits Nabi Saw. yang berdoa: “Ya Allah Ajarilah dia (Ibn Abbas) hikmah dan takwil al-Qur’an”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan al-Hafidz Ibn al-Jauzi dan Ibn Majah). Ta’wil telah dilakukan oleh sebagian ulama salaf seperti imam Ahmad ibn Hanbal.

14. Kaum Wahabi mengharamkan ziarah ke makam Nabi dan menganggapnya sebagai perjalanan maksiat. Padahal Allah ta’ala berfirman “Walau annahum idz dzalamuu anfusahum jaa-uka”. Nabi Saw. bersabda: “Barangsiapa yang menziarahi makamku maka dia wajib mendapatkan syafa’atku”. (HR. ad-Daruquthni). Beliau Saw. juga bersabda: “Barangsiapa yang mendatangiku sengaja untuk berziarah tidak ada tujuan lain kecuali untuk menziarahiku maka niscaya aku akan memintakan syafa’at baginya.” (HR. ath-Thabarani)

15. Kaum Wahabi mengharamkan memakai hirz yang di dalamnya bertuliskan al-Qur’an dan hadits, tidak terdapat mantra-mantra yang diharamkan. Padahal hirz semacam itu dibolehkan dengan dalil hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Abdullah ibn Amr ibn al-‘Ash mengatakan: “Kami mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak kami dan anak yang belum baligh kami menulisnya di atas kertas dan menggantungkannya pada dadanya.” (HR. at-Tirmidzi).

16. Kaum Wahahbi mengesampingkan perkataan para imam Ahlussunnah wal Jama’ah dan mencela ucapan mereka seperti al-Imam asy-Syafi’i, Abu Hanifah, Malik dan Ahmad ibn Hanbal, al-Bukhari, Muslim, an-Nawawi, dan para imam Ahlussunnah lainnya. Mereka tidak berpegangan perkataan siapapun kecuali perkataan Ibn Taimiyah dan muridnya Ibn Qayyim al-Jauziyah, hanya dua orang inilah Imam mereka.

17. Ibn Baz pemimpin Wahabiyah mengkafirkan penduduk Mesir, Syam, Irak, Amman, Yaman, dan Hijaz tempat lahirnya Muhammad ibn Abdul Wahhab. Lihatlah perkataan pemimpin mereka Ibn Baz yang mengkafirkan manusia secara keseluruhan. Dalam Hasyiyah kitab Fath al-Majid karya Abdurrahman ibn al-Hasan Alu Syekh (keluarga Muhammad ibn Abdul Wahhab) cetakan Dar an-Nadwah al-Jadidah halaman
191 ia berbicara tentang penduduk mesir. Ia mengatakan: “Sesungguhnya Tuhan yang paling agung bagi mereka adalah Ahmad al-Badawi. Dan penduduk Irak dan sekitarnya seperti penduduk Aman mengkultuskan Abdul Qadir al-Jailani, penduduk Mesir mengkultuskan Al-Badawi...” Kemudian ia berkata: “Lebih parah lagi penduduk Syam yang menyembah Ibn ‘Arabi.” Dan ia mengatakan: “Yang seperti ini telah terjadi sebelum adanya dakwah ini (dakwah Wahabi) di Nejed, Hijaz, Yaman dan lainnya penyembahan terhadap thaghut-thaghut

Semogga bermafaat.
Baca Selanjutnya

Membongkar kedustaan pengakuan salafy wahhabi atas pujian para ulama kepada Muhammad bin Abdul Wahhab.


Membongkar kedustaan pengakuan salafy wahhabi atas pujian para ulama kepada Muhammad bin Abdul Wahhab.

Orang-orang wahabi salafi mengaku bahwa banyak para ulama dunia yang memuji dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, benarkah hal itu ? siapa saja kah para ulama yang telah memuji Muhammad bin Abdul Wahhab ?
Ternyata ulama-ulama yang mereka klaim sebagai Ulama dunia tidak ada lain hanya berputar dari kalangan keluarga dan murid-murdi Muhammad bin Abdul Wahhab saja. Bahkan mereka berani berdusta atas nama ulama Ahlus sunnah waljama’ah di antaranya imam Ash-Shon’aani padahal beliau mencela Muhammad bin Abdul wahhab. Juga

Demi mendapat dukungan dari umat dan menutup-nutupi sejarah kelam Muhammad bin Abdul wahhab serta kesesatan dakwahnya, maka para pentaqlid butanya membuat sebuah judul “ Para ulama dunia memuji dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab “, mereka mnyebutkan nama-nama para ulama yang memuji Muhammad bin Abdul Wahhab.

Nah siapakah sebenarnya para ulama tsb yang mereka klaim Ulama dunia yang telah memuji-muji dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab ? Tidak lain pembela-pembela Muhammad bin Abdul Wahhab, hanya berputar dari kalangan anak-anaknya, cucunya, murdi dan kerabatnya saja. Simak penjelasan berikut ini..!
Wahhabi Salafi berkata “ Di antara para ulama yang membela dan emuji dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab adalah :

1. Ahmad bin Mani’ .

Bantahan : Siapakah Ahmad bin Mani’ ? tidak ada lain nama lengkapnya adalah Ahmad bin Mani’ bin Ibrahim bin mani’. Dia adalah salah satu murid Muhammad bin Abdul wahhab wafat tahun 1186 H. Lihat profilnya dalam kitab Ulama Najd juz 1 halaman 504.

2. Muhammad bin Ghoihab dan Muhammad bin ‘Idan yang telah mengarang sebuah risalah / buku kecil yang ditujukan kpd syaikh Abdullah Al-Muis (aswaja) menasehati agar kembali kpd ajaran Tauhid Muhamamd bin Abdul Wahhab.

Bantahan : Muhammad bin Ghoihab adalah murid Muhammad bin Abdul Wahhab demikian juga Muhammad bin ‘idan.
Dan kita tanyakan kpd mereka “ Apa judul risalah tsb dan di mana keberadaan risalah tsb ?”

3. Hamd bin Mu’ammar dan Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, kedua ulama tsb telah mengarang sebuah kitab “ At-Taudhiih ‘an Tauhidil khollaq fii jawabi ahlil Iraq “.

Bantahan : Hamd bin Mu’ammar adalah murid Muhammad bin Adbul wahhab. Dan Abdullah adalah putra Muhammad bin Abdul wahhab.

4. Al-Allamah syaikh Husain bin ghonnam Al-Ihsaai pengarang kitab tarikh Najd. Seorg ahli ilmu Nahwu dan arudh.

Bantahan : Dia telah menjdi murid Muhammad bin Abdul wahhab, dan tidaklah mengarang kitab tarikh Najd terkecuali menambah wawasan akan kedzaliman dan sejarah kelam Muhammad bin Abdul wahhab.

Di antara isinya adalah di halaman 97, disebutkan bahwa Syaikh Husain menukil dari sbagian risalah gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab sbgai berikut : “
Muhammad bin Abdul wahhab bercerita “ Sesungguhnya Utsman bin Mu’ammar adalah seorg hakim negeri Uyainah dia adlah musyrik dan kafir. Setelah orang-orang mengetahui kekufurannya, maka mereka berencana membunuhnya. Setelah selesai sholat jum’at. Dan kami membunuhnya di tempat sholatnya di dalam masjid bulan Rajab tahun 1163 H “.

Lihatlah Muhammad bin Abdul wahhab dengan bangga menceritakan pembunuhannya terhadap Utsman bin Mu’ammar yg vonis kafir di dalam masjdi rumah Allah Swt ??? dan dengan percaya diri, muridnya tsb mnceritakan kembali dalam kitab Tarikh Najdnya.

5. Al-Allamah Hamd bin Nashir bin Utsman bin Mu’ammar, dia telah mengarang banyak bantahan di angtaranya : Kitab “ An-Nubdzah Asy-Syarifah An-Nafisah fi r Radd ‘alal quburiyyin “, At-Tuhfah Al-Madaniyyah fil Aqidah As-Salafiyyah “..

Bantahan : Hamd ini adalah murid Muhammad bin Abdul wahhab dan kakeknya yaitu Utsman bin Mu’ammar telah dibunuh oleh gurunya tsb yaitu setelah selesai sholat jum’at dan masih berada dalam tempat sholatnya di masjid.

6. Abdullah bin Muhamad bin Abdul Wahhab.

Bantahan ; Dia adalah putra Muhamamd bin Abdul Wahhab, namanya sering diulang-ulang penyebutannya dalam jajaran ulama yang memuji Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan dia telah menghalalkan darah dan harta dgn jalan mencuri atau merampok kpd org yg tdk mengikuti paham ayahnya.

7. Syaikh Abdul Aziz bin Hamd.

Bantahan : Dia adalah cucu Muhammad bin Abdul wahhab.

8. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman abu Bathin.

Bantahan ; Dia adalah salah satu murid Abdullah putra Muhammad bin Abdul wahhab.

9. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Hasan Alus syaikh.

Bantahan ; dia adalah salah satu cicit muhamamd bin Abdul wahhab.

10. Syaikh Abdurahman bin Muhammad bin Mani’. Dia telah mengarang qosidah di dalam memuji Muhammad bin Abdul Wahhab.

Banthan : dia adalah salah satu murid dari cucu Muhammad bin Abdull wahhab yaitu Abdurrahman bin Hasan.

11. Al-Allamah syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan.

Bantahan : Dia putra dari cucu Muhamamd bin Abdul wahhab.

12. syaikh Abdul Aziz bin Hasan Al-Fadhli .

Bantahan ; Dia adalah salah satu murdi cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdurrahman bin hasan.

13. Syaikh Sholeh bin Muhammad Asy-Syatsri, yang telah mengarang kitab abntahan kpd syaikh Ahmad Dahlan dengan judul “ Ta’yidul Malikil Mannan fi Naqdhi dholalati Dahlan “.

Bantahan : dia adalah dia belajar kepada Abdurrahman bin hasan cucu dr Muhammad bin Abdul wahhab.

14. Al-Allamah syaikh Ishaq bin Abdurrahman bin hasan.
Bantahan : Dia adalah putra dari Abdurrahman bin Hasan cucu dari Muhammad bin Abdul wahhab.

15. Al-Allamah syaikh Hamd bin Ali bin Muhamad bin Atiq.
Bantahan : Termasuk murid khusus yang selalu mengikuti majlis Abdurrahman bin hasan.

16. Al-Allamah syaikh Husain bin Hasan bin Husain bin Ali bin Husain bin Muhammad bin Abdul wahhab.

Bantahan : Telah jelas dr keturunan Muhammad bin Abdul wahhab.

17. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Abdul Lathif Aalus syaikh.

Bantahan : juga keturunan Muhammad bin Abdul wahhab.

18. Al-Allamah syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa.

Bantahan : Murid dari salah satu murid cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abu Bathin.

19. Al-Allamah syaikh Nashir bin su’ud asy-syuwaimi.

Bantahan : murdi dari cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdullah bin Abdul Lathif.

20. Wahbah Az-Zuaili Ad-Dimasyqi.

Bantahan : Beliau bukan pembela Muhammad bin Abdul wahhab. Justru beliau adalah seorg asy’ari dan mencintai ilmu tasawwuf. Bahkan beliau memuji kitab Burdah karya imam Bushiri.

21. Doktor Muhammad Ahmad Darniiqoh, telah mengarang kitab “ Syaikh Muhamamd bin Abdul wahhab Raaid ad-dakwah as-salafiyyah “.

Bantahan : Jika mereka mengklaim doctor Muhammad Ahmad adalah pembela Muhammad bin Abdul wahhab, maka seharusnya mereka juga mau menerima karya beliau yang berjudul “ A-th-Thoriqah An-Naqsyabandiyyah wa ‘alaamuha ‘. Buku mnjelaskan ajaran tariqat naqsyabandiyyah dan beliau pun memuji tariqat ini.

22. Imam Ash-shon’aani al-Yamani.

Bantahan : Beliau memang awalnya sempat memuji dakwah Muhammad bin Abdul wahhab, shingga belaiu membuat syair pujian berikut :
سلام على نجد ومن حل في نجد : وإن كان تسليمي على البعد لا يجدي
Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal sana
Walaupun salamku dari kejauhan belum mencukupinya.

Lama tak mendapat jawaban, hingga bebrapa orng dan ulama Najd mendatangi beliau dan menceritakan hakekat ajaran Muhammad bin Abdul wahhab, maka beliau meruju’ / mencabut kembali pujiannya itu. Padahal qosidah beliau telah menyebar ke sluruh negri.

Akhirnya beliau mencabut pujianya itu dan membuat pujian tentang ruju’nya beliau dr pujian kpd Muhammad bin Abdul wahhab. Dan membuat syarahnya di dalam kitabnya “ Irsyadu Dzail albab ila haqiqati aqwal Ibn Abdil Wahhab “.
Qosdidah ruju’ beliau sangat terkenal di kalangan santri Yaman, di antra bait ruju’ beliau adalah :

رجعت عن القول الذي قلت في النجدي :::::: فقد صح لي فيه خلاف الذي عندي
ظننت به خيرا وقلت عسى عسى ::::::::: نجد ناصحا يهدي الأنام ويستهدي
فقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا ::::::::: وما كل ظن للحقائق لي مهدي
وقد جاءنا من أرضه الشيخ مربد :::::::::: فحقق من أحواله كل ما يبدي
وقد جاء من تأليفه برسائل :::::::::::::: يكفر أهل الأرض فيها على عمد
ولفق في تكفيرهم كل حجة :::::::::::::: تراها كبيت العنكبوت لمن يهدي
تجارى على إجرا دما كل مسلم ::::::::::::: مصل مزك لا يحول عن العهد
وقد جاءنا عن ربنا في ( براءة ) ::::::::::::: براءتهم عن كل كفر وعن جحد
وإخواننا سماهم الله فاستمع :::::::::::::: لقول الإله الواحد الصمد الفرد
وقد قال خير المرسلين نهيت عن ::::::::::::: فما باله لا ينتهي الرجل النجدي
وقال لهم : لا ما أقاموا الصلاة في ::::::::::::: أناس أتوا كل القبائح عن قصد
أبن لي ، أبن لي لم سفكت دماءهم ؟ :::::::: ولم ذا نهبت المال قصدا على عمد ؟
وقد عصموا هذا وهذا بقول لا :::::::::::::: إله سوى الله المهيمن ذي المجد

“ Aku menarik kembali pujianku terhadap Muhammad bin Abdul wahhab An-Najdi
Sungguh telah benar kekliruan pujiannku terhdapnya.
Aku mnyangkka baik padanya, dan aku berdoa semoga, semoga Najd kita member petunjuk pada manusia.
Tapi persangkaanku salah, bukan nasehatku yg salah. Telah dating kepadaku dari Najd syaikh Marbad.
Dan mnjlskan hakekat ajaran muhammad An-Najdi.
Di dalm kitab-kitabnya ia telah banyak emgkafirkan penduduk bumi dengan sengaja.
Dan seterurnya…

Catatan :

Lihatlah, bagaimana wahhabiyyah mengelabui umat Islam dalam tipu dayanya menulis nama-nama para ulama islam sedunia yang memuji dan mendukung ajaran Muhammad bin Abdul wahhab, padahal setelah dikroscek ternyata ulama-ulama tsb adfalah hanya dari kalangan keluarga, putra, cucu dan murid Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri.

Manakah para ulama Islam sezamannya yang memuji Muhammad bin Abdul Wahhab ???

Tidak adakah ulama selain dr kalangan keluarga dan murid Muhammad bin Abdul wahhab yang membela ajarannya???

Sedangkan para ulama besar dari smua kalangan madzhab telah membantah dan mencela ajaran Muhammad bin Abdul wahhab, ratusan ulama yang hidup semasa dengan Muhamamd bin Abdul wahhab bahkan dari saudaranya sndiri yaitu syaikh Sulaiman bin Abdul wahhab yang lebih memahami karakter suadaranya itu dan lebih alim telah mencela dan membuat bantahan kpd saudaranya tsb Muhammad bin Abdul wahhab. Belum lagi ribuan ulama setelahnya yang mencela dan tidak mendukung ajaran Muhamamd bin Abdul Wahhab.

(Ibnu Abdillah Al-Katibiy)






Baca Selanjutnya

Update laporan foto-foto terbaru Kaheel Baba Naheel dari negara taukhid KSA



Dulu dipenghujung tahun 2011 ada fenomena yang mengguncang dunia persepak bolaan Saudi Arabia, yaitu yang terdapat dalam foto ini:

Selebrasi usai mencetak gol oleh TIM AL ITTIHAAD.

Ciuman langka yang dilakukan oleh:

محمد بوسبعان

Baca berita selengkapnya disini:
http://www.shefa-amr.com/nv/index.php?todo=news&id=16&subid=64&tid=1266



Melawan kanker dengan mendaki gunung:

Berikut 3 pemuda dan 5 perempuan warga Saudi pengidap kanker mendaki puncak gunung Kilimanjaro Tanzania Afrika

Berita selengkapnya:
http://www.aleqt.com/2012/03/25/article_640036.html



Aku lama di saudi sehingga banyak kenal dengan anak anak muda disana.
Rata rata mereka memang lucu dan gokil abizz :D




Tempat rekreasi keluarga di Riyadh yang selalu rame dikunjungi oleh masyarakat disetiap hari raya nya. Namanya:

Taman Atmosfer King Abdul Aziz

درة الحدائق

Ditempat ini ada berbagai macam kegiatan, hiburan dan permainan

Selengkapnya baca disini:

http://3idalriyadh.tumblr.com/


Demikian baba naheel melaporkan





Baca Selanjutnya

Imam Mekah As-Sudais HINA Sahabat Nabi Muhammad (wahabi jgn fanatik)

Alhamdulillah wash Syukru Lillah, Ash-Sholat tu Wassalamu ‘ala Nabiyyinal Karim wa’ala aali kullin wasohbi kullin wattoyyibin. Berkaitan seorang lelaki bernama Abdur Rahman Abdul Aziz As-Sudais yang pernah dilantik oleh negara Saudi sebagai Imam di Masjidil Haram Mekah.

Dia (As-Sudais) bukanlah seorang nabi maupun rasul, utk tidak boleh ditegur maupun dikritik. Amat mengherankan dikalangan orang jahil Wahabi yang seolah-olah “menyembah” As-Sudais dengan mendakwa syarat sah haji&umarah mesti solat dibelakang As-Sudais. Fanatik sungguh Wahabi di negara ini. Tidak adapun dalam  kitab manapun yang menyatakan sedemikian. Dari mana Wahabi2 ini mengambil hukum?  Fanatik tak karuan ! itulah puncaknya.
Kritikan ke atas Wahabi yg fanatik seolah2 ‘penyembah’ As-Sudais….ku katakan …tahukah anda bahawa;

1- Abdur Rahman As-Sudais menghukum umat Islam yang menyambut Maulid Nabi sebagai SESAT&MUSYRIK.


2- Abdur Rahman As-Sudais menghukum umat Islam yang menyambut Maulid Nabi SERUPA DENGAN KAFIR.


3- Abdur Rahman As-Sudais menghukum umat Islam yang menyambut Maulid Nabi sebagai TIDAK SAH IMAN.



Ketiga-tiga hukum di atas amat terlalu karena menjatuhkan KEKAFIRAN kepada jutaan umat Islam termasuk presiden, Raja-raja, Menteri-menteri, umat Islam dan lebih parahnya lagi menghukum KAFIR ke atas ulama-ulama Islam.
Kesemua penghukuman melampauinya itu dan lainnya bisa didengar sendiri dalam rekaman khutbah As-Sudais dihadapan puluhan ribu umat Islam di Masjid Haram Mekah (
http://audio.islamweb.net/audio/downloadmp3_.php?audioid=28232
)

Persoalannya..Mengapa As-Sudais terlalu melampau dalam menghukum amalan umat Islam yang mempunyai dalil? Tidakkah boleh As-Sudais bersangka baik ke atas amalan umat Islam?
Apa yang As-Sudais sakit hati sangat dengan Maulid Nabi ini?
Jika dia tidak mau merayakan ,tdk apa2lah tetapi janganlah ghuluw / melampau ketika menghukumi umat Islam sehingga mengkafirkan seluruh umat Islam.
Ada beberapa orang yang jahil ilmu agama sangat marah pada ulama dan para pendakwah Islam apabila mengkritik As-Sudais dengan kritikan ilmiah. Adakah orang jahil itu sangkakan/ingat As-Sudais itu nabi atau rasul yang tidak boleh ditegur/dikritik secara ilmiah?

Oklah…mungkin ada tokoh wahabi yg berkata memang tidak patut mengkritik As-Sudais itu krn dia orang arab…emm..ok tapi…
Apa alasannyanya lagi bila Abdur Rahman As-Sudais Imam Mekah itu menghina,mengutuk dan melecehkan sahabat Nabi Muhammad saw?

SIAPA AS-SUDAIS ITU HENDAK DIBANDINGKAN DENGAN PARA SAHABAT NABI ?! Apa hak As-Sudais yang Wahabi fanatik sangat seolah ‘sembah’ dia untuk mengkritik & hina sahabat Nabi pula?!

1- Abdur Rahman As-Sudais (Imam Mekah) menghina insan mulia sahabat Nabi Muhammad.


2- Abdur Rahman As-Sudais Imam Mekah itu melecehkan sahabat Nabi Muhammad itu di dalam khutbahnya dihadapan puluhan ribu umat Islam di Masjid Haram Mekah hari Jumaat 22/1/1431H.


3- Imam Mekah itu menuduh sahabat nabi Muhammad adalah PENGKHIANAT.



Menteri Dewan Diraja Saudi Arabia; Dr Syeikh Abdul Muhsin Al-’Abikan sendiri mengkritik Imam Mekah Abd Rahman Sudais ini kerana menghina sahabat Nabi Muhammad di hadapan khalayak ramai di masjid haram Mekah . iyalah..siapa tak marah bila yg disanjung umat wahabi ini menghina sahabat Nabi Muhammad. Antara sahabat Nabi Muhammad yang dihina oleh As-Sudais Imam Mekah itu adalah sahabat nabi pemegang amanah yang diberikan oleh Nabi Muhammad bernama Abdullah Bin Tha’lab Al-Lutbiyah..tidak tanggung tanggung,, sahabat Nabi!.
renungkan…
Baca Selanjutnya

Rabu, 22 Agustus 2012

Hujjah ASWAJA masalah membangun makam


Tercatat dalam kitab Ibanah al-Ahkam syarah Bulugh al-Maram juz 2 halaman 194 berikut:
Rasulallah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir:

نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulallah melarang mengkapur kuburan, duduk di atasnya dan membangung bangunan di atasnya.”

Dalam menafsiri hadits pelarangan membangun bangunan di atas kuburan tersebut, para ulama madzhab berbeda pendapat.

1.Menurut asy-Syafi’i dan para pengikutnya, Abu Hanifah dan pengikut madzhab Ahmad bin Hanbal (dalam satu pendapat kuat), bahwa pelarangan membangun kuburan yang di maksud adalah makruh jika dibangun di atas kuburan milik pribadi (bukan wakaf atau musabbal). Dan jika bangunan tersebut dibangun di atas pekuburan musabbal (tempat yang sudah menjadi kebiasaan daerah setempat dibuat untuk mengubur mayit) atau kuburan wakaf, maka hukumnya haram dan wajib dirobohkan.

2.Sedangkan menurut ulama Malikiyyah, makruh hukumnya membangun bangunan di atas kuburan tanah bebas (tidak ada pemilik), atau milik seseorang tapi dengan izin atau di bumi mati (mawat) bila tidak kerena sombong. Dan hukumnya haram jika dibangun di atas kuburan tanah tidak bebas seperti tanah wakaf atau membangun karena sombong.

Keharaman membangun bangunan di atas kuburan wakaf atau musabbal, baik kubah atau yang lain, adalah jika tidak ada kekhawatiran dibongkar orang. Jika ada kekhawatiran, maka membangun bangunan tersebut hukumnya boleh.
Jika bangunan makam, baik kubah atau yang lain, sudah ada sedari dulu tanpa diketahui apakah dulunya dibangun dengan benar, artinya dibangun di atas tanah yang bukan wakaf atau musabbal atau dibangun dengan tidak benar seperti di bangun di atas tanah wakaf atau musabbal, maka bangunan kuburan tersebut tidak boleh dirobohkan karena kita tidak yakin jika bangunan tersebut adalah maksiyat. Dan ketetapan hukum ini yang seyogyanya di buat pijakan untuk menyikapi kubah-kubah makam wali-wali di tanah jawa.

Menurut sebagian ulama Syafi’iyyah, membangun kuburan nabi, wali dan orang-orang saleh di atas kuburan musabbal atau wakaf diperbolehkan.
Sedangkan pendapat yang laen mengatakan haram mutlak tanpa terkecuali, artinya baik nabi, wali atau orang biasa hukumnya sama.

Kemudian hukum makruh membangun bangunan di atas tanah pribadi seperti keterangan di atas adalah jika mayit yang dikubur tersebut bukan seorang Nabi, wali atau orang shaleh. Jika mayit yang dikubur adalah seorang Nabi, wali atau orang saleh, maka membangun bangunan di atasnya adalah termasuk qurbah (sesuatu yang di nilai ibadah). Sebab, dapat menghidupkan makam untuk diziarahi dan untuk tabarruk (mendapatkan berkah) sebagaimana dikatakan oleh Zakariyya al-Anshari dan ulama-ulama lain.

Dalam kitab Asna al-Mathalib bab washiyat disebutkan:
)وَتَصِحُّ ) مِنْ مُسْلِمٍ وَكَافِرٍ ( بِعِمَارَةِ الْمَسَاجِدِ ) لِمَا فِيهَا مِنْ إقَامَةِ الشَّعَائِرِ ( وَقُبُورِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ ) لِمَا فِيهَا مِنْ إحْيَاءِ الزِّيَارَةِ وَالتَّبَرُّكِ بِهَا . قَالَ صَاحِبُ الذَّخَائِر : وَلَعَلَّ الْمُرَادَ أَنْ يُبْنَى عَلَى قُبُورِهِمْ الْقِبَابُ وَالْقَنَاطِرُ كَمَا يُفْعَلُ فِي الْمَشَاهِدِ إذَا كَانَ فِي الدَّفْنِ فِي مَوَاضِعَ مَمْلُوكَةٍ لَهُمْ أَوْ لِمَنْ دَفَنَهُمْ فِيهَا لاَ بِنَاءُ الْقُبُورِ نَفْسِهَا لِلنَّهْيِ عَنْهُ وَلاَ فِعْلُهُ فِي الْمَقَابِرِ الْمُسَبَّلَةِ فَإِنَّ فِيهِ تَضْيِيقًا عَلَى الْمُسْلِمِينَ .

“Sah wasiyat membangun masjid baik dari orang muslim atau kafir karena termasuk dari bagian untuk menjunjung syiar-syiar Islam. Termasuk juga makam para nabi, wali dan orang-orang shalih karena termasuk menghidupkan ziarah dan tabarruk di kuburan tersebut. Pengarang kitab Dzakha’ir berkomentar: ‘Mungkin maksudnya boleh membangun kubah, bangunan tinggi seperti yang dilakukan di tempat-tempat terhormat dan bersejarah itu baik adalah jika mayit dikuburkan di tanah milik pribadi dan bukan kuburan musabbal. Sebab, hal tersebut dapat menjadikan sempit bagi muslim yang akan dimakamkan di situ.”

Sedangkan menanggapi hadits riwayat Muslim yang sering juga dibuat dalil oleh pengikut faham yg mengharamkan mutlak membangun bangunan di atas kuburan, yaitu hadits berikut:

لَعَنَ اللهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani yang membuat masjid di kuburan-kuburan para nabinya.”

Al-Allamah Abdurrauf Al-Munawi menguraikan bahwa hadits di atas berbicara tentang perilaku orang Yahudi dan Nashrani yang membuat makam para nabinya sebagai arah kiblat dengan iktikad yang bathil. Mereka juga bersujud di kuburan para nabi tersebut karena ta‘zhim (mengagungkan), menghadapkan shalat mereka ke arah makam tersebut dan membuat berhala-berhala yang menjadi sebab Allah melaknat mereka. Dan hal inilah yang dilarang oleh Allah kepada kaum muslim untuk mengikuti perilaku mereka.

Adapun membangun masjid di samping makam orang shalih atau shalat di kuburan dengan tujuan pahalanya disampaikan kepada mayit yang dikubur di makam tersebut dengan tidak ada niat mengagungkan tempat tersebut atau shalat menghadap makam-makam tersebut maka itu tidak ada dosa baginya. Bukankah makam Nabiyullah Isma’il berada di Hathim (tembok Ka’bah) di dalam Masjidil Haram? ( Faidh al-Qadir juz 4 hlm. 591 (hadits no. 5995).)
-------------------------------------------------------------------------
Rujukan:
Hasyiyah asy-Syarwani juz 3 hlm. 216.
Ibid juz 3 hlm. 217.
Hasyiyah al-Bajuri juz 1 hlm. 257.
Hasyiyah asy-Syarwani juz 3 hlm. 216.
Tarikh al-Hawadits hlm 54. —



Baca Selanjutnya