Tradisi mengucapkan selamat, jelang atau menyambut datangnya atau suka citanya HARI RAYA UMAT ISLAM

By Kaheel Baba Naheel

Tradisi mengucapkan selamat, jelang atau menyambut datangnya atau suka citanya HARI RAYA UMAT ISLAM dan tradisi bersalam salaman dan atau open house seusai shalat ied itu sudah ada diberbagai belahan dunia.

Di timur tengah atau asia, masyarakat atau pemimpin Negara ini sudah hal biasa.
Mungkin hanya cara atau mekanisme nya saja yang berbeda.

Berikut kami cantumkan sebagian fatwa ulama yang berhubungan dengan HARI RAYA.

وسئـل الشيخ ابن عثيمين : ما حكـم التهنئة بالعيد ؟ وهل لها صيغة معينة ؟

فأجاب

التهنئة بالعيد جائزة ، وليس لها تهنئة مخصوصة ، بل ما اعتاده الناس فهو جائز ما لم يكن إثماً اهـ

وقال أيضاً

التهنئة بالعيد قد وقعت من بعض الصحابة رضي الله عنهم ، وعلى فرض أنها لم تقع فإنها الاۤن من الأمور العادية التي اعتادها الناس ، يهنىء بعضهم بعضاً ببلوغ العيد واستكمال الصوم والقيام اهـ .


Yang mulia Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya:

“Apa hukumnya mengucapkan selamat pada momen Hari Raya? Dan apakah ucapan “selamat”nya ini ada kata kata tertentu yang telah ditentukan (oleh agama-penj)?”

Beliau menjawab:

“Ucapan selamat di hari raya itu boleh boleh saja, dan tidak ada ucapan kata kata khusus disana. Namun apa yang telah terbiasa yang terjadi pada orang orang kini, itu boleh tidak apa apa, itu bukan hal yang berdosa.

Dan Beliau juga berkata:

“Ucapan selamat di hari raya telah terjadi pula dari sebagian sahabat nabi radhiyallahu anhum, namun keharusan ucapan ini tidaklah wajib, karena
ucapan selamat semacam itu sekarang telah menjadi sebuah tradisi yang di biasakan oleh orang orang, mengucapkan selamat satu sama lain dengan tibanya hari raya dan telah sempurnanya puasa dan ibadah ramadhan kita.

Next

وسئـل رحمه الله تعالى : ما حكـم المصافحة ، والمعانقة والتهنئة بعد صلاة العيد ؟

فأجاب :

هذه الأشياء لا بأس بها ؛ لأن الناس لا يتخذونها على سبيل التعبد والتقرب إلى الله عز وجل ، وإنما يتخذونها على سبيل العادة ، والإكرام والاحترام ، ومادامت عادة لم يرد الشرع بالنهي عنها فإن الأصل فيها الإباحة" اهـ
مجموع فتاوى ابن عثيمين" (16/208-210

Beliau ditanya lagi:

“Apa hukumnya berjabat tangan, mu’anaqoh (salaman khas arab, yaitu adu leher/dada/pipi) dan ucapan selamat setelah shalat hari raya?”

Beliau menjawab:

“Semua perkara ini tidak mengapa, karena orang orang mempraktikkan hal itu smua bukan dijadikan sebuah ritual ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt, mereka menjadikan itu semua hanyalah sebuah tradisi adat kebiasaan, saling memuliakan dan menghormati, jadi SEBUAH ADAT TRADISI selama tidak bertentangan dengan syari’at (ada larangan syari’at-penj), maka ASAL SMUA ITU ADALAH BOLEH.

Syaikh Abdullah bin baz pernah ditanya pula mengenai itu, beliau menjawab:

ج: لا حرج أن يقول المسلم لأخيه في يوم العيد أو غيره تقبل الله منا ومنك أعمالنا الصالحة ، ولا أعلم في هذا شيئا منصوصا ، وإنما يدعو المؤمن لأخيه بالدعوات الطيبة؛ لأدلة كثيرة وردت في ذلك. والله الموفق
الفتاوى ابن باز المجلد 13

Tidaklah mengapa seorang muslim mengucapkan kepada saudaranya di hari raya atau lainnya dengan kata:

“Taqobbalallahu minna wa minka a’maalana assholihah”
Semoga Allah menerima segala amal baikku dan amal baikmu”.

Lanjut beliau; saya tidak tahu ini adalah hal perkara yang di nash, karna sesungguhnya mendoakannya seorang muslim terhadap saudaranya dengan doa’ doa kebaikan itu banyak sekali dalil dan haditsnya. Wallahu muwafiq.


Berikut fatwa Ibnu Taimiyah:

وسئل شيخ الإسلام ابن تيمية كما في مجموع الفتاوى (24/253

هل التهنئة في العيد ما يجري على ألسنة الناس : عيدك مبارك ، وما أشبهه ، هل له أصل في الشريعة أم لا ؟ وإذا كان له أصل في الشريعة ، فما الذي يقال ، أفتونا مأجورين ؟

فأجاب : أما التهنئة يوم العيد يقول بعضهم لبعض إذا لقيه بعد صلاة العيد : تقبل الله منا ومنكم ، وأحاله الله عليك ، ونحو ذلك فهذا قد روي عن طائفة من الصحابة أنهم كانوا يفعلونه ، ورخص فيه الأئمة كأحمد وغيره ، لكن قال أحمد : أنا لا ابتدئ أحداً ، فإن ابتدرني أحد اجبته ، وذلك ؛ لأنه جواب التحية واجب ، وأما الابتداء بالتهنئة فليس سنة مأمور بها ، ولا هو أيضاً مما نُهي عنه ، فمن فعله فله قدوة ، ومن تركه فله قدوة ، والله أعلم . اهـ

Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya:

“Apakah ucapan selamat di hari raya yang banyak diucapkan oleh orang orang, seperti:

IED MUBAROK (selamat hari raya) dan semisalnya, ini apakah ada asal dasarnya dalam syari’at atau tidak?”
Jika hal itu ada asal dasar syari’atnya maka kata katanya bagaimana yang harus di ucapkan?

Beliau menjawab:

“Adapun “ucapan selamat” di hari raya yang diucapkan oleh sabagian orang satu sama lain disaat bertemu seusai shalat ied, seperti:

تقبل الله منا ومنكم ، وأحاله الله عليك

Dan sejenisnya, ini telah ada dan di riwayatkan dari sebagian golongan sahabat nabi bahwa mereka melakukan hal semacam ini.
Para imam imam memaklumi praktik seperti ini, seperti imam Ahmad bin hanbal, namun beliau mengatakan:

“Saya tidak mengawali mengucapkan hal itu kepada orang lain, namun jika aku di dahului dulu maka aku akan membalasnya, karena itu adalah sebuah penghormatan, sedangkan membalas penghormatan orang lain adalah wajib. Adapun mengawali “ucapan selamat” itu bukan sunnah yang diperintahkan dan juga tidak dilarang.
Barang siapa yang melakukannya maka dia berhak di ikuti (di contoh) dan barang siapa meninggalkannya maka dia juga berhak di ikuti (di contoh).


Demikan sebagian fatwa ulama yang bisa saya cantumkan disini. Mungkin nanti selebihnya bisa kita tambahkan di kolom komentar.

Untuk semua member tanpa terkecuali;

Saya Kaheel Baba Naheel atau Mawlana Ibrahim Al Khalil sekeluarga mengucapkan:

Minal A’idin Wal Faizin Wal Maqbulin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Selamat Idul Fitri 1433 H.


Semoga bermanfaat

Salam Ukhuwah :)

Edisi Lebaran 2012
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Verified Official by Kaheel’s