TEMPO Memutarbalik Fakta Killing Fields di Magetan Sebagai Kuburan Massal PKI
Berawal
dari berita Liputan Khusus Majalah TEMPO edisi 1-7 Oktober 2012, yang
dengan keterlaluan mem-PKI-kan orang yang sudah mati. Padahal, mereka
itu bukan PKI. Mereka itu malah orang-orang malang yang menjadi korban
kekejaman PKI. Sejarah diputar balik. Orang bukan PKI dibilang PKI.
Orang-orang
mati korban kekejaman PKI difitnah jadi PKI oleh TEMPO. Padahal mereka
itu tewas dibunuh PKI dimasukkan ke dalam sumur tua. Dalam beritanya di
TEMPO sumur-sumur tua itu adalah kuburan PKI yang dibunuh dan
dilemparkan di situ. Sama saja dengan menuduh, mayat-mayat yang
dimasukkan sumur itu adalah PKI. Sungguh kasihan mereka. Sudah mati
masih dituduh sebagai PKI.
Dalam Liputan Khusus TEMPO halaman 65 dijelaskan, ”Tentang
sumur “neraka” di Dusun Puhrancang, Desa Pragak, Kecamatan Parang,
Magetan. Puluhan tahun silam, ratusan orang yang dicap anggota PKI
dibantai dan dilemparkan ke dalam sumur itu. Demikian, menurut Sukiman, 47 tahun, pemilik lahan yang ada sumur “neraka” itu.”
Logikanya kalau Sukiman sekarang usianya 47 tahun,
berarti tahun 1965 saat orang-orang PKI dibunuh dan dilempar ke sumur
“neraka” itu usianya baru beberapa bulan. Apa mungkin bayi usia belum
setahun jadi saksi pembunuhan?”. Menurut TEMPO, Sukiman memperoleh
penjelasan tentang sumur “neraka” itu dari mertuanya yang sudah mati dua
tahun silam. Jadi, itu hanya “katanya”, yaitu katanya orang yang sudah mati. Jadi tidak tahu sendiri karena saat peristiwa masih bayi.
Meski
begitu TEMPO sudah menyimpulkan bahwa sumur “neraka” itu adalah “Ladang
Pembantaian” seolah-olah sama dengan peristiwa genocida di Kampuchea
yang dilakukan Khmer Merah di bawah Pol Pot yang sudah diangkat jadi
film berjudul Killing Fields – Ladang Pembantaian. Berani sekali TEMPO
bikin simpulan begitu.
Karena
selain Sukiman masih ada narasumber lain, yaitu Kaderun, 69 tahun, Kadus
Jombok, Desa Pragak. Kaderun sendiri aktivis Pemuda Muhammadiyah yang
menjadi Banser. Menurutnya, “Sumur itu dalamnya 27 meter dengan
diameter 2 meter. Ada 82 orang yang dimasukkan ke sumur itu setelah
dibunuh. Eksekutornya adalah Yunus, tentara yang bertugas di Perwira
Urusan Teritorial dan Perlawanan Rakyat (Puterpra) Kecamatan Parang,
pangkat terakhirnya pembantu letnan dua. Puterpra itu kini berubah
menjadi Komando Rayon Militer alias Koramil.”
Sekarang kita bertanya-tanya, Apa benar itu Puterpra sekarang berubah menjadi Komando Rayon Militer?
Ya itulah
narasumber TEMPO. Redaktur pelaksananya pun asal muat tidak check and
recheck terhadap data apalagi melakukan triangulasi. Sejak zaman
kolonial, daerah militer di kabupaten disebut District Militair yang di
era kemerdekaan disebut daerah KODIM (Komando Distrik Militer). Di bawah
District Militair atau KODIM adalah daerah setingkat kecamatan yang
disebut Onder District Militair yang di masa kemerdekaan disebut KODM
(Komando Onder Ristrik Militer) yang berubah menjadi Komando Rayon
Militer disingkat Koramil. Mana ada sejarah militer Koramil berasal dari
Puterpra. Yang lebih payah, eksekutor para PKI itu adalah Yunus seorang
diri.
“Bahkan
ada lagi kuburan massal karya Peltu Yunus di hutan Gangsiran di Dusun
Gangsiran, Desa Mategal, Kecamatan Parang. Para korban dimasukkan ke
sejumlah lubang yang dalamnya tidak sampai dua meter. Jumlah yang tewas
belasan sampai puluhan. Begitu penuh langsung diuruk dan ditandai dengan
pohon.”
Seperti yang disebutkan diatas, bahwa Kaderun menyatakan jumlah PKI yang dimasukkan sumur “neraka” di Dusun Puhrancang itu 82 orang.
Darimana angka itu? Apakah jumlah itu sudah pasti? Padahal ini, di
halaman 65, TEMPO tegas-tegas menyatakan bahwa “puluhan tahun silam, ke
dalam sumur itulah RATUSAN ORANG yang dicap anggota Partai Komunis
Indonesia yang mati dibantai dilemparkan.” Manakah yang benar, 82 orang
seperti kesaksian Kaderun, ataukah simpulan semaunya TEMPO yang menyebut
angka RATUSAN ORANG?”
Jangan
tanya kebenaran faktual kepada orang-orang musyrik penyembah funding
asing. Mereka orang liberal. Orang bebas. Bebas bohong. Bebas
memanipulasi data. Bebas kentut. Bebas apa saja, kecuali menyadari bahwa
mereka adalah abdi setia funding asing.
Ada saksi
lain lagi bernama Sumarwanto yang memberi angka 700 orang korban PKI di
hutan Gangsiran. Sumarwanto tidak tahu sendiri, Dia diberitahu bapaknya.
Jadi angka pasti berapa isi ‘Ladang Pembantaian’ itu belum jelas karena
belum pernah ada yang menggali dan menghitung jumlah mayat di
dalamnya,..kecual kalau Kaderun, mertuanya Sukiman dan bapaknya
Sumarwanto adalah eksekutor PKI sehingga mereka tahu pasti jumlah
angkanya.
Kabupaten
Magetan selama ini sudah dikenal di dunia sebagai tempat beradanya
Lubang-lubang Sumur Pembantaian (Killing Holes) dan “Ladang Pembantaian”
(Killings Fields) sebagaimana dicatat dalam buku “Lubang-lubang Pembantaian: Pemberontakan FDR/PKI 1948 di Madiun” ditulis Maksum – Agus Sunyoto – Zainuddin terbitan Grafiti Press (1990); Peristiwa Coup berdarah PKI 1948 di Madiun ditulis Pinardi terbitan Inkopak-Hazera (1967); Pemberontakan Madiun: Ditinjau dari hukum negara kita ditulis Sudarisman Purwokusumo terbitan Sumber Kemadjuan Rakjat (1951); De PKI in actie: Opstand of affaire (Madiun 1948: PKI Bergerak) ditulis Harry A.Poeze terbitan KITLV-Yayasan Obor (2011).”
Jadi
sebenarnya sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu
sejatinya isinya orang-orang yang dibunuh oleh PKI. Itu faktanya! . Ada
banyak jumlah sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” karya PKI
di Magetan itu. Yang sudah ditemukan ada 7 sumur “neraka” dan 1 “Ladang
Pembantaian”, yaitu: 1. sumur tua Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo,
Kab.Magetan; 2.Sumur tua I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan; 3.Sumur
tua II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab. Magetan; 4. Sumur tua Desa Cigrok,
Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan; 5. Sumur tua Desa Pojok, Kec.Kawedanan,
Kab.Magetan; 6. Sumur tua Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab. Magetan; 7.
Sumur tua .Desa Bogem, kec.Kawedanan, Kab.Magetan; satu lokasi yang
digunakan membantai musuh-musuh PKI adalah ruangan kantor dan halaman
Pabrik Gula Gorang-Gareng di Magetan.
Waktu
sumur-sumur “neraka” itu dibongkar tahun 1950, yang menyaksikan berpuluh
ribu warga kabupaten dari berbagai desa terutama keluarga-keluarga yang
mencari anggota keluarganya yang hilang diculik PKI. Begitulah, puluhan
ribu warga Magetan menjadi saksi kejahanaman PKI yang memasukkan
korban-korban kebiadaban mereka ke sumur-sumur “neraka” itu. Jumlah
korban dihitung. Diotopsi. Semua terdata rapi. Sebagian besar masih
dikenali keluarga maupun tim dokter.
Siapa saja kira-kira mereka yang dibantai PKI dan dimasukkan di sumur-sumur “neraka” itu?
Inilah
data dari sumur “neraka” I di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan yang berisi 108 mayat, yaitu: Soehoed; R. Moerti. Kepala
Pengadilan Magetan; Mas Ngabehi Soedibyo. Bupati Magetan; R. Soebianto,
sekretaris kabupaten Magetan; R. Soekardono, Patih Magetan; Soebirin;
Imam Hadi; R. Joedo Koesoemo; Soemardji; Soetjipto; Iskak; Soelaiman;
Hadi Soewirjo; Soedjak; Soetedjo;Soekadi; Imam Soedjono; Pamoedji;
Soerat Atim; Hardjo Roedino; Mahardjono; Soerjawan; Oemar Danoes;
Soehari; Mochammad Samsoeri; Soemono; Karyadi; Soedradjat; Bambang
Joewono; Soepaijo; Marsaid; Soebargi Haroen Ismail; Soejadijo; Ridwan;
Marto Ngoetomo; Hadji Afandi; Hadji Soewignjo; Hadji Doelah; Amat Is;
Hadji Soewignyo; Sakidi; Nyonya Sakidi; Sarman; Soemokidjan; Irawan;
Soemarno; Marni; Kaslan; Soetokarijo; Kasan Redjo; Soeparno; Soekar;
Samidi; Soebandi; Raden Noto Amidjojo; Soekoen; Pangat B; Soeparno;
Soetojo; Sarman; Moekiman; Soekiman; Pangat/Hardjo; Sarkoen B; Sarkoen
A; Kasan Diwirjo; Moeanan; ada sekitar 40 mayat tidak dikenali karena
bukan orang Magetan.
Dalam
peristiwa biadab itu ada kyai-kyai yang dibunuh PKI. Inilah data dari
sumur “neraka” II Desa Soco, Kecamatan Bendo, kabupaten Magetan yang
berisi 22 mayat, yaitu: R.Ismiadi, Kepala Resort Polisi Magetan;
R.Doerjat, Inspektur Polisi Magetan; Kasianto, anggota Polri; Soebianto,
anggota Polri; Kholis, anggota Polri; Soekir, anggota Polri; Bamudji,
Pembantu Sekretaris BTT; Oemar Damos, Kepala Jawatan Penerangan Magetan;
Rofingi Tjiptomartono,Wedana Magetan; Bani, APP.Upas; Soemingan,
APP.Upas; Baidowi, Naib Bendo; Reso Siswojo, Guru; Kusnandar, Guru;
Soejoedono, Adm PG Rejosari; Kjai Imam Mursjid Muttaqin, Mursyid
Tarikat Syattariyah Pesantren Takeran; Kjai Zoebair; Kjai Malik; Kjai
Noeroen; Kjai Moch.Noor.”
TEMPO mau
membelokkan arah sejarah dengan membentuk sudut pandang baru bersifat
manipulatif bahwa sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan
berisi mayat anggota PKI. Padahal, rakyat Magetan beserta sejarawan dan
ilmuwan sedunia sudah menemukan fakta bahwa sumur-sumur “neraka” dan
“Ladang Pembantaian” di Magetan itu adalah karya PKI ketika melakukan
gerakan makar tanggal 18 September 1948. Hmm,..tendensius sekali Liputan
Khusus TEMPO edisi 1 – 7 Oktober 2012 ini.
Gobloklah
kita jika masih percaya pada majalah TEMPO yang dengan data sarat
rekayasa nekad mengubah Kebenaran sejarah dengan memutar-balik
fakta sejarah. Bumi Magetan yang dalam fakta sejarah jelas-jelas
ditebari sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” hasil kebiadaban
PKI dibalik total menjadi bumi yang ditebari sumur-sumur “neraka” dan
“Ladang Pembantaian” berisi mayat anggota PKI yang disembelih Banser dan
tentara. Begitulah Liputan Khusus TEMPO 1-7 Oktober 2012 itu membentuk
Kebenaran Imajiner bahwa PKI adalah organisasi yang sama dengan
organisasi seumumnya yang beranggotakan orang-orang baik, yang tidak
bersalah, kaum lemah tidak berdaya yang teraniaya dan terzhalimi, yang
telah menjadi korban kebiadaban kaum beragama haus darah: NU, Ansor,
Banser.
Lalu
dengan nada menggurui dalam OPINI-nya Redaktur Senior TEMPO mengimbau
pembaca bahwa “tidak selayaknya kita alergi terhadap komunisme..
[..]..karena itu tidak perlu melarang penyebaran ajaran komunisme,
Marxisme, Leninisme. Ketetapan MPRS tentang itu sebaiknya dihapus saja”.
Tidak hanya mengimbau, TEMPO malah sudah memberi contoh kongkrit
berupa usaha menghapus jejak-jejak kebiadaban PKI berupa sumur-sumur
“neraka” dan “Ladang pembantaian” di Magetan lewat pembentukan opini
baru bahwa sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu adalah
jejak kebiadaban Banser dan tentara.
(Disunting dari catatan Agus Sunyoto, 4 Oktober 2012)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)