كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ PECINTA RASULULLAH.COM menyajikan artikel-artikel faktual sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi demi kelestarian aswaja di belahan bumi manapun Terimakasih atas kunjungannya semoga semua artikel di blog ini dapat bermanfaat untuk mempererat ukhwuah islamiyah antar aswaja dan jangan lupa kembali lagi yah

Sabtu, 07 Juli 2012

Fakta di balik pengeboman yang terjadi di indonesia

http://centraldemokrasi.com/wp-content/uploads/2011/03/bom2.jpg


“Hampir semua pengeboman yang terjadi di Indonesia adalah ulah Wahabi Salafi dengan dukungan Arab Saudi“

Jakarta - Inilah Daftar Panjang Pengeboman di Indonesia dalam Tempo 25 Tahun Terakhir (1984 – 2009) dan 2011.


4 Oktober 1984 : Lokasi: Bank Central Asia di Jl. Gajah Mada, Bank Central Asia di Jl. Pacenongan, serta jembatan Glodok Jakarta Korban: 2 tewas dan 7 luka.


14 Mei 1986 Lokasi: Wisma Metropolitan di Jl. Sudirman, Hotel President di Jl. Thamrin, Pekan Raya Jakarta Korban: Tak ada laporan Organisasi “Brigade Anti Imperialis Internasional” di Jepang mengaku bertanggungjawab.


18 Januari 1998 Lokasi: Rumah Susun Tanah Tinggi Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Agus Priyono Jenis bom: rakitan


11 Desember 1998 Lokasi: Plaza Atrium Senen Jakarta Tidak laporan korban


19 April 1999 Lokasi: Masjid Istiqlal Jakarta Korban: 2 luka-luka Pelaku: Surya Setiawan Jenis bom: potasium klorat, TNT


20 Oktober 1999 Lokasi: Depan Balai Sidang Senayan Jakarta Bundaran Hotel Indonesia Korban: seorang pendukung PDI Perjuangan tewas dan 15 luka-luka Jenis bom: rakitan


28 Mei 2000, bom di GKPI Medan 4 Juli 2000 Lokasi: Gedung Bundar Kejaksaan Agung Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Said Adnan (buron) Jenis bom: rakitan dari nitrat, minyak tanah, dan TNT


22 Juli 2000, bom Gereja Santa Anna Jakarta.


1 Agustus 2000 Lokasi: kediaman Dubes Filipina Leonides T. Caday, Jl. Imam Bonjol, Menteng Jakarta Korban: 2 tewas, 21 luka-luka Jenis bom: TNT


20 Agustus 2000, bom di depan GKII Medan


27 Agustus 2000 Lokasi: halaman Kedubes Malaysia, Jl. Rasuna Said, Kuningan Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Iwan Setiawan alias Husen (penjara 6 tahun 4 bulan) dan Saifan Nurdin (penjara 6 tahun 4 bulan), M. Mudin (8 tahun), dan Praka Ibrahim Hasan (seumur hidup) Jenis bom: granat tangan, TNT


14 Oktober 2000, bom di perusahaan tambang PT New Month, Sumbawa


12 November 2000, bom di gedung ISTP Dharma Agung Medan


24 Desember 2000, tercatat 24 kasus pengeboman mulai dari Medan sampai Mataram, kecuali Jawa Tengah dan DIY yang tersebar dalam 15 kota, antara lain Medan, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, Sukabumi, Pangandaran, Mojokerto, Jawa Timur, dan NTB.


Rangkaian ledakan bom pada malam Natal di Jakarta dan berbagai tempat lain yang menyebabkan 17 tewas dan sekitar 100 orang cidera.


Khusus Bom Natal Jakarta :


Pukul 19.50 : Gereja Koinonia, Jl Matraman Raya , Jakarta Timur; 3 luka Pukul 20.30 : Gereja Anglikan, Jl Arif Rahman Hakim, Jakarta Pusat Pukul 20.45 : Gereja Oikumene, Halim PK, Jakarta Timur Pukul 21.00 : Gereja Katedral, Jakarta Pusat; 5 luka Pukul 21.00 : Gereja Santo Yosef Jl Matraman Raya, Jakarta Timur; 3 meninggal, 8 luka Pukul 21.10 : Jl Menteng Raya,dekat Gereja Kanisius, Jakarta Pusat


25 Desember 2000, bom di rumah pendeta L I Manson, Medan


13 Maret 2001 Lokasi: RS Saint Carolus, Jakarta Pusat Keterangan: Dalam penyelidikan polisi


17 Maret 2001 Lokasi: Jembatan kereta api Cisadane, Serpong, Tangerang 18 April 2001 Lokasi: Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat


10 Mei 2001 Lokasi: Asrama Mahasiswa Aceh Yayasan Kesejahteraan Mahasiswa Iskandar Muda, Jl. Perahu 1, Manggarai Jakarta Korban: 3 tewas, 18 luka-luka Pelaku: Muslihuddin Muarif (4 tahun penjara), Taufik Abdullah (1 tahun), Mushalli (2 tahun) Jenis bom: rakitan


19 Juni 2001 Lokasi: rumah kos Jl. Cikoko, Pengadegan, Pancoran Jakarta Korban: 5 orang luka Tersangka: Edi Susilo (buron) Jenis bom: rakitan potasium klorat, belerang, amonium nitrat


22 Juli 2001 Lokasi: Gereja HKBP Duren Sawit, Jakarta Timur Keterangan: granat tangan 5 luka-luka


22 Juli 2001 Lokasi: Gereja Santa Anna, Pondok Bambu, Jakarta Timur Keterangan: 64 luka-luka,


1 Agustus 2001: Lokasi : Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat Korban: enam luka- luka


23 September 2001 Lokasi: Plaza Atrium, Senen Jakarta Tersangka: Ramli dkk. (dalam proses pemeriksaan) Jenis bom: rakitan


9 November 2001 Lokasi: Gereja Petra, Jl. Cilincing Raya, Koja Jakarta Tersangka: Ujang Haris, Wahyu Handoko Jenis bom: rakitan dari belerang dengan gotri dan paku 2 Desember 2001, dua kali pengeboman di GKP Pangkalan Kerinci Pekanbaru


1 Januari 2002 Lokasi: Rumah Makan Ayam Bulungan, Kebayoran Baru Jakarta Korban: satu pelaku tewas Tersangka: Hasballah (tewas terkena granat), Tarmizi Jenis bom: granat manggis (K75 buatan Korea)


9 Juni 2002 Lokasi: tempat parkir Hotel Jayakarta, Diskotek Eksotis, Jakarta Korban: 4 orang luka berat Tersangka: Dodi Prayoko alias Buyung Jenis bom: rakitan low explosives


1 Juli 2002 Lokasi: Mal Graha Cijantung Jakarta Korban: 7 orang luka-luka Tersangka: Ramli, M. Nur, Mudawali, Muhamad Hasan Irsyadi bin Daud alias Bambang Setiawan, Syahrul, Mudawali, dan Hasan Jenis bom: mercon besar dari belerang, potasium


12 Oktober 2002: Ledakan di Bali menewaskan 202 orang, sebagian besar wisatawan asing, 88 orang berasal dari Australia.


5 Desember 2002: Ledakan di restoran McDonald di Makassar menewaskan 3 orang.


27 April 2003: Lokasi : Terminal F2 Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng Jakarta Korban: 10 luka- luka


5 Agustus 2003: Lokasi : depan lobi Hotel JW Marriott di Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasi : 12 orang tewas dan mencederai 152 orang lainnya


10 Januari 2004: 4 Orang tewas akibat ledakan bom di kafe karaoke di Palopo, Sulawesi.


9 September 2004: Lokasi :Kantor Kedutaan Besar Australia Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan Korban: 6 tewas dan 161 luka-luka.


13 November 2004: Ledakan di dekat kantor polisi di Poso, Sulawesi menewaskan 5 orang.


28 Mei 2005: 2 Bom meledak di Pasar Sentral di Tentena, Poso, menewaskan 22 orang.


2 Oktober 2005: 3 Bom bunuh diri di Bali menewaskan 20 orang termasuk beberapa wisatawan asing.


17 Juli 2009 : Ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Charlton Jakarta, Pihak kepolisian merilis jumlah korban ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Jumlah korban tewas sebanyak 9 orang, sedangkan korban luka 53 orang. Seperti dikutip dari TMC Polda Metro Jaya, Sabtu (18/7/2009), dari 53 korban luka, 16 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Sedangkan 37 lainnya warga negara Indonesia (WNI). Untuk WNA.


Rinciannya adalah 16 warga Amerika, 1 Australia, 2 Belanda, 2 Kanada, 1 India, 2 Korea Selatan, 1 New Zealand, dan 1 Norwegia 25 September 2011. di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah, Peristiwa ini mengakibatkan 28 orang terluka dan seorang tewas yang diidentifikasi sebagai pelaku bom bunuh diri. Pelaku pemboman tersebut diidentifikasi sebagai Ahmad Yosefa Hayat alias Ahmad Abu Daud.


Bom meledak ketika kebaktian di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton selesai dan jemaat keluar dari gereja. Bom ini dibawa pelaku dalam jaket yang dikenakan dan diledakan dengan menggunakan saklar yang diketemukan di tempat kejadian. Ledakan ini dapat didengar dalam radius 500 meter dari tempat kejadian Ledakan di Polres Cirebon pada tanggal 15 April 2011 itu dilakukan oleh kelompok yang mengadakan Pemboman di Solo.


===================================================


Artikel tambahan


[ Teroris solo ] Majalah An-Najah : Majalah Teroris wahabi Musyrik ( Salafi palsu ) solo
Mengenal Pimpinan majalah salafi palsu /teroris / khawarih murji’ah :
Ust Muh. Mas’ad Lc ( Redaktur pelaksana majalah
An Najah solo )

Majalahnya teroris wahabi

Penyebar dan penyelenggara bedah buku majalah an-najah di lampung : Ust Agus Supriyadi Lc ( pengasuh dialog imani RRI ) yang sering mengadakan taklim -taklim wahhaby di Lampung!
GB
Buku-buku yang disita dari dalam rumah tersebut. Salah satu buku berisi langkah-langkah teknis merakit senjata dan bahan peledak yang ditulis dalam bahasa inggris.
SOLO, KOMPAS.com — Tim Densus 88 Antiteror menangkap tiga orang di Solo, Jawa Tengah, sepanjang operasi yang dilakukan sejak Rabu (12/5/2010) malam. Awalnya, Densus menangkap Joko Purwanto di Purbayan, Sukoharjo, dan Abdul Hamid di Purwosari, Rabu malam.
Selanjutnya, Kamis pagi ini, Densus menggerebek sebuah toko aki di Dukuh Gondang, Desa Baki, Sukoharjo, dan menangkap Erwin. “Ini hasil pengembangan setelah penangkapan di Purbayan dan Purwosari,” kata seorang petugas kepolisian setempat yang tidak bersedia disebut namanya.
Sebelumnya diberitakan bahwa berdasarkan informasi Kepala Desa Bakipandeyan Pardio, ada dua orang yang ditangkap dalam operasi di Solo. Dalam penggerebekan di toko aki, Densus menyita sejumlah senjata api laras panjang dan pendek, ratusan peluru, belati, CD, dan buku-buku.
Hingga sekitar pukul 11.00, ribuan warga menyaksikan lokasi toko aki yang telah dipasangi garis polisi. Petugas Brimob berjaga-jaga di lokasi. Sementara itu, arus lalu lintas Sukoharjo-Solo terlihat tersendat.
http://us.foto.detik.com/readfoto/2010/05/13/123526/1356509/157/1/
DR. Hendro Priyono ( Mantan Ketua BIN ) : Wahhaby ( agen yahudi ) Dalang semua semua Aksi Teroris!

“Zionist yahudi ingin menguasai dunia penghalangnya adalah Islam dan Kristen”bagai mana yahudi untuk mengalahkan islam dan kristen?
1. Yahudi mengadu islam kr vs kristen dengan membuat aliran-aliran radikal (spt majelis  mujahidin indonesia (wahaby), noordin M top cs (wahaby), taliban (wahaby, taliban/alqaida adalah pendatang yang memecah balah umat islam di afgan dan yang merusak perjuangan suci rakyat afgan melawan penjajah, ia menegakan hukum wahaby bukan hukum islam), dsb.
2. Mengadu sesama umat islam (membuat aliran-aliran sesat seperti wahhaby, islam liberal dsb.)
3. Mengadau sesama kristen ( seperti membuat aliran-aliran radikal  dalam kristen )
Yang Saya Maksud Wahabi Aliran Keras

Tidak semua Wahabi, lho. Yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras. Kelompok ini tidak mau berpartai, karena partai menurutnya kafir.Wahabi aliran keras. Itu yang dimaksudkan Hendropriyono ketika menyebut habitat Noordin M Top sehingga sulit untuk ditangkap. Kepada Sabili di Jogjakarta, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu menjelaskan siapa yang dimaksud dengan Wahabi di balik serangan bom di Indonesia .
Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta, Jenderal TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. Abdullah Mahmud Hendropriyono SH, SE, MBA, MH menyebut Wahabi, terkait dengan rentetan pemboman yang terjadi di negeri ini. Ketika Sabili mengkonfirmasi wahabi yang dimaksud, Hendro menjelaskan panjang lebar.
“Ketika itu saya ditanya oleh Metro TV tentang teroris, kenapa masih terus terjadi? Saya bilang, selama lingkungan masih ada yang menerima Noordin M Top, maka terorisme akan terus berlangsung. Agama kita, memberi pengertian yang dalam, bahwa tujuan yang baik tidak harus menghalalkan segala cara. Yang rugi, jelas umat Islam dan negara kita sendiri. Karena itu, harus dihentikan. Tujuan baik kalau caranya salah tetap salah.”
Lantas siapa yang dimaksud dengan lingkungan atau habitat Noordin M Top? Dikatakan Hendro, doktrin klasik kita, cuma mengenal dua, yaitu: al mukminin dan al kafirin. Antara al mukminin dan al kafirin itu ada yang dipertajam, dan ada yang memperhalus. “Yang mengkafir-kafirkan sesama Muslim inilah yang saya maksud sebagai habitat. Abu Ghifari, mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) adalah salah satu yang tidak setuju doktrin mengkafir-kafirkan, makanya dia keluar dari JI, tapi bukan berarti dia tidak Islam. Kalau anggota JI punya pendirian seperti dia, Indonesia pasti aman.”
Hendro memberi contoh, Yayasan Muaddib di Cilacap, justru menciptakan masyarakat sendiri. Inilah masyarakat yang menjadi habitat Noordin M Top. Sekarang polisi terus memburu ketua yayasan pesantren itu.
Menurut Hendro, Noordin M Top punya akses langsung ke Al Qaidah. Karenanya, dunia kecolongan. Usamah bin Ladin dan Aiman Az Zawahir, sudah masuk ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Begitu JI dikendalikan oleh Abu Rusydan dan Nasir Abbas, organisasi itu mulai moderat.
“Tidak semua Wahabi, lho. Yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras. Kelompok ini tidak mau berpartai, karena partai menurutnya kafir. Kelompok keras ini beranggapan, dalam Islam tidak ada demokrasi. Menurut saya, setiap negara seyogianya punya filsafat dan ideologinya sendiri. Setelah itu, kita bisa hidup berdampingan secara damai. Tapi kalau mengusung ideologi internasionalisme, tidak bakal ketemu.”
Dikatakan Hendro, bahasa yang digunakan dalam terorisme ternyata terbelah atas dua tata permainan bahasa; mengancam dan berdoa. “Para pelaku terorisme juga mengalami kegagalan kategori, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan pengetahuannya sehingga mengakibatkan subjek dan objek terorisme menjadi tak terbatas,” ungkap Hendro yang baru menyandang predikat doktor ilmu filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) dan berhasil meraih cumlaude Sabtu lalu (25/7).
Subjek terorisme mempunyai kondisi kejiwaan yang memungkinkan berkembangnya fisik, emosi dan intelektual secara optimal, karena mereka adalah orang normal, buka orang gila. Semua tindak terorisme, termasuk di Indonesia saat ini, adalah implementasi cara berpikir para pelakunya. Terorisme sendiri terjadi akibat ideologi, bukan kepentingan. “Apa yang bisa menghentikan terorisme adalah dengan menghentikan cara berpikir seorang yang berkepribadian terbelah. Kalau itu berhenti, teroris berhenti.”
Terorisme, kata Hendro, terjadi akibat benturan dua filsafat universal dunia, yakni demokrasi yang tidak dilaksanakan secara etis dan fundamentalisme. Selama keduanya belum berubah ke arah yang lebih baik dan menyatu, terorisme akan terus ada.
Diakui Hendro, di antara ideologi itu, ada yang menginginkan liberalisme dan kapitalistik. Sedangkan Islam menginginkan kekhilafahan. Kalau kita ingin perdamaian dunia, maka harus merupakan sintesis dari dua tesis. Sekuler-liberal dengan Islam yang akomodatif-moderat. “Kalau tidak gitu, gak ketemu. Teror dibalas teror gak selesai. Dunia akan terus kecolongan, sebelum kita selesaikan.”
Jadi yang ngebom-ngebom itu Wahabi, begitu? “Wahabi aliran keras lah yang mengakomodir Noordin M Top masih tetap hidup. Apa susahnya mencari Noordin M Top, dia orang Malaysia, logatnya saja kentara bahwa dia bukan orang Indonesia . Makanya lingkungan atau habitatnya harus dibersihkan. Yaitu aliran keras Wahabi yang kawin dengan aliran keras Ikhwanul Muslimin.”
Bukankah Wahabi dengan Ikhwanul Muslimin berbeda? “Ya, akhirnya mengerucut di Al Qaidah. Jadi Usamah itu adalah gabungan salafi, wahabi, ikhwan,” terang Hendropriyono.
Seringkali Wahabi dijadikan stigma terhadap kelompok Islam tertentu. Yang ujung-ujungnya adalah Islamphobi. Menanggapi itu, Hendro mengatakan, “Itu orang nggak ngerti. Apa gunanya kita punya kementrian agama, harusnya diberi penjelasan, apa itu wahabi, salafi, Ikhwanul Muslimin dan Al Qaidah, biar jelas. Kalau yang menjelaskan intelijen, saya disalahin melulu. Capek saya,” ujar lelaki kelahiran Yogyakarta , 7 Mei 1945.
Yang jelas, tudingan Wahabi pernah dilekatkan pada PKS dan ormas Islam lainnya. Mereka tidak terima. “Memang, orang pasti akan bertanya, Wahabi yang mana? Salafi yang mana? Itu sama saja menyebut Jawa yang mana? Sekali lagi, yang saya maksudkan adalah Wahabi aliran keras yang tidak mau berpartai. Kalau ada yang mengikuti demokrasi, mereka akan mengkafirkan. Ini Wahabi yang saya maksud. Orang yang menyebut kafir karena menolak demokrasi, ini harus dibersihin. Terorisme akan hidup terus selama masih ada orang yang suka mengkafirkan!”
Apakah penyebutan Wahabi ini akan menjadi pukat harimau bagi gerakan Islam? Hendro yang mengaku dari kecil sekolah di Muhammadiyah pun juga Wahabi. Tapi, Hendro mengatakan, Muhammadiyah bukan Wahabi yang merusak. “Mereka takut. Kan saya tidak mau pukul rata, saya bukan orang tolol, ini Wahabi yang mana dulu. Yang maksudkan alah wahabi aliran keras. Memang yang lembut bisa menjadi keras. Itulah harus kita bersihin. Sebut saja Muhammadiyah, ada tarik menarik, untuk menjadi Wahabi, ada pula yang ingin menjadi Liberal. Posisi Muhammadiyah pun jadi rebutan ideologi.”
Perkembangan geopolitik global menjadi penyebab lahirnya terorisme global. Tapi tidak harus teror jawabannya, harusnya uswatun hasanah. Teror itu bukan perang. Hendro tidak setuju, dengan memunculkan Wahabi ini akan melemahkan spirit Islam sendiri. “Oh, nggak, bukan begitu. Kita tidak usah bergantung Wahabi. Kita berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits. Kenapa kita harus ikut-ikutan yang bukan Nabi. Tujuan baik kalau jalannya salah, keliru.”
Persoalannya bukan hanya di dalam internal umat Islam sendiri, melainkan juga keterlibatan unsur asing. Hendro mengatakan, bukan tidak mungkin, ada keterlibatan CIA. Yang jelas, yang bisa menyelesaikan adalah kita sendiri, bukan orang lain. Sebab, jika dari luar, nambah gak karuan negeri ini.
Menurut Hendro, untuk menghancurkan suatu jaringan ada empat poin yang bisa dilakukan. Pertama, tangkap orang-orang kunci. Kedua, putuskan hubungan. Ketiga pangkas support logistic. Keempat bersihkan lingkungan. Kempat inilah yang akan menghancurkan organisasi. Ketika bom berulangkali terjadi, ada kemirisan yang muncul, umat Islam kembali menjadi kambing hitam. “Itulah yang membuat saya sedih. Makanya sebelum saya mati, mudah-mudahan saya masih bisa melihat Indonesia aman, dan menjadi ummatan wahidah, umat yang bersatu. Umat ini terbelah akibat Noordin M Top.” (sabili)
(Oleh Adhes Satria & Eman Mulyatman)

http://swaramuslim.net/more.php?id=6307_0_1_0_M

3 komentar :

Anda sopan kamipun segan :)