By M N - Sun
Mosleminfo, Kairo - Kemenangan
‘Islamiyyin’ dalam panggung politik Mesir tidak serta merta menggoreskan
cerita indah yang enak dilihat. Banyak kalangan Islam sendiri yang
gusar dengan ‘politik Islam’ yang coba ditampilkan oleh sebagian
politisi yang mengusung jargon ‘Syariat Islam’. Al-Azhar sebagai
institusi Islam terbesar di Mesir dan simbol Islam moderat, sering
merasa terganggu dengan tindak-tanduk dan pemahaman dangkal kalangan
‘Islamiyyin’ yang terjun ke panggung politik, terhadap Islam itu
sendiri.
DR. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islam Universitas Al-Azhar Kairo, adalah salah satu pioner kontemporer dalam menangkis gerakan Islam radikal di Mesir. Harian al-Wafd berhasil mewancarai beliau secara eksklusif.
A: Bagaimana Anda membaca panggung politik saat ini?
B: Politik Mesir saat ini serba tidak pasti dan tidak jelas visinya karena kurangnya kejujuran dan transparansi serta tidak ada program dan rencana riil yang dapat memberi nilai plus untuk agama dan tanah air.
A: Apa penilaian Anda terhadap kinerja Presiden Morsi?
B: Saya bukan politisi dan saya tidak dekat dengan para pengambil kebijakan. Penilaian kinerja ini seharusnya ditanyakan kepada lembaga-lembaga negara yang memiliki landasan dan laporan sehingga dapat digunakan untuk menilai secara faktual, bukan hanya sekedar formalitas. Terkait masalah ini, penilaian seseorang secara personal merupakan sebuah kesalahan. Dia bisa berbuat zalim terhadap obyek penilaiannya, atau malah bersikap basa-basi dengan melontarkan pujian kosong. Sebuah bangsa dan negara yang kuat tidak mungkin dibangun dengan kedua sikap salah seperti ini.
A: Bagaimana kinerja pemerintah pimpinan DR. Hisham Qandil?
B: Tidak begitu baik. Mereka dituduh tunduk pada kelompok tertentu yang tidak memiliki keahlian yang cukup untuk kemajuan negeri ini. Ini bukan hanya sekedar omong kosong, namun realitasnya memang demikian. Krisis merajalela, bencana terjadi silih berganti, dan sikap utamanya adalah keras kepala.
A: Apa maksud Anda dengan keras kepala?
B: Sikap politiknya sama persis dengan sikap rezim sebelumnya (era Hosni Mubarak, red) tidak berubah sama sekali. Tidak ada seorang pun dari mereka yang ingin mendengarkan pendapat orang lain. Dia hanya mendengarkan pendapat dirinya sendiri. Sikap inilah yang dipegang oleh Partai yang berkuasa saat ini. Tidak ada perbedaan antara partai penguasa tersebut dengan Partai Nasional pimpinan Hosni Mubarak dalam sikap politiknya. Ada orang-orang di pemerintahan yang tidak cocok untuk mengemban amanah di masa transisi yang memerlukan sosok-sosok berkualitas dan berpengalaman, bukan orang-orang yang hanya sekedar jujur dan mampu membagi-bagikan harta rampasan perang. Beberapa tragedi yang terjadi sudah sangat jelas menegaskan bahwa saat ini Mesir telah menjadi ‘harta rampasan perang’ yang dapat dibagi-bagikan sebagai hadiah.
A: Bagaimana Anda melihat kinerja Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Mursyidnya?
B: Saya tidak tahu, apakah yang Anda maksud kinerja dakwah atau kepentingan publik. Terkait urusan Islam, ada sikap yang kontradiktif dan inkonsisten, dengan bukti adanya pinjaman ribawi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, serta kurangnya penghormatan kepada Al-Azhar. Adapun terkait kepentingan publik, tidak ada dampak positif yang dirasakan oleh rakyat jelata. Di era rezim Ikhwanul Muslimin, Mesir berada di bawah dua kekuatan, pedagang agama dan pedagang negara. Keduanya saling berlomba-lomba.
A: Bagaimana Anda melihat kejadian yang menimpa Al-Azhar saat ini?
B: Al-Azhar mengalami hinaan yang belum pernah terjadi dalam sejarahnya, kecuali pada masa Napoleon Bonaparte ketika dia menyerbu Al-Azhar dengan pasukannya. Dan di masa rezim Ikhwanul Muslimin saat ini, para kader mereka menyerbu kantor Grand Shaikh Al-Azhar dengan membawa spanduk penghinaan terhadap Grand Shaikh Al-Azhar DR. Ahmad Tayeb, dan mengepung kantor DR. Osama al-Abd Rektor Universitas Al-Azhar. Ditambah lagi fakta yang terjadi beberapa waktu lalu saat ada acara kenegaraan di Universitas Kairo, salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin tidak meletakkan kursi khusus yang biasa digunakan pemerintah untuk menyambut Grand Shaikh Al-Azhar. Itu belum lagi, berbagai pernyataan pedas DR. Oryan (anggota dewan dari partai bentukan IM, red) di MPR yang terus mendiskreditkan Al-Azhar.
A: Apa tujuan Ikhwan terus menerus menyerang Al-Azhar?
B: Tujuannya untuk memperkuat basis politiknya. Sekarang ini, Al-Azhar sudah menjadi target untuk dikuasai agar tunduk kepada Ikhwanul Muslimin, dan menduduki pos-pos tertinggi di instansi Al-Azhar.
A: Bagaimana menurut Anda terkait kejadian keracunan mahasiswa di asrama Al-Azhar?
B: Insiden keracunan tersebut telah dimanfaatkan untuk kepentingan politik, demi mengkriminalisasi Grand Shaikh Al-Azhar, Rektor Universitas Al-Azhar, dan para petinggi Al-Azhar lainnya.
A: Apa bukti semua itu?
B: Buktinya adalah adanya upaya melibatkan langsung Grand Shaikh Al-Azhar dan Rektor Universitas dalam insiden keracunan tersebut. Padahal seharusnya yang dilibatkan adalah DR. Hosam Qandil (Perdana Menteri). Dimana pemerintah saat terjadi insiden keracunan mahasiswa Universitas Alexandria? Dimana mereka ketika terjadi masalah di Misr International University (MIU)? Mengapa yang terdengar santer hanya insiden keracunan mahasiswa Al-Azhar saja?!!
A: Anda pernah mengatakan bahwa ada kesepakatan rahasia antara Salafi dan Ikhwan untuk melengserkan Grand Shaikh Al-Azhar?
B: Sekarang justru hal itu bukan rahasia lagi. Dulu kesepakatan tersebut memang rahasia pada pertemuan Jamaah Salafi yang dipimpin oleh Yasir Burhami. Akan tetapi karena rekamannya bocor ke publik, maka hal itu sudah menjadi konsumsi publik. Namun sayang sekali, belum ada tindakan hukum untuk mengadili orang-orang yang merendahkan institusi Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Bagaimana Anda melihat perbedaan antara Ikhwanul Muslimin dan Salafi akhir-akhir ini?
B: Tidak ada perbedaan antara mereka, karena asas dasar mereka sama. Keduanya telah merampas revolusi Januari. Demikian juga keduanya telah bersikap ekstrim melebihi ajaran Islam. Lebih dari itu, Ikhwan Quthbiyyin (pengagum Sayyid Qutub, red) dan Salafi Wahabi kerap mengafirkan orang-orang yang menentang pendapat mereka.
A: Anda mengatakan bahwa Salafi adalah Khawarij zaman ini, kenapa?
B: Menurut sebuah hadis dari Nabi SAW.: “Akan datang pada akhir zaman suatu kaum yang berumur masih muda dan berpikiran sempit. Mereka senantiasa berkata baik. Mereka keluar dari agama Islam, sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. Mereka mengajak manusia untuk kembali kepada Al-Quran, padahal mereka sama sekali tidak mengamalkannya. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melebihi kerongkongan mereka. Mereka berasal dari bangsa kita (Arab). Mereka berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab). Kalian akan merasa shalat kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka.”
A: Menurut Anda, yang membahayakan Al-Azhar itu Ikhwanul Muslimin atau Salafi?
B: Kedua-duanya..karena Ikhwanul Muslimin Quthbiyyin dan Salafi Wahabi adalah Khawarij (keluar) dari barisan golongan mayoritas (sawazul a’zam) umat Islam.
A: Apa yang menyebabkan Anda menangis di salah satu acara televisi?
B: Saya memang hanya bisa menangis..saya menangis demi pemahaman Islam yang benar, serta kondisi Mesir saat ini dan masa depannya. Ikhwanul Muslimin dan Salafi telah berhasil membawa kita semua menjadi bagaikan ‘ghutsa’ sail’, dan sebentar lagi Islam ini akan dianggap asing.
A: Apa yang Anda maksud dengan ghutsa’ sail?
B: Maksudnya adalah buih lautan yang tidak berharga dan diperhitungkan sama sekali oleh musuh, apalagi oleh teman sendiri. Para pemuda yang mengikuti Ikhwan dan Salafi mengetahui Islam hanya jenggot lebat tidak perlu dirapikan, celana cingkrang, dan terompah. Mereka mengetahui pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab, sebagai ganti dari belajar ajaran Rasulullah, para sahabat, dan ahli bait. Demikian juga mereka mempelajari ‘Ushul Isyriin’ (20 Asas Dasar) Hasan al-Banna sebagai ganti dari prinsip-prinsip dasar Islam itu sendiri. Sedangkan maksud dari keterasingan Islam adalah semakin redupnya ajaran Islam yang benar. Kesalahan terbesar Ikhwanul Muslimin dan Salafi adalah mengubah ajaran Islam yang benar.
A: Apakah Anda mengkhawatirkan institusi Al-Azhar?
B: Percayalah kepada saya….saya tidak tidur…. saya tahu bahwa Al-Azhar berada di antara dua konspirasi Ikhwanul Muslimin dan keinginan Salafi untuk menutup Al-Azhar. Institusi Al-Azhar ini sudah berumur seribu tahun. Di tangan mereka, Al-Azhar akan dijadikan museum wisata seperti Piramida dan Sphinx, tanpa ada kegiatan ilmiah dan kosong dari ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Islam.
A: Sejak kapan Al-Azhar menjadi sasaran?
B: Al-Azhar menjadi sasaran sudah sejak 40 tahun yang lalu, yaitu sejak akhir masa rezim Anwar Sadat. Upaya ini mulai tampak di akhir masa rezim Hosni Mubarak. Tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka akan terus menyempurnakan rencana tersebut dengan cara melemahkan peran Al-Azhar. Dan kami tidak akan pernah lupa bahwa para kader Ikhwanul Muslimin mencemarkan nama baik kampus dengan menyimpan milisi-milisi Khairat Syathir pada tahun 2006 untuk kepentingan militer Ikhwanul Muslimin demi meneror semua kalangan dan menunjukkan akan eksistensi militer mereka. Pada saat itu, DR. Ahmad Thayeb menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar menegakkan hukum yang berlaku terhadap milisi-milisi Ikhwanul Muslimin tersebut. Mereka tidak akan pernah lupa kejadian tersebut. Sekarang ini, mereka berusaha untuk membuat perhitungan dan membalas dendam terhadap Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Apa sebenarnya tujuan di balik pencemaran nama baik kampus pada waktu itu?
B: Itu hanya salah satu rangkaian untuk meruntuhkan Al-Azhar dan menghilangkan kepercayaan terhadap Al-Azhar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Juga untuk menghancurkan nama Al-Azhar dan membentuk opini bahwa Al-Azhar asy-Syarif adalah markas pelatihan militer Ikhwanul Muslimin.
A: Apa pendapat Anda mengenai undang-undang obligasi?
B: Undang-undang obligasi hanyalah analgesik (obat penenang) seperti aspirin yang tidak akan memecahkan persoalan ekonomi negara, terlebih transaksi tersebut terlarang. Karena obligasi tersebut akan membahayakan kedaulatan Mesir. Obligasi tersebut juga akan mengancam penjualan dan penggadaian fasilitas-fasilitas umum milik negara, sehingga generasi yang akan datang tidak akan dapat menikmatinya lagi. Hal itu ditambah lagi pasal-pasal terkait undang-undang obligasi ini tidak begitu jelas.
A: Menurut Anda, apakah undang-undang obligasi tersebut tetap akan dijalankan meski ditentang oleh Dewan Ulama Senior?
B: Undang-undang tersebut akan tetap mereka jalankan, baik Dewan Ulama Senior menyetujui maupuan menolaknya.
A: Apa yang melandasi pernyataan Anda bahwa undang-undang tersebut pasti akan dijalankan?
B: Karena Ikhwanul Muslimin hanya mendengarkan dirinya sendiri. Dan hendaknya orang yang merasa menjadi korban sikap mereka ini, menyesali akan hal itu. Mereka sendiriah yang pertama melanggar konstitusi yang mereka buat.
A: Bagaimana maksudnya?
B: MPR tidak mengalihkan pembuatan rancangan undang-undang obligasi ke Dewan Ulama Senior setelah hal itu dibahas oleh Dewan Ulama Senior. Hal ini merupakan pelanggaran Pasal IV UUD, yang menyatakan kewajiban menyampaikan pasal-pasal terkait syariah kepada Dewan Ulama Senior untuk meminta pertimbangannya. Pelanggaran ini merupakan kesempatan emas bagi Partai an-Nuur (partai salafi, red) untuk menegaskan perlawanannya terhadap Partai Kebebasan dan Keadilan (partai ikhwan, red). Oleh karenanya, Presiden akhirnya menerima usulan Dewan Ulama Senior. Ikhwan dan Salafi telah gagal dalam tes pertama mereka. Permasalahan mereka sebenarnya adalah sikap ekstrim (menambah) dari ajaran Islam, serta tidak menghormati syariah Islam dan Al-Azhar.
Bersambung…
DR. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islam Universitas Al-Azhar Kairo, adalah salah satu pioner kontemporer dalam menangkis gerakan Islam radikal di Mesir. Harian al-Wafd berhasil mewancarai beliau secara eksklusif.
A: Bagaimana Anda membaca panggung politik saat ini?
B: Politik Mesir saat ini serba tidak pasti dan tidak jelas visinya karena kurangnya kejujuran dan transparansi serta tidak ada program dan rencana riil yang dapat memberi nilai plus untuk agama dan tanah air.
A: Apa penilaian Anda terhadap kinerja Presiden Morsi?
B: Saya bukan politisi dan saya tidak dekat dengan para pengambil kebijakan. Penilaian kinerja ini seharusnya ditanyakan kepada lembaga-lembaga negara yang memiliki landasan dan laporan sehingga dapat digunakan untuk menilai secara faktual, bukan hanya sekedar formalitas. Terkait masalah ini, penilaian seseorang secara personal merupakan sebuah kesalahan. Dia bisa berbuat zalim terhadap obyek penilaiannya, atau malah bersikap basa-basi dengan melontarkan pujian kosong. Sebuah bangsa dan negara yang kuat tidak mungkin dibangun dengan kedua sikap salah seperti ini.
A: Bagaimana kinerja pemerintah pimpinan DR. Hisham Qandil?
B: Tidak begitu baik. Mereka dituduh tunduk pada kelompok tertentu yang tidak memiliki keahlian yang cukup untuk kemajuan negeri ini. Ini bukan hanya sekedar omong kosong, namun realitasnya memang demikian. Krisis merajalela, bencana terjadi silih berganti, dan sikap utamanya adalah keras kepala.
A: Apa maksud Anda dengan keras kepala?
B: Sikap politiknya sama persis dengan sikap rezim sebelumnya (era Hosni Mubarak, red) tidak berubah sama sekali. Tidak ada seorang pun dari mereka yang ingin mendengarkan pendapat orang lain. Dia hanya mendengarkan pendapat dirinya sendiri. Sikap inilah yang dipegang oleh Partai yang berkuasa saat ini. Tidak ada perbedaan antara partai penguasa tersebut dengan Partai Nasional pimpinan Hosni Mubarak dalam sikap politiknya. Ada orang-orang di pemerintahan yang tidak cocok untuk mengemban amanah di masa transisi yang memerlukan sosok-sosok berkualitas dan berpengalaman, bukan orang-orang yang hanya sekedar jujur dan mampu membagi-bagikan harta rampasan perang. Beberapa tragedi yang terjadi sudah sangat jelas menegaskan bahwa saat ini Mesir telah menjadi ‘harta rampasan perang’ yang dapat dibagi-bagikan sebagai hadiah.
A: Bagaimana Anda melihat kinerja Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Mursyidnya?
B: Saya tidak tahu, apakah yang Anda maksud kinerja dakwah atau kepentingan publik. Terkait urusan Islam, ada sikap yang kontradiktif dan inkonsisten, dengan bukti adanya pinjaman ribawi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, serta kurangnya penghormatan kepada Al-Azhar. Adapun terkait kepentingan publik, tidak ada dampak positif yang dirasakan oleh rakyat jelata. Di era rezim Ikhwanul Muslimin, Mesir berada di bawah dua kekuatan, pedagang agama dan pedagang negara. Keduanya saling berlomba-lomba.
A: Bagaimana Anda melihat kejadian yang menimpa Al-Azhar saat ini?
B: Al-Azhar mengalami hinaan yang belum pernah terjadi dalam sejarahnya, kecuali pada masa Napoleon Bonaparte ketika dia menyerbu Al-Azhar dengan pasukannya. Dan di masa rezim Ikhwanul Muslimin saat ini, para kader mereka menyerbu kantor Grand Shaikh Al-Azhar dengan membawa spanduk penghinaan terhadap Grand Shaikh Al-Azhar DR. Ahmad Tayeb, dan mengepung kantor DR. Osama al-Abd Rektor Universitas Al-Azhar. Ditambah lagi fakta yang terjadi beberapa waktu lalu saat ada acara kenegaraan di Universitas Kairo, salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin tidak meletakkan kursi khusus yang biasa digunakan pemerintah untuk menyambut Grand Shaikh Al-Azhar. Itu belum lagi, berbagai pernyataan pedas DR. Oryan (anggota dewan dari partai bentukan IM, red) di MPR yang terus mendiskreditkan Al-Azhar.
A: Apa tujuan Ikhwan terus menerus menyerang Al-Azhar?
B: Tujuannya untuk memperkuat basis politiknya. Sekarang ini, Al-Azhar sudah menjadi target untuk dikuasai agar tunduk kepada Ikhwanul Muslimin, dan menduduki pos-pos tertinggi di instansi Al-Azhar.
A: Bagaimana menurut Anda terkait kejadian keracunan mahasiswa di asrama Al-Azhar?
B: Insiden keracunan tersebut telah dimanfaatkan untuk kepentingan politik, demi mengkriminalisasi Grand Shaikh Al-Azhar, Rektor Universitas Al-Azhar, dan para petinggi Al-Azhar lainnya.
A: Apa bukti semua itu?
B: Buktinya adalah adanya upaya melibatkan langsung Grand Shaikh Al-Azhar dan Rektor Universitas dalam insiden keracunan tersebut. Padahal seharusnya yang dilibatkan adalah DR. Hosam Qandil (Perdana Menteri). Dimana pemerintah saat terjadi insiden keracunan mahasiswa Universitas Alexandria? Dimana mereka ketika terjadi masalah di Misr International University (MIU)? Mengapa yang terdengar santer hanya insiden keracunan mahasiswa Al-Azhar saja?!!
A: Anda pernah mengatakan bahwa ada kesepakatan rahasia antara Salafi dan Ikhwan untuk melengserkan Grand Shaikh Al-Azhar?
B: Sekarang justru hal itu bukan rahasia lagi. Dulu kesepakatan tersebut memang rahasia pada pertemuan Jamaah Salafi yang dipimpin oleh Yasir Burhami. Akan tetapi karena rekamannya bocor ke publik, maka hal itu sudah menjadi konsumsi publik. Namun sayang sekali, belum ada tindakan hukum untuk mengadili orang-orang yang merendahkan institusi Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Bagaimana Anda melihat perbedaan antara Ikhwanul Muslimin dan Salafi akhir-akhir ini?
B: Tidak ada perbedaan antara mereka, karena asas dasar mereka sama. Keduanya telah merampas revolusi Januari. Demikian juga keduanya telah bersikap ekstrim melebihi ajaran Islam. Lebih dari itu, Ikhwan Quthbiyyin (pengagum Sayyid Qutub, red) dan Salafi Wahabi kerap mengafirkan orang-orang yang menentang pendapat mereka.
A: Anda mengatakan bahwa Salafi adalah Khawarij zaman ini, kenapa?
B: Menurut sebuah hadis dari Nabi SAW.: “Akan datang pada akhir zaman suatu kaum yang berumur masih muda dan berpikiran sempit. Mereka senantiasa berkata baik. Mereka keluar dari agama Islam, sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. Mereka mengajak manusia untuk kembali kepada Al-Quran, padahal mereka sama sekali tidak mengamalkannya. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melebihi kerongkongan mereka. Mereka berasal dari bangsa kita (Arab). Mereka berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab). Kalian akan merasa shalat kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka.”
A: Menurut Anda, yang membahayakan Al-Azhar itu Ikhwanul Muslimin atau Salafi?
B: Kedua-duanya..karena Ikhwanul Muslimin Quthbiyyin dan Salafi Wahabi adalah Khawarij (keluar) dari barisan golongan mayoritas (sawazul a’zam) umat Islam.
A: Apa yang menyebabkan Anda menangis di salah satu acara televisi?
B: Saya memang hanya bisa menangis..saya menangis demi pemahaman Islam yang benar, serta kondisi Mesir saat ini dan masa depannya. Ikhwanul Muslimin dan Salafi telah berhasil membawa kita semua menjadi bagaikan ‘ghutsa’ sail’, dan sebentar lagi Islam ini akan dianggap asing.
A: Apa yang Anda maksud dengan ghutsa’ sail?
B: Maksudnya adalah buih lautan yang tidak berharga dan diperhitungkan sama sekali oleh musuh, apalagi oleh teman sendiri. Para pemuda yang mengikuti Ikhwan dan Salafi mengetahui Islam hanya jenggot lebat tidak perlu dirapikan, celana cingkrang, dan terompah. Mereka mengetahui pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab, sebagai ganti dari belajar ajaran Rasulullah, para sahabat, dan ahli bait. Demikian juga mereka mempelajari ‘Ushul Isyriin’ (20 Asas Dasar) Hasan al-Banna sebagai ganti dari prinsip-prinsip dasar Islam itu sendiri. Sedangkan maksud dari keterasingan Islam adalah semakin redupnya ajaran Islam yang benar. Kesalahan terbesar Ikhwanul Muslimin dan Salafi adalah mengubah ajaran Islam yang benar.
A: Apakah Anda mengkhawatirkan institusi Al-Azhar?
B: Percayalah kepada saya….saya tidak tidur…. saya tahu bahwa Al-Azhar berada di antara dua konspirasi Ikhwanul Muslimin dan keinginan Salafi untuk menutup Al-Azhar. Institusi Al-Azhar ini sudah berumur seribu tahun. Di tangan mereka, Al-Azhar akan dijadikan museum wisata seperti Piramida dan Sphinx, tanpa ada kegiatan ilmiah dan kosong dari ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Islam.
A: Sejak kapan Al-Azhar menjadi sasaran?
B: Al-Azhar menjadi sasaran sudah sejak 40 tahun yang lalu, yaitu sejak akhir masa rezim Anwar Sadat. Upaya ini mulai tampak di akhir masa rezim Hosni Mubarak. Tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka akan terus menyempurnakan rencana tersebut dengan cara melemahkan peran Al-Azhar. Dan kami tidak akan pernah lupa bahwa para kader Ikhwanul Muslimin mencemarkan nama baik kampus dengan menyimpan milisi-milisi Khairat Syathir pada tahun 2006 untuk kepentingan militer Ikhwanul Muslimin demi meneror semua kalangan dan menunjukkan akan eksistensi militer mereka. Pada saat itu, DR. Ahmad Thayeb menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar menegakkan hukum yang berlaku terhadap milisi-milisi Ikhwanul Muslimin tersebut. Mereka tidak akan pernah lupa kejadian tersebut. Sekarang ini, mereka berusaha untuk membuat perhitungan dan membalas dendam terhadap Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Apa sebenarnya tujuan di balik pencemaran nama baik kampus pada waktu itu?
B: Itu hanya salah satu rangkaian untuk meruntuhkan Al-Azhar dan menghilangkan kepercayaan terhadap Al-Azhar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Juga untuk menghancurkan nama Al-Azhar dan membentuk opini bahwa Al-Azhar asy-Syarif adalah markas pelatihan militer Ikhwanul Muslimin.
A: Apa pendapat Anda mengenai undang-undang obligasi?
B: Undang-undang obligasi hanyalah analgesik (obat penenang) seperti aspirin yang tidak akan memecahkan persoalan ekonomi negara, terlebih transaksi tersebut terlarang. Karena obligasi tersebut akan membahayakan kedaulatan Mesir. Obligasi tersebut juga akan mengancam penjualan dan penggadaian fasilitas-fasilitas umum milik negara, sehingga generasi yang akan datang tidak akan dapat menikmatinya lagi. Hal itu ditambah lagi pasal-pasal terkait undang-undang obligasi ini tidak begitu jelas.
A: Menurut Anda, apakah undang-undang obligasi tersebut tetap akan dijalankan meski ditentang oleh Dewan Ulama Senior?
B: Undang-undang tersebut akan tetap mereka jalankan, baik Dewan Ulama Senior menyetujui maupuan menolaknya.
A: Apa yang melandasi pernyataan Anda bahwa undang-undang tersebut pasti akan dijalankan?
B: Karena Ikhwanul Muslimin hanya mendengarkan dirinya sendiri. Dan hendaknya orang yang merasa menjadi korban sikap mereka ini, menyesali akan hal itu. Mereka sendiriah yang pertama melanggar konstitusi yang mereka buat.
A: Bagaimana maksudnya?
B: MPR tidak mengalihkan pembuatan rancangan undang-undang obligasi ke Dewan Ulama Senior setelah hal itu dibahas oleh Dewan Ulama Senior. Hal ini merupakan pelanggaran Pasal IV UUD, yang menyatakan kewajiban menyampaikan pasal-pasal terkait syariah kepada Dewan Ulama Senior untuk meminta pertimbangannya. Pelanggaran ini merupakan kesempatan emas bagi Partai an-Nuur (partai salafi, red) untuk menegaskan perlawanannya terhadap Partai Kebebasan dan Keadilan (partai ikhwan, red). Oleh karenanya, Presiden akhirnya menerima usulan Dewan Ulama Senior. Ikhwan dan Salafi telah gagal dalam tes pertama mereka. Permasalahan mereka sebenarnya adalah sikap ekstrim (menambah) dari ajaran Islam, serta tidak menghormati syariah Islam dan Al-Azhar.
Bersambung…
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)