By AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT
Hadits Ke Tujuh
Sahabat Abu Musa meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
(قيل) إنّ اللهَ تعَالَى خَلَقَ ءَادَم مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأرْض
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil karena menyesatkan, mengatakan: ”Sesungguhnya Allah menciptakan Nabi Adam dari segenggam [tanah] yang Dia genggamnya dari seluruh [tanah] bumi”. Makna literal ini mengatakan seakan Allah memiliki genggaman tangan]
Sesungguhnya kata “قبضة” [yang secara literal berarti ”genggaman”] dalam teks ini dengan disandarkan kepada Allah bukan untuk tujuan menetapkan bahwa Allah memiliki genggaman tangan. Ketahuilah, bahwa dalam bahasa Arab itu biasa diungkapkan ”perbuatan seorang hamba” yang disandarkan kepada ”tuannya”. [Artinya, seseorang berbuat suatu perbuatan karena ia perintah oleh tuannya; lalu orang tersebut mengatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan tuannya. Padahal itu perbuatannya sendiri; ia hanya menyandarkan perbuatan tersebut kepada tuannya]. Contoh penggunaan bahasa seperti ini, dalam al-Qur’an Allah berfirman: “فطمسنا أعينهم” [Secara literal ayat ini bermakna: ”Kami (Allah) hilangkan atau tutupi mata-mata mereka (hingga mereka tidak bisa melihat). kata “طمس” dalam ayat ini disandarkan kepada Allah, padahal itu adalah perbuatan mata mereka sendiri].
Dalam kasus hadits di atas terdapat riwayat yang disebutkan oleh Muhammad bin Sa’ad dalam kitab Thabaqât bahwa Allah telah mengutus Iblis untuk mengambil setiap bagian dari seluruh tanah bumi yang kemudian Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah-tanah tersebut, karena itulah Iblis membangkang ketika diperintah oleh Allah untuk sujud [penghormatan] kepada Nabi Adam, Iblis berkata [sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an]:
أأسْجُدُ لِمَنْ خَلقْتَ طيْنًا
[Apakah aku harus bersujud kepada yang telah Engkau ciptakan dari tanah?]
[Dari sini, pemahaman hadits di atas menjadi jelas bahwa penyandaran kata “قبضة” kepada Allah bukan untuk menetapkan bahwa Allah memiliki genggaman tangan, tetapi kata “قبضة” tersebut adalah perbuatan makhluk yang disandarkan kepada Allah, karena Allah memerintah makhluk tersebut untuk mengambil segenggam dari setiap tanah bumi; dalam hal ini makhluk dimaksud adalah Iblis sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibn Sa’ad di atas].
Sahabat Abu Musa meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
(قيل) إنّ اللهَ تعَالَى خَلَقَ ءَادَم مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأرْض
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil karena menyesatkan, mengatakan: ”Sesungguhnya Allah menciptakan Nabi Adam dari segenggam [tanah] yang Dia genggamnya dari seluruh [tanah] bumi”. Makna literal ini mengatakan seakan Allah memiliki genggaman tangan]
Sesungguhnya kata “قبضة” [yang secara literal berarti ”genggaman”] dalam teks ini dengan disandarkan kepada Allah bukan untuk tujuan menetapkan bahwa Allah memiliki genggaman tangan. Ketahuilah, bahwa dalam bahasa Arab itu biasa diungkapkan ”perbuatan seorang hamba” yang disandarkan kepada ”tuannya”. [Artinya, seseorang berbuat suatu perbuatan karena ia perintah oleh tuannya; lalu orang tersebut mengatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan tuannya. Padahal itu perbuatannya sendiri; ia hanya menyandarkan perbuatan tersebut kepada tuannya]. Contoh penggunaan bahasa seperti ini, dalam al-Qur’an Allah berfirman: “فطمسنا أعينهم” [Secara literal ayat ini bermakna: ”Kami (Allah) hilangkan atau tutupi mata-mata mereka (hingga mereka tidak bisa melihat). kata “طمس” dalam ayat ini disandarkan kepada Allah, padahal itu adalah perbuatan mata mereka sendiri].
Dalam kasus hadits di atas terdapat riwayat yang disebutkan oleh Muhammad bin Sa’ad dalam kitab Thabaqât bahwa Allah telah mengutus Iblis untuk mengambil setiap bagian dari seluruh tanah bumi yang kemudian Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah-tanah tersebut, karena itulah Iblis membangkang ketika diperintah oleh Allah untuk sujud [penghormatan] kepada Nabi Adam, Iblis berkata [sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an]:
أأسْجُدُ لِمَنْ خَلقْتَ طيْنًا
[Apakah aku harus bersujud kepada yang telah Engkau ciptakan dari tanah?]
[Dari sini, pemahaman hadits di atas menjadi jelas bahwa penyandaran kata “قبضة” kepada Allah bukan untuk menetapkan bahwa Allah memiliki genggaman tangan, tetapi kata “قبضة” tersebut adalah perbuatan makhluk yang disandarkan kepada Allah, karena Allah memerintah makhluk tersebut untuk mengambil segenggam dari setiap tanah bumi; dalam hal ini makhluk dimaksud adalah Iblis sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibn Sa’ad di atas].
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)