By Peparing E' Illahi/Moch. Atho' Illah.
Golongan yang anti dengan bid'ah hasanah dasarnya adalah hadits yang berbunyi : "An Jabir ibni Abdillah qol, qola Rosulullah SAW: "inna khoirol haditsi kitabullahi wa khoirol huda huda muhammadin wa sarrul umuuri muhdasaatuha wa kullu bid'atin dholalatu" ( Rowahu Muslim )
Artinya: Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah Saw bersabda: sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah, sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru, dan setiap bid'ah adalah sesat.
Menurut mereka hadits di atas sangat tegas mengatakan bahwa semua bid'ah itu sesat, dalam hal ini saya akan mengutip qoul dari ulama' yang mereka anggap paling top yaitu Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin dalam kitabnya yang mreka anggap pula sabagai kitab yang paling mu'tabar yaitu kitab "al-ibda' fi kamalis syar'i wa khotoril ibtida' halaman 13 " : "qouluhu ( kullu bid'atin dholalatun ) kulliyatun, aammatun, syaamilatun, musyawwarotun bi aqwaa adawaatis syumuuli wal umumi ( kullu ), afaba'da hadzihil kulliyati yasihhu an nuqossimal bid'ata ila aqsaami tsalasatin, aw ila aqsami khomsatin? ABADAN LA YASIHHU" ( hal 13 )
Artinya: "Hadits (smua bid'ah adalah sesat) bersifat general, umum, menyeluruh, di pagari dengan kata yang menunjuk pada arti menyeluruh dan umum yang paling kuat yaitu kata-kata "kullu ( sluruh )", apakah stelah ktetapan menyeluruh ini kita di benarkan membagi bid'ah menjadi 3 bagian/menjadi 5 bagian? SELAMANYA TIDAK AKAN BENAR"
Pernyataan Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin memberikan pengertian bahwa hadits "smua bid'ah adalah sesat" tanpa terkecuali, hingga tidak ada satupun bid'ah hasanah apalagi bid'ah mandubah ( yang mendatangkan pahala bagi pelakunya ), alasan Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin ini menolak pembagian bid'ah adalah kosakata "kullu", tapi anehnya Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin ini berkomentar lagi yang berlawanan arah, dalam halaman lain yaitu halaman 18-19 dalam kitab yang sama :
"wa minal qowa'idil muqorroroti annal wasa'ila laha ahkamul maqosidi fa wasaa'ilul masyru'i masyruu'atun wa wasaa'ilu ghoiril masyru'i ghoiru masyruu'atin bal wasaa'ilul muharromi haroomun, fal madarisu wa tasniful ilmi wa ta'liful kutubi wa in kaana bid'atan lam yuujad fii ahdin nabi saw, ala hadzal wajhi illa annahu laysa maqsodan bal huwa washilatun wal wasaa'ilu laha ahkamul maqoosid, wa lihadza lau banaa syakhsun madrosatan lita'limil ilmin muharromin kaana al binaa'u harooman wa lau banaa madrosatan lita'limi ilmi syar'iyyin kaana al binaa'u masyruu'an",
Dalam qoul di atas yang di halaman 18-19 telah membatalkan tesis qoul sebelumnya yang di halaman 13 bahwa semua bid'ah itu semua sesat tanpa terkecuali dan sesat tempatnya di neraka dan SELAMANYA TIDAK AKAN BENAR membagi bid'ah menjadi 3 apalagi menjadi 5, lalu Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin menyatakan bahwa membangun madrosah, menyusun ilmu dan mengarang kitab itu bid'ah yang belum pernah ada pada masa Rasulullah SAW, namun hal ini adalah bid'ah yang belum tentu sesat, belum tentu ke neraka, hehe bahkan Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin dalam soal ini membagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan hukum tujuannya. ( aneh tapi nyata )
Ada lagi qoulnya Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin yaitu dari kitab syarh aqidah al wasithiyyah hal 336 yg menyatakan kata "kullu" bermakna menyeluruh tanpa memiliki pengecualian dan pembatasan seperti ini:
"anna mitsla hadza at ta'bir ( kullu syai'in ) aammun qod yuroodu bihil khossu, mitslu qoulihi ta'ala an malikati saba'in: ( wa 'uutiyat min kulli syai'in ), wa qod khoroja syai'un katsiirun lam yudkhol fii mulkiha minhu syai'un mitslu mulki sulaiman"
Artinya: contoh seperti redaksi "kullu syai'in ( segala sesuatu )" adalah kalimat umum yang terkadang di maksudkan pada makna yang terbatas, seperti firman Allah tentang Ratu Saba' : "ia di karuniai segala sesuatu" ( surat an-naml ayat 23 ) padahal banyak sekali sesuatu yang tidak masuk dalam kekuasaannya, seperti kerajaan Nabi Sulaiman As"
Dalam qoul yang di atas ternyata Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin mengakui bahwa tidak semua kata "kullu" dalam teks Al-Qur'an/Hadits bermakna general ( am ) tetapi ada yang bermakna terbatas ( khosh ), rupanya Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin terjebak dalam pembagian bid'ah menjadi beberapa bagian, ada qoulnya lagi yang tak kalah nyeleneh : "al-aslu fii umuurid dunya al hillu fama ubtudi'a minha fahuwa halaalun, illa an yadullu ad daliilu ala tahriimihi, lakin umuurud diinil aslu fiihal hadzoru, fama ubtudi'a minha fahuwa haroomun bid'atun, illa bi daliilin minal kitabi was sunnati ala masyru' iyyatihi" ( Al-Utsaimin, Syarh aqidah al-wasithiyyah sohifa- 639-640 )
Artinya: "hukum asal perbuatan baru dalam urusan-urusan dunia adalah halal, jadi bid'ah dalam urusan-urusan dunia itu halal, kecuali ada dalil menunjukkan keharamannya, tetapi hukum asal perbuatan baru dalam urusan-urusan agama adalah dilarang, jadi berbuat bid'ah dalam urusan-urusan agama adalah haram dan bid'ah, kecuali ada dalil dari Kitab dan Sunnah yang menunjukkan keberlakuannya"
Jadi qoul Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin di atas ini membatalkan tesis sebelumnya bahwa qoul yang pertama semua bid'ah secara keseluruhan adalah sesat dan sesat itu tempatnya di neraka. Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin membatalkannya dengan qoulnya yang menyatakan bahwa "bid'ah dalam urusan dunia halal semua kecuali ada dalil yang melarangnya, dan bid'ah dalam urusan agama adalah haram sebab bid'ah semuanya kecuali ada dalil yang membenarkannya, dengan klasifikasi bid'ah menjadi 2
Aneh dan sungguh lucunya adalah : bid'ah dalam hal dunia dan bid'ah dalam hal agama, dan memberi pengecualian dalam masing bagian, ini sebuah bukti bahwa Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin tidak konsisten dengan pernyataan awalnya bahwa "tidak ada pembagian dalam bid'ah"
Lihat dan perhatikan ini ya dengan teliti qoul pertama Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin di الكتاب: الإبداع في بيان كمال الشرع وخطر الابتداع hal 13 :
=================
فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار» (1) . ويعلمون أن قوله «كل بدعة» كلية عامة شاملة مسورة بأقوى أدوات الشمول والعموم «كل» والذي نطق بهذه الكلية صلوات الله وسلامه عليه يعلم مدلول هذا اللفظ وهو أفصح الخلق، وأنصح الخلق للخلق لا يتلفظ إلا بشيء يقصد معناه. إذن فالنبي صلى الله عليه وسلّم حينما قال: «كل بدعة ضلالة» كان يدري ما يقول، وكان يدري معنى ما يقول، وقد صدر هذا القول منه عن كمال نصح للأمة.
وإذا تم في الكلام هذه الأمور الثلاثة ـ كمال النصح، والإرادة، وكمال البيان والفصاحة وكمال العلم والمعرفة، دل ذلك على أن الكلام يراد به ما يدل عليه من المعنى أفبعد هذه الكلية يصح أن نقسم البدعة إلى أقسام ثلاثة، أو إلى أقسام خمسة؟ أبداً هذا لا يصح
Setelah berkomentar seperti itu, lalu Syaikh Muhammad bin Solih Al-Utsaimin berkomentar lagi yang lebih nyeleneh dan bertentangan dengan membandingkan komentar sebelumnya
ومن القواعد المقررة أن الوسائل لها أحكام المقاصد فوسائل المشروع مشروعة، ووسائل غير المشروع غير مشروعة، بل وسائل المحرم حرام. والخير إذا كان وسيلة للشر كان شرّاً ممنوعاً واستمع إلى الله عز وجل يقول: {وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّواْ اللَّهَ عَدْواً بِغَيْرِ عِلْمٍ} (الأنعام 108) ، وسب آلهة المشركين ليس عدواً بل حق وفي محله لكن سب رب العالمين عدو وفي غير محله وعدوان وظلم، ولهذا لما كان سب آلهة المشركين المحمود سبباً مفضياً إلى سب الله كان محرماً ممنوعاً، سقت هذا دليلاً على أن الوسائل لها أحكام المقاصد فالمدارس وتصنيف العلم وتأليف الكتب وإن كان بدعة لم يوجد في عهد النبي صلى الله عليه وسلّم على هذا الوجه إلا أنه ليس مقصداً بل هو وسيلة والوسائل لها أحكام المقاصد. ولهذا لو بنى شخص مدرسة لتعليم علم محرم كان البناء حراماً ولو بنى مدرسة لتعليم علم شرعي كان البناء مشروعاً
Yang lebih aneh lagi adalah, tulisan di atas adalah salah satu bukti dari sekian banyak bukti valid akan kuwalitas keilmuan salah satu ulama andalan sekte salafi/wahabi, tapi meskipun aneh dan lucu begitu tetap saja mereka ikuti
Wkekekekekekek ^_^
Peparing E' Illahi/Moch. Atho' Illah.
======================
Surabaya, 18-Oktober-2011, 14-00
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)