Bagi yang berminat dapat menghubungi e-mail saya di aboufaateh@yahoo.com
Judul : Membersihkan Nama Ibnu Arabi Kajian Komprehensif Tasawuf Rasulullah
Penulis : Kholil Abou Fateh
Penerbit : Pustaka Fattah Arbah Banten
cetakan : Pertama, 2011
Ukuran : 20 x 14 cm
Tebal : 608 halaman
Harga : Rp. 100. 000 (Seratus ribu) sudah termasuk ongkos kirim untuk P. Jawa, dan tambah 10.000 untuk luar P. Jawa
Daftar Isi_,
Kata Pengantar_,
Pengantar Penulis_,
Bab I Definisi Tasawuf, Hulûl, Wahdah Al-Wujûd Dan Cakupannya
a. Pengertian Tasawuf, Sejarah Penamaan dan Ajaran-ajarannya_,
b. Ajaran Tasawuf di Masa al-Khulafâ’ al-Râsyidîn_,
c. Landasan Tasawuf; Ilmu dan Amal_,
d. Di Antara Pokok-Pokok Ajaran Kaum Sufi_,
e. Sanad Ajaran Kaum Sufi Dan Khirqah Mereka_,
f. Definisi Yang Salah Tentang Syari’at Dan Hakekat_,
g. Kisah Yang Benar Tentang Nabi Musa Dan Nabi Khadlir_,
h. Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Akhlaqi Dan Falsafi_,
i. Fenomena Syathahât; Antara Wali Shâhî Dan Wali Jadzab_,
j. Pendapat Mayoritas Ulama Sufi Tentang Al-Hallâj_,
k. Tinjauan Historis Dan Definisi Akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
l. Dasar Akidah Kaum Sufi_,
m. Bantahan Terhadap Kelompok Anti Tasawuf_,
Bab II Biografi Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi
a. Nama dan Kelahiran Ibn ‘Arabi_,
b. Keluarga Ibn ‘Arabi_,
c. Perjalanan Ilmiah Ibn ‘Arabi_,
d. Guru-guru Ibn ‘Arabi_,
e. Tahun Wafat Ibn ‘Arabi_,
f. Karya-karya Ibn ‘Arabi_,
Bab III Kajian Terhadap Karya-Karya Ibn ‘Arabi Tentang Akidah Tanzîh
a. al-Futûhât al-Makkiyah_,
1. Sikap Ulama Terhadap Ibn ‘Arabi Dan al-Futûhât al-Makkiyyah_,
2. Kajian Terhadap al-Futûhât al-Makkiyyah_,
3. Ungkapan Tanzîh Ibn ‘Arabi Dalam al-Futûhât al-Makkiyah_,
b. Al-Tanazzulât al-Lailiyyah Fî al-Ahkâm al-Ilâhiyyah_,
c. ‘Aqîdah Ahl al-Islâm (Aqîdah Fî al-Tauhîd) _,
1. Iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya_,
2. Iman kepada Rasulullah; Muhammad_,
d. Al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shâhib al-Khalwah Min Asrâr Al-Khalwah al-Muthlaqah_,
e. Kunhu Mâ Lâ Budd Lî al-Murîd Minhu_,
f. Al-Mauizhah al-Hasanah_,
g. Isthilahât al-Sufiyyah_,
h. Al-‘Ujâlah_,
i. Al-Hikam al-Hâtimiyyah_,
j. Risalah Ibn ‘Arabi Kepada Imam al-Fakhr ar-Razi_,
k. Wasiat Ibn ‘Arabi Kepada Sebagian Anaknya Nasab al-Khirqah_,
Bab IV Ibn ‘Arabi Dan Akidah Ahlussunnah
a. Allah Ada Tanpa Tempat_,
b. Ahlussunnah Dalam Mensikapi Teks-Teks Mutasyâbihât_,
1. Definisi Muhkamât dan Mutasyâbihât_,
a. Muhkamât_,
b. Mutasyâbihât_,
2. Metode Ulama Ahlussunnah Dalam Memahami Teks-teks Mutasyâbihât_,
3. Empat Faedah Penting Sebagai Bantahan Atas Orang Yang Mengingkari Takwil_,
c. Tafsir sebagian ayat yang seringkali dijadikan rujukan oleh pemeluk akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
d. Langit Adalah Kiblat Doa_,
Bab V Kedustaan Yang Disandarkan Kepada Sebagian Wali Allah
a. Kedustaan atas Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni_,
b. Kedustaan atas Syaikh Abu Yazîd al-Busthâmi_,
c. Kedustaan atas Syaikh Abu al-Hasan al-Syâdzili_,
d. Kedustaan atas Imam al-Ghazali_,
e. Kedustaan atas Syaikh Ahmad al-Tijani al-Maghribi_,
Bab VI Biografi Ringkas Kaum Sufi Angkatan Pertama
a. Uwais al-Qarani_,
b. al-Hasan al-Bashri_,
c. ‘Ali Zainal ‘Abidîn_,
d. Ibrahim ibn Adham_,
e. Dâwûd al-Thâ’i_,
f. Fudlail ibn ‘Iyadl_,
g. Ma’rûf al-Karkhi_,
h. Sirrî al-Saqthi_,
i. Bisyr al-Hâfi_,
j. Hâtim al-Asham_,
k. Syaqîq al-Balkhi_,
l. Abu Turâb al-Nakhsyabi_,
m. Dzunnun al-Mishri_,
n. al-Hârits al-Muhâsibi_,
o. al-Junaid al-Baghdadi_,
Bab VII Penutup_,
Daftar Pustaka_,
PENGANTAR PENULIS
Bismillâh ar-Rahman al-Rahîm.
al-Hamdulillâh.
al-Shalât Wa al-Salâm ‘Alâ Rasûlillâh.
Telah banyak karya para ulama terdahulu yang mereka tulis dalam menjelaskan kebebasan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd. Di antaranya, Imam ‘Abd al-Wahhab as-Sya’rani yang telah menulis berbagai karya fenomenal, seperti al-Yawâqît Wa al-Jawâhir, al-Kibrît al-Ahmar dan lainnya. Al-Hâfizh as-Suyuthi menulis sebuah karya dengan judul Tanbîh al-Ghabiyy Fî Tabri’ah Ibn al-‘Arabi. As-Sayyid Musthafa al-Bakri dengan karyanya; al-Suyûf al-Hidâd Fî A’nâq Ahl al-Zandaqah Wa al-Ilhâd. Syaikh ‘Abd al-Ghani al-Nabulsi dengan karyanya; al-Radd al-Matîn ‘Alâ Muntaqish al-‘Ârif Muhyiddin. Syaikh al-Makhzûmi menulis kitab dengan judul Kasf al-Asrâr. Kemudian Ibn Hajar al-Haitami di bagian akhir dalam kitabnya; al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah. Serta masih banyak kitab lainnya dalam bahasan serupa yang telah ditulis para ulama. Ditambah lagi dengan banyak berbagai pujian dari para ulama terkemuka terhadap Ibn ‘Arabi. Ini artinya Ibn ‘Arabi adalah seorang ulama besar yang benar-benar “lurus”, tidak seperti pendapat sebagian orang yang menyatakan bahwa beliau sebagai “pelopor” akidah hulûl dan ittihâd
Buku yang ada di hadapan pembaca ini penulis sajikan bukan untuk menambah terlebih memperluas bahasan para ulama tersebut di atas. Sebaliknya kandungan buku ini tidak lain hanya kutipan-kutipan dari sekian kitab para ulama yang telah membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd, termasuk dari berbagai ungkapan Ibn ‘Arabi sendiri. Kutipan-kutipan inipun tak ubah layaknya setetes air dari lautan yang seakan tidak bertepi, ia tidak menawarkan janji untuk dapat menyirami rasa dahaga. Namun buku yang penulis sodorkan ini setidaknya memberikan kontribusi dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut. Paling tidak buku ini merupakan edisi bahasa Indonesia dari sekian banyak literatur berbahasa Arab dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan wahdah al-wujûd. Inilah niat awal dari penulis ketika hendak membukukan karya ini.
Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk membukukan karya ini:
Pertama; Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi adalah sosok yang tidak dapat terlepas dari setiap kajian tasawuf. Hampir setiap komunitas kajian tasawuf, dari kajian-kajian tasawuf lingkup terkecil hingga seminar-seminar yang diadakan di berbagai perguruan tinggi Islam, baik negeri maupun swasta (UIN/PTIS) akan menyinggung Ibn ‘Arabi dengan karya-karyanya. Hanya saja yang menjadi keprihatinan penulis bahwa hampir setiap pembicaraan selalu berangkat dari kesimpulan bahwa Ibn ‘Arabi adalah pembawa akidah hulûl dan ittihâd. Sekian banyak literatur yang telah ditulis para ulama dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut selalu diabaikan, bahkan oleh sebagian mereka sama sekali tidak dikenal. Kondisi seperti ini sama sekali tidak memberikan kajian yang berimbang, bahkan sangat tidak proporsional dan sangat subjektif.
Kedua; Beberapa orang yang karena berangkat dari keyakinan bahwa Ibn ‘Arabi pembawa akidah hulûl dan ittihâd, kesimpulan mereka selanjutnya menjadi lebih memprihatinkan. Adanya faham pembagian tasawuf kepada tasawuf Akhlaqi (juga dikenal dengan tasawuf Sunni) dan tasawuf Filosofis adalah pendapat yang lahir dari kesimpulan mereka tersebut. Akibatnya timbul semacam justifikasi yang mengatakan bahwa tasawuf aliran filosofis adalah bagian dari Islam. Menurut mereka tasawuf filosofis ini tidak ubahnya seperti tasawuf Akhlaqi, sebagai bagian dari ajaran Islam. Tentu, kemudian kesimpulan puncak mereka selanjutnya adalah bahwa akidah hulûl dan ittihâd adalah bagian dari akidah Islam. Bagi penulis, pendapat semacam ini sangat merisihkan, karenanya tidak boleh didiamkan.
Ketiga; Ada sebagian faham menyesatkan berkembang di sebagian masyarakat kita menyebutkan adanya dikotomi antara syari’at dan hakekat, atau menurut istilah lain perbedaan antara zhahir dan batin. Kesimpulan semacam ini sedikit banyak memberikan pengaruh kepada prilaku amalan ibadah orang-orang Islam, terutama terhadap sebagian kaum awam. Faham dikotomis ini pula, baik secara langsung atau tidak langsung yang menyebabkan terbentuknya beberapa firqah yang mengaku sebagai bagian dari Islam tapi tidak peduli dengan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Gejala terakhir ini cukup berkembang, tidak hanya pada lapisan masyarakat bawah tapi juga di kalangan orang-orang berpendidikan, bahkan tidak sedikit dari para akademisi. Dengan alasan bahwa tujuan pengamalan syari’at hanya untuk memperbaiki hati atau wilayah batin, maka hati itu sendiri apa bila sudah baik maka praktek-praktek syari’at yang ada pada wilayah zhahir menjadi tidak penting dan tidak perlu diamalkan.
Keempat; Kritik teks dan penelusuran-penelusuran literal yang paripurna terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi dapat dikatakan sangat minim, terutama dalam bahasa Indonesia. Referensi mereka yang menetapkan konsep hulûl dan ittihâd sebagai keyakinan Ibn ‘Arabi selalu saja merujuk kapada al-Futûhât al-Makkiyyah atau Fushûsh al-Hikam. Mereka mengabaikan adanya ungkapan-ungkapan tanzih (kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya) yang sama sekali berseberangan dengan akidah hulûl dan ittihâd dalam kedua karya Ibn ‘Arabi tersebut, juga dalam karya-karya beliau lainnya. Kemungkinan adanya reduksi atau sisipan-sisipan tangan yang tidak bertanggung jawab dalam dua karya Ibn ‘Arabi tersebut sama sekali tidak pernah diangkat di meja-meja diskusi. Keadaan semacam ini tentu saja kurang sehat dan tidak objektif, setidaknya dalam tinjauan penulis. Karena kondisi semacam ini tidak akan pernah menemukan “kata kunci” untuk meredam kontroversi menyangkut Ibn ‘Arabi dengan akidah hulûl dan ittihâd. Buku yang ada di hadapan pembaca ini mencoba menawarkan kata kunci tersebut.
Kelima; Gejala perkembangan tasawuf pada akhir-akhir ini hampir menyentuh semua level. Hampir semua masyarakat kita mengenal bahkan tidak sedikit yang secara praktis masuk dalam wilayah tasawuf. Tentu saja di sini ada nilai-nilai positif yang mereka dapatkan. Namun kekhawatiran yang kemudian muncul adalah saat tasawuf tersebut disentuh oleh lapisan masyarakat yang benar-benar tidak mengetahui ilmu agama. Seseorang yang tidak dapat membedakan dalam masalah thahârah (bersuci) antara Istinjâ’, Istijmâr, Istibrâ’, Istirkhâ, atau tidak mengetahui tatacara wudlu’ yang benar, air yang harus dipergunakan, hal-hal yang membatalkan wudlu, atau yang terkait dengan masalah shalat serta praktek ibadah lainnya, tentu saja bila orang semacam ini masuk dalam wilayah tasawuf tidak akan mandapatkan banyak manfa’at. Gejala inilah yang belakangan terjadi di sebagian masyarakat kita. Tidak sedikit dari mereka yang hanya ikut-ikutan ingin dibaiat untuk dzikir dalam sebuah tarekat sementara ia belum bisa membereskan tatacara bersucinya. Lebih parah lagi yang membaiat (mursyid) orang-orang awam tersebut juga tidak memiliki ilmu agama yang cukup.
Karena itu konsep mendasar dari penulisan buku ini adalah untuk mengungkapkan tanzîh dalam karya-karya Ibn ‘Arabi. Bahwa akidah tanzîh ini adalah keyakinan mayoritas umat Islam dari masa ke masa, dan dari berbagai generasi ke genarasi. Hampir semua komunitas dari berbagai kalangan dari orang-orang Islam meyakini akidah tanzîh ini. Tidak terkecuali komunitas sufi yang notabene orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, sudah pasti akidah tanzîh ini merupakan keyakinan mendasar mereka. Untuk tujuan ini, pada bagian akhir dari tulisan ini sengaja penulis bahas konsep tanzîh Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menjadi akidah pokok kaum sufi.
Walaupun masalah tanzîh ini cukup luas, karena sebenarnya menyangkut pembahasan sifat-sifat Allah dalam berbagai teks al-Qur’an dan Hadits, namun dengan tanpa mengabaikan urgensi pembahasan itu semua, penjelasan “Allah ada tanpa tempat” adalah yang sangat pokok dan paling urgen untuk penulis diungkap di sini. Kecenderungan timbulnya akidah-akidah tasybîh (akidah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) belakangan ini semakin meluas di sebagian masyarakat kita. Karena semakin menyusutnya pembelajaran terhadap ilmu-ilmu agama pokok, terutama masalah akidah, disadari atau tidak disadari ada beberapa orang yang telah keluar dari agama Islam karena keyakinan rusaknya. Imam al-Qâdlî ‘Iyadl al-Maliki dalam al-Syifâ Bi Ta’rîf Huqûq al-Musthafâ mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islam-nya (menjadi kafir), sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; “Terserah Yang Di atas…”, “Tuhan tertawa…, tersenyum…, menangis…,” atau “Mencari Tuhan yang hilang…”, dan lain sebagainya adalah gejala tasybîh yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybîh adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang.
Terkait dengan masalah ini Imam Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi (w 725 H, lihat biografinya dalam al-Durar al-Kâminah, karya al-Hâfizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, j. 4, h. 198) dalam kitab Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu’tadî, h. 588, mengutip perkataan sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib, sebagai berikut:
Dalam kajian terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi, penulis membatasi diri dalam bahasan ungkapan-ungkapan akidah tanzîh yang beliau tulis saja. Penulis sengaja tidak masuk dalam wilayah yang lebih luas. Pembahasan masalah teologi dalam berbagai aspeknya, termasuk istilah-istilah kaum sufi (Musthalahât al-Sûfiyyah) dan takwil-takwil dari perkataan mereka, sama sekali tidak penulis singgung. Namun demikian, khusus tentang Musthalahât al-Sûfiyyah penulis hanya mengungkap secukupnya, termasuk beberapa di antaranya yang ditulis Ibn ‘Arabi sendiri. Masalah Musthalahât al-Sûfiyyah, karena di samping membutuhkan pembahasan yang cukup luas, juga sebenarnya telah diungkap dalam banyak literatur yang sudah matang untuk kita baca, hanya memang umumnya masih dalam bentuk bahasa Arab. Seperti Musthalahât al-Sûfiyyah dalam kitab al-Luma’ karya Abu Nashr as-Sarraj, ‘Awârif al-Ma’ârif karya al-Surâwardi, al-Risâlah karya al-Qusyairi dan lain-lain. Khusus tentang takwil perkatan-perkataan Ibn ‘Arabi lihat al-Yawâqît Wa al-Jawâhir karya Imam ‘Abd al-Wahhab as-Sya’rani dan beberapa kitab lainnya. Kemudian dalam pengutipan pernyataan-pernyataan para ulama, ada beberapa di antaranya sengaja penulis kutip teks aslinya dalam bahasa Arab dan sekaligus terjemahannya. Urgensitasnya adalah untuk memperkuat kebenaran tentang masalah terkait, sekaligus untuk menyodorkannya kepada para pembaca agar dapat menyikapi teks-teks tersebut secara proporsional.
Dan pada bagian akhir dari tulisan ini, penulis mengutip biografi beberapa sufi terkemuka angkatan pertama dengan pelajaran-pelajaran penting dari berbagai ungkapan mereka, terutama masalah-masalah pokok terkait dengan akidah. Bagian ini cukup penting karena ajaran tasawuf yang berkembang di kemudian hari adalah berasal dari jalur mereka. Dengan demikian kita menjadi benar-benar mengetahui “pragmentasi” secara praktis metode pengamalan ajaran-ajaran tasawuf dari para pemuka tasawuf itu sendiri. Kemudian dari pada itu, penulis menyakini sepenuhnya akan keberadaan “berkah”, bahwa jalan untuk meraih berkah-berkah tersebut sangat banyak, salah satunya dengan mengungkap dan mempelajari pragmentasi kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang-orang saleh adalah sebagai sebab bagi kita, bahwa “karena mereka” kita orang-orang awam yang banyak dosa ini diberi rizki, diberi hujan, dan diberi berbagai karunia lainnya oleh Allah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
Para ulama kita berkata: “Bi Dzikr ash-Shalihin Tatanazzal ar-Rahamat...”, artinya; “Dengan sebab menyebut orang-orang saleh maka rahmat-rahmat Allah diharapkan menjadi turun”. Imam Ahmad ibn Hanbal ketika ditanya tentang seorang sufi terkemuka bernama Shafwan ibn Sulaim, berkata: “Dia adalah orang saleh yang dengan disebut namanya maka hujan akan turun...”.
Akhirnya, dengan banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, buku ini semoga memiliki kelebihan dan dapat memberikan siraman serta pencerahan bagi orang-orang yang selalu memegang teguh akidah tanzîh; akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan selalu mengharap ridla Allah serta perlindungan-Nya. Amin
Wa Billâh al-Taufîq.
Penulis,
H. Kholilurrohman Abu Fateh, MA
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an al-Karîm.
‘Abbâs, Sirajuddin, I’tiqad Ahlusuunah Wal Jama’ah, 2002, Pustaka Tarbiyah, Jakarta
Abu Dâwûd, al-Sijistâni, Sunan Abî Dâwûd, Dâr al-Jinân, Bairut.
Ashbahâni, al, Abu Nu’aim Ahmad Ibn ‘Abdullah (w 430 H), Hilyah al-Auliyâ Wa Thabaqât al-Ashfiyâ’, Dâr al-Fikr, Bairut
‘Asqalâni, al, Ahmad Ibn Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhari, tahqîq Muhammad Fu’âd Abd al-Bâqi, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1998 M
_________, al-Durar al-Kâminah Fî al-Ayân al-Mi’ah al-Tsâminah, Haidarabad, Majelis Dâ’irah al-Mâ’arif al-‘Utsmâniyyah, cet. 2, 1972.
_________, al-Ishâbah Fî Tamyîz al-Shahâbah, tahqîq ‘Ali Muhammad Bujawi, Bairut, Dâr al-Jail, cet. 1, 1992 M
_________, Tahdzîb al-Tahdzîb, Bairut, Dâr al-Fikr, 1984 M.
_________, Lisân al-Mizân, Bairut, Mu’assasah al-‘Alami Li al-Mathbu’at, 1986 M.
Asy’ari, al, ‘Ali ibn Ismâ’îl al-Asy’ari asy-Syafi’i (w 324 H), Risâlah Istihsân al-Haudl Fi ‘Ilm al-Kalâm, Dâr al-Masyâri’, cet. 1, 1415 H-1995 M, Bairut
Asy’ari, Hasyim, KH, ‘Akidah Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, Tebuireng, Jombang.
Azdi, al, Abu Dâwûd Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishâq al-Sijistâni (w 275 H), Sunan Abi Dâwûd, tahqîq Shidqi Muhammad Jamil, Bairut, Dâr al-Fikr, 1414 H-1994 M.
Baghdâdi, al, Abu Manshur ‘Abd al-Qâhir ibn Thahir ( W 429 H), al-Farq Bain al-Firaq, Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. Tth.
_________, Kitâb Ushûl al-Dîn, cet. 3, 1401-1981, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
Baghdâdi, al, Abu Bakr Ahmad ibn ‘Ali, al-Khathib, Târikh Baghdâd, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.
Baijuri, al, Tuhfah al-Murîd Syarh Jauhar al-Tauhîd, Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, Indonesia
Baihaqi, al, Abu Bakr ibn al-Husain ibn ‘Ali (w 458 H), al-Asmâ’ Wa al-Shifât, tahqîq ‘Abdullah ibn ‘Âmir, 1423-2002, Dâr al-Hadits, Cairo.
_________, Syu’ab al-Imân, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
_________, al-Sunan al-Kubrâ, Dâr al-Ma’rifah, Bairut. t. th.
Bantani, al, ‘Umar ibn Nawawi al-Jâwi, Kâsyifah al-Sajâ Syarh Safinah al-Najâ, Maktabah Dâr Ihyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia, th.
_________, Salâlim al-Fudalâ Syarh Manzhumah Kifâyah al-Atqiyâ’ Ilâ Thariq al-Auliyâ’, Syarikat al-Ma’arif Bandung, t. th.
Bakri, al, As-Sayyid Abu Bakr ibn as-Sayyid Ibn Syathâ al-Dimyathi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’. Syarikat Ma’arif, Bandung, t. th.
_________, Hâsyiyah I’ânah al-Thâlibin ‘Alâ Hall Alfâzh Fath al-Mu’in Li Syarh Qurrah al-‘Ain Li Muhimmah al-Dîn, cet. 1, 1418, 1997, Dâr al-Fikr, Bairut.
Bayyadli, al, Kamâl al-Dîn Ahmad al-Hanafi, Isyârât al-Marâm Min ‘Ibârât al-Imâm, tahqîq Yusuf ‘Abd al-Razzâq (Dosen Usuluddin al-Azhar), cet. 1, 1368-1949, Syarikah Maktabah Musthafâ al-Halabi Wa Auladuh, Cairo.
Bukhâri, al, Muhammad ibn Ismâ’il, Shahih al-Bukhari, Bairut, Dâr Ibn Katsir al-Yamamah, 1987 M
Dzahabi, al, Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Utsmân, Abu ‘Abdillah, Syasm al-Dîn, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, tahqîq Syau’ib al-Arna’uth dan Muhammad Nu’im al-Arqusysyi, Bairut, Mu’assasah al-Risalah, 1413 H.
_________, Mizân al-I’tidâl Fi Naqd al-Rijâl, tahqîq Muhammad Mu’awwid dan ‘Adil Ahmad ‘Abd al-Maujûd, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. 1, 1995 M
Dimyâthi, al, Abu Bakr as-Sayyid Bakri ibn as-Sayyid Muhammad Syathâ al-Dimyâthi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’, Bungkul Indah, Surabaya, t. th.
Ghazâli, al, Abu Hâmid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Thusi ( w 505 H), Kitâb al-Arba’in Fi Ushul al-Dîn, cet. 1408-1988, Dâr al-Jail, Bairut
_________, al-Maqshad al-Asnâ Syarh Asmâ Allah al-Husnâ, t. th, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cairo
_________, Minhâj al-Âbidin, t. th. Dâr Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia
Ghumâri, al, Ahmad ibn Muhammad al-Shiddiq al-Hasani al-Maghribi, Abu al-Faidl, al-Mughir ‘Alâ al-Ahâdits al-Maudlû’ah Fi al-Jâmi’ al-Shaghir, cet. 1, t. th. Dâr al-‘Ahd al-Jadid
Hanbal, Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad, Dar al-Fikr, Bairut
Haitami, al, Ahmad Ibn Hajar al-Makki, Syihabuddin, al-Fatâwâ al-Haditsiyyah, t. th. Dâr al-Fikr
Hakim, al, al-Mustadrak ‘Alâ al-Shahihain, Bairut, Dâr al-Ma’rifah, t. th.
Habasyi, al, ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Yusuf, Abu ‘Abd ar-Rahman, al-Maqâlât al-Sunniyah Fi Kasy Dlalâlât Ahmad Ibn Taimiyah, Bairut: Dâr al-Masyârî’, cet. IV, 1419 H-1998 M.
_________, al-Syarh al-Qawîm Syarh Shirât al-Mustaqîm, cet. 3, 1421-2000, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, al-Dalîl al-Qawîm ‘Alâ al-Shirâth al-Mustaqîm, Thubi’ ‘Alâ Nafaqat Ahl al-Khair, cet. 2, 1397 H. Bairut
_________, al-Durrah al-Bahiyyah Fî Hall Alfâzh al-‘Akidah al-Thahâwiyyah, cet. 2, 1419-1999, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, Sharîh al-Bayân Fî al-Radd ‘Alâ Man Khâlaf al-Qur’an, cet. 4, 1423-2002, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, Izhhâr al-‘Aqîdah al-Sunniyyah Fî Syarh al-‘Aqîdah al-Thahâwiyyah, cet. 3, 1417-1997, Dâr al-Masyârî’, Bairut
_________, al-Mathâlib al-Wafiyyah Bi Syarh al’Akidah al-Nasafiyyah, cet. 2, 1418-1998, Dâr al-Masyârî’, Bairut
_________, al-Tahdzîr al-Syar’i al-Wâjib, cet. 1, 1422-2001, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
Haddâd, al, ‘Abdullah ibn ‘Alawi ibn Muhammad, Risâlah al-Mu’âwanah Wa al-Muzhâharah Wa al-Ma’âzarah, Dâr Ihyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia.
Haramain, al, Imâm, Abu al-Ma’âli ‘Abd al-Malik al-Juwaini, al-‘Akidah al-Nizhâmiyyah, ta’liq Muhammad Zâhid al-Kautsari, Math’ba’ah al-Anwâr, 1367 H-1948 M.
Hushni, al, Taqiy al-Dîn Abu Bakr ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasyqi ( w829 H), Kifâyat al-Akhyâr Fî Hall Ghayât al-Ikhtishâr, Dâr al-Fikr, Bairut. t. th.
_________, Daf’u Syabah Man Tasyabbah Wa Tamarrad Wa Nasab Dzâlik Ilâ al-Imâm al-Jalîl Ahmad, al-Maktabah al-Azhariyyah Li al-Turats, t. th.
Ibn Arabi, Muhyiddin Muhammad ibn ‘Ali al-Hâtimi al-Thâ’i, al-Futûhât al-Makkiyyah, ta’lîq Mahmûd Mathraji, Isyrâf Maktabah al-Buhûts Wa al-Dirâsât, Dâr al-Fikr, Bairut
_________, ‘Akidah Fî al-Tauhîd (‘Aqîdah Ahl al-Islâm), ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Mesir
_________, ‘Aqîdah Ahl al-Islâm, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shahîh al-Khalwah Min Asrâr; Cairo; Maktabah ‘Âlam al-Fikr, cet I, 1407 H-1986 M
_________, al-Khalwah al-Muthlaqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Min Rasâ’il Sayyidî Muhyiddin Ibn ‘Arabi; Washiyyatuh Allati Katabahâ Ilâ Ba’dl Aulâdih, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir.
_________, al-Mauizhah al-Hasanah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Ishthilâhât al-Sufiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-‘Ujâlah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Hikam al-Hâtimiyyah al-Musamma Bi al-Kalimat al-Hikamiyyah Wa al-Mushthalâhât al-Jâriyah ‘Alâ Alsinah al-Shufiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Tanazzulât al-Lailiyyah Fi al-Ahkâm al-Ilâhiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Min Rasâ’ail al-Syaikh Muhyiddin Li al-Imâm al-Fakhr al-Râzi, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Kunhu Mâ Lâ Budd Li al-Murîd Minhu, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Nasab al-Khirqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
Ibn ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî Fîmâ Nusiba Ilâ al-Imâm Abî al-Hasan al-Asy’ari, Dâr al-Kutub al-‘Arabi, Bairut.
Ibn Balabbân, Muhammad ibn Badruddin ibn Balbân al-Damasyqi al-Hanbali (w 1083 H), al-Ihsân Bi Tartîb Shahîh Ibn Hibbân, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut
_________, Mukhtashar al-Ifâdât Fi Rub’i al-‘Ibâdât Wa al-Âdâb Wa Ziyâdât. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Bairut
Ibn Hibbân, al-Tsiqât, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut
Ibn al-Jauzi, Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman ibn al-Jauzi (w 597 H), Talbîs Iblîs, tahqîq Aiman Shâlih Sya’bân, Cairo: Dâr al-Hadits, 1424 H-2003 M
_________, Daf’u Syubah al-Tasybîh Bi Akaff al-Tanzîh, Tahqîq Syaikh Muhammad Zâhid al-Kautsari, Muraja’ah DR. Ahmad Hijâzi al-Saqâ, Maktabah al-Kulliyyât al-Azhariyyah, 1412-1991
_________, Shafwah al-Shafwah, Dar al-Fikr, Bairut
_________, Shaid al-Khâthir, tahqîq Usâmah as-Sayyid, Muassasah al-Kutub al-Tsaqâfiyyah. Cet. 4, Bairut
Ibn Jamâ’ah, Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’adullâh ibn Jamâ’ah dikenal dengan Badruddin ibn Jamâ’ah ( w727 H), Idlâh al-Dalîl Fî Qath’i Hujaj Ahl al-Ta’thîl, tahqîq Wahbi Sulaimân Ghawaji, Dâr al-Salâm, 1410 H-1990 M, Cairo
Ibn Katsir, Ismâ’îl ibn ‘Umar, Abu al-Fidâ, al-Bidâyah Wa al-Nihâyah, Bairut, Maktabah al-Ma’ârif, t. th.
Ibn Khallikân, Wafayât al-A’yân, Dâr al-Tsaqafah, Bairut
Ibn al-‘Imâd, Abu al-Falâh ibn ‘Abd al-Hayy al-Hanbali, Syadzarât al-Dzahab Fî Akhbâr Man Dzahab, tahqîq Lajnah Ihyâ al-Turâts al-‘Arabi, Bairut, Dâr al-Âfâq al-Jadidah, t. th.
Ibn al-Subki, Abu Nashr Taj al-Dîn ‘Abd al-Wahhâb ibn ‘Ali ibn ‘Abd al-Kâfi (w 771 H), Thabaqât asy-Syafi’iyyah al-Kubrâ, tahqîq ‘Abd al-Fattâh Muhammad al-Huluw dan Mahmud Muhammad al-Thanji, t. th, Dâr Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah.
‘Iyadl, Abu al-Fadl ‘Iyyâdl ibn Musa ibn ‘Iyadl al-Yahshubi, al-Syifâ Bi Ta’rif Huquq al-Musthafâ, tahqîq Kamâl Basyuni Zaghlûl al-Mishri, Isyraf Maktab al-Buhuts Wa al-Dirâsât, cet. 1421-2000, Dâr al-Fikr, Bairut.
Isfirâyini, al, Abu al-Mudzaffar (w 471 H), al-Tabshir Fî al-Dîn Fî Tamyîz al-Firqah al-Nâjiah Min al-Firaq al-Hâlikin, ta’lîq Muhammad Zâhid al-Kautsari, Mathba’ah al-Anwâr, cet. 1, th.1359 H, Cairo.
Jailâni-al, ‘Abd al-Qâdir ibn Musa ibn Abdullâh, Abu Shâlih al-Jailâni, al-Gunyah, Dâr al-Fikr, Bairut
Jauziyyah, al, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Hâdi al-Arwâh iIlâ Bilâd al-Afrah, Ramadi Li al-Nasyr, Bairut.
Kalâbâdzi-al, Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qûb al-Bukhari, Abu Bakr (w 380 H), al-Ta’arruf Li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, tahqîq Mahmûd Amin al-Nawawi, cet. 1, 1388-1969, Maktabah al-Kuliyyât al-Azhariyyah Husain Muhammad Anbâbi al-Musâwi, Cairo
Kautsari, al, Muhammad Zâhid ibn al-Hasan al-Kautsari, Takmilah al-Radd ‘Alâ Nuniyyah Ibn al-Qayyim, Mathba’ah al-Sa’adah, Mesir.
_________, Maqâlât al-Kautsari, Dâr al-Ahnâf , cet. 1, 1414 H-1993 M, Riyadl.
Khalîfah, Hâjî, Musthafâ ‘Abdullah al-Qasthanthini al-Rumi al-Hanafi al-Mulla, Kasyf al-Zhunûn ‘An Asâmî al-Kutub Wa al-Funûn, Dâr al-Fikr, Bairut.
Maqarri-al, Ahmad al-Maghrirbi al-Maliki al-Asy’ari, Idlâ’ah al-Dujunnah Fî I’tiqâd Ahl al-Sunnah, Dâr al-Fikr, Bairut.
Mâturîdi, al, Abu Manshur, Kitâb al-Tauhîd, Dâr al-Masyriq, Bairut
Malîbâri, al, Zain al-Dîn Ibn ‘Ali, Nadzam Hidâyah al-Adzkiyâ’, Syirkah Bukul Indah, Surabaya, t. th.
Makki, al, Taj al-Dîn Muhammad Ibn Hibatillâh al-Hamawi, Muntakhab Hadâ’iq al-Fushûl Wa Jawâhir al-Ushûl Fi ‘Ilm al-Kalâm ‘Alâ Ushûl Abi al-Hasan al-Asy’ari, cet, 1, 1416-1996, Dâr al-Masyârî’, Bairut
Mizzi, al, Tahdzîb al-Kamâl Fî Asmâ’ al-Rijâl, Mu’assasah al-Risalah, Bairut.
Mutawalli, al, al-Ghunyah Fî Ushûl al-Dîn, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut.
Nabhâni, al, Yusuf Isma’îl, Jâmi’ Karâmât al-Auliyâ’, Dâr al-Fikr, Bairut
Naisâburi, al, Muslim ibn al-Hajjâj, al-Qusyairi (w 261 H), Shahîh Muslim, tahqîq Muhammad Fu’âd ‘Abd al-Bâqî, Bairut, Dâr Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, 1404 H.
Nawawi, al, Yahyâ ibn Syaraf, Muhyiddin, Abu Zakariya, al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim Ibn al-Hajjâj, Cairo, al-Maktab al-Tsaqafi, 2001 H.
Qâri, al-, ‘Ali Mullâ al-Qâri, Syarh al-Fiqh al-Akbar, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut
Qadlî, al, Samîr, Mursyid al-Hâ’ir Fi Hall Alfâzh Risâlah Ibn ‘Asakir, cet. I, 1414 H-1994 M, Dâr al-Masyârî’, Bairut
Qusyairi, al, Abu al-Qasim ‘Abd al-Karim ibn Hawazân al-Naisâburi, al-Risâlah al-Qusyairiyyah, tahqîq Ma’ruf Zuraiq dan ‘Ali ‘Abd al-Hâmid Balthahji, Dâr al-Khair.
Qurthubi, al, al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’an, Dâr al-Fikr, Bairut
Rifâ’i, al, Abu al-‘Abbâs Ahmad ar-Rifa’i al-Kabir ibn al-Sulthân ‘Ali, Maqâlât Min al-Burhân al-Mu’ayyad, cet. 1, 1425-2004, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
Râzi, al, Fakhr al-Dîn al-Râzi, al-Tafsîr al-Kabîr Wa Mafâtîh al-Ghaib, Dâr al-Fikr, Bairut
Sarrâj, al, Abu Nashr, Al-Luma’, tahqîq ‘Abd al-Halim Mahmud dan Thâhâ ‘Abd al-Bâqi Surur, Maktabah al-Tsaqâfah al-Dîniyyah, Cairo Mesir
Syafi’i, al, Muhammad ibn Idrîs ibn Syâfi’ (w 204 H), al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Maktabah al-Tijâriyyah Mushthafâ Ahmad al-Bâz, Mekah, t. th.
Sya’râni, al, ‘Abd al-Wahhâb, al-Thabaqât al-Qubrâ, Maktabah al-Taufiqiyyah, Amâm Bâb al-Ahdlar, Cairo Mesir.
_________, al-Yawâqît Wa al-Jawâhir Fi Bayân ‘Aqâ’id al-Akâbir, t. th, Mathba’ah al-Haramain.
_________, al-Kibrît al-Ahmar Fi Bayân ‘Ulûm al-Syaikh al-Akbar, t. th, Mathba’ah al-Haramain.
_________, al-Anwâr al-Qudsiyyah al-Muntaqât Min al-Futûhût al-Makkiyyah, Bairut, Dâr al-Fikr, t. th.
_________, Lathâ’if al-Minan Wa al-Akhlâq, ‘Alam al-Fikr, Cairo
Subki, al, Taqy al-Dîn ‘Ali ibn ‘Abd al-Kâfî al-Subki, al-Saif al-Shaqîl Fî al-Radd ‘Ala ibn Zafîl, Mathba’ah al-Sa’âdah, Mesir.
Suhrâwardi, al, Awârif al-Ma’ârif, Dar al-Fikr, Bairut
Syakkur, al, ‘Abd, Senori, KH, al-Kawâkib al-Lammâ’ah Fî Bayân ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah Wa al-Jamâ’ah
Syahrastâni, al, Muhammad ‘Abd al-Karîm ibn Abi Bakr Ahmad, al-Milal Wa al-Nihal, ta’lîq Shidqi Jamil al-‘Athâr, cet. 2, 1422-2002, Dâr al-Fikr, Bairut.
Sulami, al, Abu ‘Abd ar-Rahman Muhammad Ibn al-Husain (w 412 H), Thabaqat al-Shûfiyyah, tahqîq Musthafâ ‘Abd al-Qâdir ‘Athâ, Mansyurat ‘Ali Baidlûn, cet. 2, 1424-2003, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
Suyuthi, al, Jalâl al-Dîn ‘Abd ar-Rahman ibn Abî Bakr, al-Hâwî Li al-Fatâwî, cet. 1, 1412-1992, Dâr al-Jail, Bairut.
Thabari, al, Târîkh al-Umam Wa al-Mulûk, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
_________, Tafsîr Jâmi al-Bayân ‘An Ta’wîl Ay al-Qur’an, Dâr al-Fikr, Bairut
Tim Pengkajian Keislaman Pada Jam’iyyah al-Masyari al-Khairiyyah al-Islamiyyah, al-Jauhar al-Tsamîn Fî Ba’dl Man Isytahara Dzikruhu Bain al-Muslimîn, Bairut, Dâr al-Masyârî’, 1423 H, 2002 M.
_________, al-Tasyarruf Bi Dzikr Ahl al-Tashawwuf, Bairut, Dâr al-Masyari, cet. I, 1423 H-2002 M
Thabarâni, al, Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub, Abu Sulaiman (w 360 H), al-Mu’jam al-Shagîr, tahqîq Yusuf Kamâl al-Hut, Bairut, Muassasah al-Kutuh al-Tsaqafiyyah, 1406 H-1986 M.
_________, al-Mu’jam al-Awsath, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.
_________, al-Mu’jamal-Kabîr, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.
Tirmidzi, al, Muhammad ibn Isa ibn Surah al-Sulami, Abu Îsâ, Sunan al-Tirmidzi, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.
Zabîdi, al, Muhammad Murtadlâ al-Husaini, Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn Bi Syarh Ihyâ’ Ulum al-Dîn, Bairut, Dâr al-Turâts al-‘Arabi
Judul : Membersihkan Nama Ibnu Arabi Kajian Komprehensif Tasawuf Rasulullah
Penulis : Kholil Abou Fateh
Penerbit : Pustaka Fattah Arbah Banten
cetakan : Pertama, 2011
Ukuran : 20 x 14 cm
Tebal : 608 halaman
Harga : Rp. 100. 000 (Seratus ribu) sudah termasuk ongkos kirim untuk P. Jawa, dan tambah 10.000 untuk luar P. Jawa
Daftar Isi_,
Kata Pengantar_,
Pengantar Penulis_,
Bab I Definisi Tasawuf, Hulûl, Wahdah Al-Wujûd Dan Cakupannya
a. Pengertian Tasawuf, Sejarah Penamaan dan Ajaran-ajarannya_,
b. Ajaran Tasawuf di Masa al-Khulafâ’ al-Râsyidîn_,
c. Landasan Tasawuf; Ilmu dan Amal_,
d. Di Antara Pokok-Pokok Ajaran Kaum Sufi_,
e. Sanad Ajaran Kaum Sufi Dan Khirqah Mereka_,
f. Definisi Yang Salah Tentang Syari’at Dan Hakekat_,
g. Kisah Yang Benar Tentang Nabi Musa Dan Nabi Khadlir_,
h. Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Akhlaqi Dan Falsafi_,
i. Fenomena Syathahât; Antara Wali Shâhî Dan Wali Jadzab_,
j. Pendapat Mayoritas Ulama Sufi Tentang Al-Hallâj_,
k. Tinjauan Historis Dan Definisi Akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
l. Dasar Akidah Kaum Sufi_,
m. Bantahan Terhadap Kelompok Anti Tasawuf_,
Bab II Biografi Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi
a. Nama dan Kelahiran Ibn ‘Arabi_,
b. Keluarga Ibn ‘Arabi_,
c. Perjalanan Ilmiah Ibn ‘Arabi_,
d. Guru-guru Ibn ‘Arabi_,
e. Tahun Wafat Ibn ‘Arabi_,
f. Karya-karya Ibn ‘Arabi_,
Bab III Kajian Terhadap Karya-Karya Ibn ‘Arabi Tentang Akidah Tanzîh
a. al-Futûhât al-Makkiyah_,
1. Sikap Ulama Terhadap Ibn ‘Arabi Dan al-Futûhât al-Makkiyyah_,
2. Kajian Terhadap al-Futûhât al-Makkiyyah_,
3. Ungkapan Tanzîh Ibn ‘Arabi Dalam al-Futûhât al-Makkiyah_,
b. Al-Tanazzulât al-Lailiyyah Fî al-Ahkâm al-Ilâhiyyah_,
c. ‘Aqîdah Ahl al-Islâm (Aqîdah Fî al-Tauhîd) _,
1. Iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya_,
2. Iman kepada Rasulullah; Muhammad_,
d. Al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shâhib al-Khalwah Min Asrâr Al-Khalwah al-Muthlaqah_,
e. Kunhu Mâ Lâ Budd Lî al-Murîd Minhu_,
f. Al-Mauizhah al-Hasanah_,
g. Isthilahât al-Sufiyyah_,
h. Al-‘Ujâlah_,
i. Al-Hikam al-Hâtimiyyah_,
j. Risalah Ibn ‘Arabi Kepada Imam al-Fakhr ar-Razi_,
k. Wasiat Ibn ‘Arabi Kepada Sebagian Anaknya Nasab al-Khirqah_,
Bab IV Ibn ‘Arabi Dan Akidah Ahlussunnah
a. Allah Ada Tanpa Tempat_,
b. Ahlussunnah Dalam Mensikapi Teks-Teks Mutasyâbihât_,
1. Definisi Muhkamât dan Mutasyâbihât_,
a. Muhkamât_,
b. Mutasyâbihât_,
2. Metode Ulama Ahlussunnah Dalam Memahami Teks-teks Mutasyâbihât_,
3. Empat Faedah Penting Sebagai Bantahan Atas Orang Yang Mengingkari Takwil_,
c. Tafsir sebagian ayat yang seringkali dijadikan rujukan oleh pemeluk akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
d. Langit Adalah Kiblat Doa_,
Bab V Kedustaan Yang Disandarkan Kepada Sebagian Wali Allah
a. Kedustaan atas Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni_,
b. Kedustaan atas Syaikh Abu Yazîd al-Busthâmi_,
c. Kedustaan atas Syaikh Abu al-Hasan al-Syâdzili_,
d. Kedustaan atas Imam al-Ghazali_,
e. Kedustaan atas Syaikh Ahmad al-Tijani al-Maghribi_,
Bab VI Biografi Ringkas Kaum Sufi Angkatan Pertama
a. Uwais al-Qarani_,
b. al-Hasan al-Bashri_,
c. ‘Ali Zainal ‘Abidîn_,
d. Ibrahim ibn Adham_,
e. Dâwûd al-Thâ’i_,
f. Fudlail ibn ‘Iyadl_,
g. Ma’rûf al-Karkhi_,
h. Sirrî al-Saqthi_,
i. Bisyr al-Hâfi_,
j. Hâtim al-Asham_,
k. Syaqîq al-Balkhi_,
l. Abu Turâb al-Nakhsyabi_,
m. Dzunnun al-Mishri_,
n. al-Hârits al-Muhâsibi_,
o. al-Junaid al-Baghdadi_,
Bab VII Penutup_,
Daftar Pustaka_,
PENGANTAR PENULIS
Bismillâh ar-Rahman al-Rahîm.
al-Hamdulillâh.
al-Shalât Wa al-Salâm ‘Alâ Rasûlillâh.
Telah banyak karya para ulama terdahulu yang mereka tulis dalam menjelaskan kebebasan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd. Di antaranya, Imam ‘Abd al-Wahhab as-Sya’rani yang telah menulis berbagai karya fenomenal, seperti al-Yawâqît Wa al-Jawâhir, al-Kibrît al-Ahmar dan lainnya. Al-Hâfizh as-Suyuthi menulis sebuah karya dengan judul Tanbîh al-Ghabiyy Fî Tabri’ah Ibn al-‘Arabi. As-Sayyid Musthafa al-Bakri dengan karyanya; al-Suyûf al-Hidâd Fî A’nâq Ahl al-Zandaqah Wa al-Ilhâd. Syaikh ‘Abd al-Ghani al-Nabulsi dengan karyanya; al-Radd al-Matîn ‘Alâ Muntaqish al-‘Ârif Muhyiddin. Syaikh al-Makhzûmi menulis kitab dengan judul Kasf al-Asrâr. Kemudian Ibn Hajar al-Haitami di bagian akhir dalam kitabnya; al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah. Serta masih banyak kitab lainnya dalam bahasan serupa yang telah ditulis para ulama. Ditambah lagi dengan banyak berbagai pujian dari para ulama terkemuka terhadap Ibn ‘Arabi. Ini artinya Ibn ‘Arabi adalah seorang ulama besar yang benar-benar “lurus”, tidak seperti pendapat sebagian orang yang menyatakan bahwa beliau sebagai “pelopor” akidah hulûl dan ittihâd
Buku yang ada di hadapan pembaca ini penulis sajikan bukan untuk menambah terlebih memperluas bahasan para ulama tersebut di atas. Sebaliknya kandungan buku ini tidak lain hanya kutipan-kutipan dari sekian kitab para ulama yang telah membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd, termasuk dari berbagai ungkapan Ibn ‘Arabi sendiri. Kutipan-kutipan inipun tak ubah layaknya setetes air dari lautan yang seakan tidak bertepi, ia tidak menawarkan janji untuk dapat menyirami rasa dahaga. Namun buku yang penulis sodorkan ini setidaknya memberikan kontribusi dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut. Paling tidak buku ini merupakan edisi bahasa Indonesia dari sekian banyak literatur berbahasa Arab dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan wahdah al-wujûd. Inilah niat awal dari penulis ketika hendak membukukan karya ini.
Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk membukukan karya ini:
Pertama; Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi adalah sosok yang tidak dapat terlepas dari setiap kajian tasawuf. Hampir setiap komunitas kajian tasawuf, dari kajian-kajian tasawuf lingkup terkecil hingga seminar-seminar yang diadakan di berbagai perguruan tinggi Islam, baik negeri maupun swasta (UIN/PTIS) akan menyinggung Ibn ‘Arabi dengan karya-karyanya. Hanya saja yang menjadi keprihatinan penulis bahwa hampir setiap pembicaraan selalu berangkat dari kesimpulan bahwa Ibn ‘Arabi adalah pembawa akidah hulûl dan ittihâd. Sekian banyak literatur yang telah ditulis para ulama dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut selalu diabaikan, bahkan oleh sebagian mereka sama sekali tidak dikenal. Kondisi seperti ini sama sekali tidak memberikan kajian yang berimbang, bahkan sangat tidak proporsional dan sangat subjektif.
Kedua; Beberapa orang yang karena berangkat dari keyakinan bahwa Ibn ‘Arabi pembawa akidah hulûl dan ittihâd, kesimpulan mereka selanjutnya menjadi lebih memprihatinkan. Adanya faham pembagian tasawuf kepada tasawuf Akhlaqi (juga dikenal dengan tasawuf Sunni) dan tasawuf Filosofis adalah pendapat yang lahir dari kesimpulan mereka tersebut. Akibatnya timbul semacam justifikasi yang mengatakan bahwa tasawuf aliran filosofis adalah bagian dari Islam. Menurut mereka tasawuf filosofis ini tidak ubahnya seperti tasawuf Akhlaqi, sebagai bagian dari ajaran Islam. Tentu, kemudian kesimpulan puncak mereka selanjutnya adalah bahwa akidah hulûl dan ittihâd adalah bagian dari akidah Islam. Bagi penulis, pendapat semacam ini sangat merisihkan, karenanya tidak boleh didiamkan.
Ketiga; Ada sebagian faham menyesatkan berkembang di sebagian masyarakat kita menyebutkan adanya dikotomi antara syari’at dan hakekat, atau menurut istilah lain perbedaan antara zhahir dan batin. Kesimpulan semacam ini sedikit banyak memberikan pengaruh kepada prilaku amalan ibadah orang-orang Islam, terutama terhadap sebagian kaum awam. Faham dikotomis ini pula, baik secara langsung atau tidak langsung yang menyebabkan terbentuknya beberapa firqah yang mengaku sebagai bagian dari Islam tapi tidak peduli dengan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Gejala terakhir ini cukup berkembang, tidak hanya pada lapisan masyarakat bawah tapi juga di kalangan orang-orang berpendidikan, bahkan tidak sedikit dari para akademisi. Dengan alasan bahwa tujuan pengamalan syari’at hanya untuk memperbaiki hati atau wilayah batin, maka hati itu sendiri apa bila sudah baik maka praktek-praktek syari’at yang ada pada wilayah zhahir menjadi tidak penting dan tidak perlu diamalkan.
Keempat; Kritik teks dan penelusuran-penelusuran literal yang paripurna terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi dapat dikatakan sangat minim, terutama dalam bahasa Indonesia. Referensi mereka yang menetapkan konsep hulûl dan ittihâd sebagai keyakinan Ibn ‘Arabi selalu saja merujuk kapada al-Futûhât al-Makkiyyah atau Fushûsh al-Hikam. Mereka mengabaikan adanya ungkapan-ungkapan tanzih (kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya) yang sama sekali berseberangan dengan akidah hulûl dan ittihâd dalam kedua karya Ibn ‘Arabi tersebut, juga dalam karya-karya beliau lainnya. Kemungkinan adanya reduksi atau sisipan-sisipan tangan yang tidak bertanggung jawab dalam dua karya Ibn ‘Arabi tersebut sama sekali tidak pernah diangkat di meja-meja diskusi. Keadaan semacam ini tentu saja kurang sehat dan tidak objektif, setidaknya dalam tinjauan penulis. Karena kondisi semacam ini tidak akan pernah menemukan “kata kunci” untuk meredam kontroversi menyangkut Ibn ‘Arabi dengan akidah hulûl dan ittihâd. Buku yang ada di hadapan pembaca ini mencoba menawarkan kata kunci tersebut.
Kelima; Gejala perkembangan tasawuf pada akhir-akhir ini hampir menyentuh semua level. Hampir semua masyarakat kita mengenal bahkan tidak sedikit yang secara praktis masuk dalam wilayah tasawuf. Tentu saja di sini ada nilai-nilai positif yang mereka dapatkan. Namun kekhawatiran yang kemudian muncul adalah saat tasawuf tersebut disentuh oleh lapisan masyarakat yang benar-benar tidak mengetahui ilmu agama. Seseorang yang tidak dapat membedakan dalam masalah thahârah (bersuci) antara Istinjâ’, Istijmâr, Istibrâ’, Istirkhâ, atau tidak mengetahui tatacara wudlu’ yang benar, air yang harus dipergunakan, hal-hal yang membatalkan wudlu, atau yang terkait dengan masalah shalat serta praktek ibadah lainnya, tentu saja bila orang semacam ini masuk dalam wilayah tasawuf tidak akan mandapatkan banyak manfa’at. Gejala inilah yang belakangan terjadi di sebagian masyarakat kita. Tidak sedikit dari mereka yang hanya ikut-ikutan ingin dibaiat untuk dzikir dalam sebuah tarekat sementara ia belum bisa membereskan tatacara bersucinya. Lebih parah lagi yang membaiat (mursyid) orang-orang awam tersebut juga tidak memiliki ilmu agama yang cukup.
Karena itu konsep mendasar dari penulisan buku ini adalah untuk mengungkapkan tanzîh dalam karya-karya Ibn ‘Arabi. Bahwa akidah tanzîh ini adalah keyakinan mayoritas umat Islam dari masa ke masa, dan dari berbagai generasi ke genarasi. Hampir semua komunitas dari berbagai kalangan dari orang-orang Islam meyakini akidah tanzîh ini. Tidak terkecuali komunitas sufi yang notabene orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, sudah pasti akidah tanzîh ini merupakan keyakinan mendasar mereka. Untuk tujuan ini, pada bagian akhir dari tulisan ini sengaja penulis bahas konsep tanzîh Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menjadi akidah pokok kaum sufi.
Walaupun masalah tanzîh ini cukup luas, karena sebenarnya menyangkut pembahasan sifat-sifat Allah dalam berbagai teks al-Qur’an dan Hadits, namun dengan tanpa mengabaikan urgensi pembahasan itu semua, penjelasan “Allah ada tanpa tempat” adalah yang sangat pokok dan paling urgen untuk penulis diungkap di sini. Kecenderungan timbulnya akidah-akidah tasybîh (akidah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) belakangan ini semakin meluas di sebagian masyarakat kita. Karena semakin menyusutnya pembelajaran terhadap ilmu-ilmu agama pokok, terutama masalah akidah, disadari atau tidak disadari ada beberapa orang yang telah keluar dari agama Islam karena keyakinan rusaknya. Imam al-Qâdlî ‘Iyadl al-Maliki dalam al-Syifâ Bi Ta’rîf Huqûq al-Musthafâ mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islam-nya (menjadi kafir), sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; “Terserah Yang Di atas…”, “Tuhan tertawa…, tersenyum…, menangis…,” atau “Mencari Tuhan yang hilang…”, dan lain sebagainya adalah gejala tasybîh yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybîh adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang.
Terkait dengan masalah ini Imam Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi (w 725 H, lihat biografinya dalam al-Durar al-Kâminah, karya al-Hâfizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, j. 4, h. 198) dalam kitab Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu’tadî, h. 588, mengutip perkataan sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib, sebagai berikut:
سَيَرْجِعُ قَوْمٌ مِنْ هذِه الأمّةِ عِنْدَ اقْتِرَابِ السّاعَةِ كُفّارًا، قَالَ رَجُلٌ: يَا أمِيْرَ المُؤْمِنِيْنَ، كُفْرُهُمْ بِمَاذَا أبِالإحْدَاثِ أمْ بِالإنْكَارِ؟ فَقَالَ: بَلْ بِالإنْكَارِ، يُنْكِرُوْنَ خَالِقَهُمْ فَيَصِفُوْنَهُ بِالجِسْمِ وَالأعْضَاء (رَواهُ ابنُ المُعلِّم القُرَشيّ فِي كِتابه نَجْم المُهْتَدِي وَرَجْمُ المُعْتَدِيْ، ص 588)
“Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir”. Seseorang bertanya kepadanya: “Wahai Amir al-Mu’minin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran? Sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib menjawab: “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta meraka (Allah) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan”. (Diriwayatkan oleh Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu’tadi, h. 588)
Dalam kajian terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi, penulis membatasi diri dalam bahasan ungkapan-ungkapan akidah tanzîh yang beliau tulis saja. Penulis sengaja tidak masuk dalam wilayah yang lebih luas. Pembahasan masalah teologi dalam berbagai aspeknya, termasuk istilah-istilah kaum sufi (Musthalahât al-Sûfiyyah) dan takwil-takwil dari perkataan mereka, sama sekali tidak penulis singgung. Namun demikian, khusus tentang Musthalahât al-Sûfiyyah penulis hanya mengungkap secukupnya, termasuk beberapa di antaranya yang ditulis Ibn ‘Arabi sendiri. Masalah Musthalahât al-Sûfiyyah, karena di samping membutuhkan pembahasan yang cukup luas, juga sebenarnya telah diungkap dalam banyak literatur yang sudah matang untuk kita baca, hanya memang umumnya masih dalam bentuk bahasa Arab. Seperti Musthalahât al-Sûfiyyah dalam kitab al-Luma’ karya Abu Nashr as-Sarraj, ‘Awârif al-Ma’ârif karya al-Surâwardi, al-Risâlah karya al-Qusyairi dan lain-lain. Khusus tentang takwil perkatan-perkataan Ibn ‘Arabi lihat al-Yawâqît Wa al-Jawâhir karya Imam ‘Abd al-Wahhab as-Sya’rani dan beberapa kitab lainnya. Kemudian dalam pengutipan pernyataan-pernyataan para ulama, ada beberapa di antaranya sengaja penulis kutip teks aslinya dalam bahasa Arab dan sekaligus terjemahannya. Urgensitasnya adalah untuk memperkuat kebenaran tentang masalah terkait, sekaligus untuk menyodorkannya kepada para pembaca agar dapat menyikapi teks-teks tersebut secara proporsional.
Dan pada bagian akhir dari tulisan ini, penulis mengutip biografi beberapa sufi terkemuka angkatan pertama dengan pelajaran-pelajaran penting dari berbagai ungkapan mereka, terutama masalah-masalah pokok terkait dengan akidah. Bagian ini cukup penting karena ajaran tasawuf yang berkembang di kemudian hari adalah berasal dari jalur mereka. Dengan demikian kita menjadi benar-benar mengetahui “pragmentasi” secara praktis metode pengamalan ajaran-ajaran tasawuf dari para pemuka tasawuf itu sendiri. Kemudian dari pada itu, penulis menyakini sepenuhnya akan keberadaan “berkah”, bahwa jalan untuk meraih berkah-berkah tersebut sangat banyak, salah satunya dengan mengungkap dan mempelajari pragmentasi kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang-orang saleh adalah sebagai sebab bagi kita, bahwa “karena mereka” kita orang-orang awam yang banyak dosa ini diberi rizki, diberi hujan, dan diberi berbagai karunia lainnya oleh Allah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
بِهِمْ يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ (رَوَاهُ الطّبَرَانِيّ)
“Dengan sebab mereka (para wali Allah), maka orang-orang awam diberi hujan (oleh Allah), dan dengan sebab mereka orang-orang awam tersebut diberi kemenangan...”. (HR. ath-Thabarani).
Para ulama kita berkata: “Bi Dzikr ash-Shalihin Tatanazzal ar-Rahamat...”, artinya; “Dengan sebab menyebut orang-orang saleh maka rahmat-rahmat Allah diharapkan menjadi turun”. Imam Ahmad ibn Hanbal ketika ditanya tentang seorang sufi terkemuka bernama Shafwan ibn Sulaim, berkata: “Dia adalah orang saleh yang dengan disebut namanya maka hujan akan turun...”.
Akhirnya, dengan banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, buku ini semoga memiliki kelebihan dan dapat memberikan siraman serta pencerahan bagi orang-orang yang selalu memegang teguh akidah tanzîh; akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan selalu mengharap ridla Allah serta perlindungan-Nya. Amin
Wa Billâh al-Taufîq.
Penulis,
H. Kholilurrohman Abu Fateh, MA
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an al-Karîm.
‘Abbâs, Sirajuddin, I’tiqad Ahlusuunah Wal Jama’ah, 2002, Pustaka Tarbiyah, Jakarta
Abu Dâwûd, al-Sijistâni, Sunan Abî Dâwûd, Dâr al-Jinân, Bairut.
Ashbahâni, al, Abu Nu’aim Ahmad Ibn ‘Abdullah (w 430 H), Hilyah al-Auliyâ Wa Thabaqât al-Ashfiyâ’, Dâr al-Fikr, Bairut
‘Asqalâni, al, Ahmad Ibn Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhari, tahqîq Muhammad Fu’âd Abd al-Bâqi, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1998 M
_________, al-Durar al-Kâminah Fî al-Ayân al-Mi’ah al-Tsâminah, Haidarabad, Majelis Dâ’irah al-Mâ’arif al-‘Utsmâniyyah, cet. 2, 1972.
_________, al-Ishâbah Fî Tamyîz al-Shahâbah, tahqîq ‘Ali Muhammad Bujawi, Bairut, Dâr al-Jail, cet. 1, 1992 M
_________, Tahdzîb al-Tahdzîb, Bairut, Dâr al-Fikr, 1984 M.
_________, Lisân al-Mizân, Bairut, Mu’assasah al-‘Alami Li al-Mathbu’at, 1986 M.
Asy’ari, al, ‘Ali ibn Ismâ’îl al-Asy’ari asy-Syafi’i (w 324 H), Risâlah Istihsân al-Haudl Fi ‘Ilm al-Kalâm, Dâr al-Masyâri’, cet. 1, 1415 H-1995 M, Bairut
Asy’ari, Hasyim, KH, ‘Akidah Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, Tebuireng, Jombang.
Azdi, al, Abu Dâwûd Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishâq al-Sijistâni (w 275 H), Sunan Abi Dâwûd, tahqîq Shidqi Muhammad Jamil, Bairut, Dâr al-Fikr, 1414 H-1994 M.
Baghdâdi, al, Abu Manshur ‘Abd al-Qâhir ibn Thahir ( W 429 H), al-Farq Bain al-Firaq, Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. Tth.
_________, Kitâb Ushûl al-Dîn, cet. 3, 1401-1981, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
Baghdâdi, al, Abu Bakr Ahmad ibn ‘Ali, al-Khathib, Târikh Baghdâd, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.
Baijuri, al, Tuhfah al-Murîd Syarh Jauhar al-Tauhîd, Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, Indonesia
Baihaqi, al, Abu Bakr ibn al-Husain ibn ‘Ali (w 458 H), al-Asmâ’ Wa al-Shifât, tahqîq ‘Abdullah ibn ‘Âmir, 1423-2002, Dâr al-Hadits, Cairo.
_________, Syu’ab al-Imân, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
_________, al-Sunan al-Kubrâ, Dâr al-Ma’rifah, Bairut. t. th.
Bantani, al, ‘Umar ibn Nawawi al-Jâwi, Kâsyifah al-Sajâ Syarh Safinah al-Najâ, Maktabah Dâr Ihyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia, th.
_________, Salâlim al-Fudalâ Syarh Manzhumah Kifâyah al-Atqiyâ’ Ilâ Thariq al-Auliyâ’, Syarikat al-Ma’arif Bandung, t. th.
Bakri, al, As-Sayyid Abu Bakr ibn as-Sayyid Ibn Syathâ al-Dimyathi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’. Syarikat Ma’arif, Bandung, t. th.
_________, Hâsyiyah I’ânah al-Thâlibin ‘Alâ Hall Alfâzh Fath al-Mu’in Li Syarh Qurrah al-‘Ain Li Muhimmah al-Dîn, cet. 1, 1418, 1997, Dâr al-Fikr, Bairut.
Bayyadli, al, Kamâl al-Dîn Ahmad al-Hanafi, Isyârât al-Marâm Min ‘Ibârât al-Imâm, tahqîq Yusuf ‘Abd al-Razzâq (Dosen Usuluddin al-Azhar), cet. 1, 1368-1949, Syarikah Maktabah Musthafâ al-Halabi Wa Auladuh, Cairo.
Bukhâri, al, Muhammad ibn Ismâ’il, Shahih al-Bukhari, Bairut, Dâr Ibn Katsir al-Yamamah, 1987 M
Dzahabi, al, Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Utsmân, Abu ‘Abdillah, Syasm al-Dîn, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, tahqîq Syau’ib al-Arna’uth dan Muhammad Nu’im al-Arqusysyi, Bairut, Mu’assasah al-Risalah, 1413 H.
_________, Mizân al-I’tidâl Fi Naqd al-Rijâl, tahqîq Muhammad Mu’awwid dan ‘Adil Ahmad ‘Abd al-Maujûd, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. 1, 1995 M
Dimyâthi, al, Abu Bakr as-Sayyid Bakri ibn as-Sayyid Muhammad Syathâ al-Dimyâthi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’, Bungkul Indah, Surabaya, t. th.
Ghazâli, al, Abu Hâmid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Thusi ( w 505 H), Kitâb al-Arba’in Fi Ushul al-Dîn, cet. 1408-1988, Dâr al-Jail, Bairut
_________, al-Maqshad al-Asnâ Syarh Asmâ Allah al-Husnâ, t. th, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cairo
_________, Minhâj al-Âbidin, t. th. Dâr Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia
Ghumâri, al, Ahmad ibn Muhammad al-Shiddiq al-Hasani al-Maghribi, Abu al-Faidl, al-Mughir ‘Alâ al-Ahâdits al-Maudlû’ah Fi al-Jâmi’ al-Shaghir, cet. 1, t. th. Dâr al-‘Ahd al-Jadid
Hanbal, Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad, Dar al-Fikr, Bairut
Haitami, al, Ahmad Ibn Hajar al-Makki, Syihabuddin, al-Fatâwâ al-Haditsiyyah, t. th. Dâr al-Fikr
Hakim, al, al-Mustadrak ‘Alâ al-Shahihain, Bairut, Dâr al-Ma’rifah, t. th.
Habasyi, al, ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Yusuf, Abu ‘Abd ar-Rahman, al-Maqâlât al-Sunniyah Fi Kasy Dlalâlât Ahmad Ibn Taimiyah, Bairut: Dâr al-Masyârî’, cet. IV, 1419 H-1998 M.
_________, al-Syarh al-Qawîm Syarh Shirât al-Mustaqîm, cet. 3, 1421-2000, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, al-Dalîl al-Qawîm ‘Alâ al-Shirâth al-Mustaqîm, Thubi’ ‘Alâ Nafaqat Ahl al-Khair, cet. 2, 1397 H. Bairut
_________, al-Durrah al-Bahiyyah Fî Hall Alfâzh al-‘Akidah al-Thahâwiyyah, cet. 2, 1419-1999, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, Sharîh al-Bayân Fî al-Radd ‘Alâ Man Khâlaf al-Qur’an, cet. 4, 1423-2002, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
_________, Izhhâr al-‘Aqîdah al-Sunniyyah Fî Syarh al-‘Aqîdah al-Thahâwiyyah, cet. 3, 1417-1997, Dâr al-Masyârî’, Bairut
_________, al-Mathâlib al-Wafiyyah Bi Syarh al’Akidah al-Nasafiyyah, cet. 2, 1418-1998, Dâr al-Masyârî’, Bairut
_________, al-Tahdzîr al-Syar’i al-Wâjib, cet. 1, 1422-2001, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
Haddâd, al, ‘Abdullah ibn ‘Alawi ibn Muhammad, Risâlah al-Mu’âwanah Wa al-Muzhâharah Wa al-Ma’âzarah, Dâr Ihyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia.
Haramain, al, Imâm, Abu al-Ma’âli ‘Abd al-Malik al-Juwaini, al-‘Akidah al-Nizhâmiyyah, ta’liq Muhammad Zâhid al-Kautsari, Math’ba’ah al-Anwâr, 1367 H-1948 M.
Hushni, al, Taqiy al-Dîn Abu Bakr ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasyqi ( w829 H), Kifâyat al-Akhyâr Fî Hall Ghayât al-Ikhtishâr, Dâr al-Fikr, Bairut. t. th.
_________, Daf’u Syabah Man Tasyabbah Wa Tamarrad Wa Nasab Dzâlik Ilâ al-Imâm al-Jalîl Ahmad, al-Maktabah al-Azhariyyah Li al-Turats, t. th.
Ibn Arabi, Muhyiddin Muhammad ibn ‘Ali al-Hâtimi al-Thâ’i, al-Futûhât al-Makkiyyah, ta’lîq Mahmûd Mathraji, Isyrâf Maktabah al-Buhûts Wa al-Dirâsât, Dâr al-Fikr, Bairut
_________, ‘Akidah Fî al-Tauhîd (‘Aqîdah Ahl al-Islâm), ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Mesir
_________, ‘Aqîdah Ahl al-Islâm, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shahîh al-Khalwah Min Asrâr; Cairo; Maktabah ‘Âlam al-Fikr, cet I, 1407 H-1986 M
_________, al-Khalwah al-Muthlaqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Min Rasâ’il Sayyidî Muhyiddin Ibn ‘Arabi; Washiyyatuh Allati Katabahâ Ilâ Ba’dl Aulâdih, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir.
_________, al-Mauizhah al-Hasanah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Ishthilâhât al-Sufiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-‘Ujâlah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Hikam al-Hâtimiyyah al-Musamma Bi al-Kalimat al-Hikamiyyah Wa al-Mushthalâhât al-Jâriyah ‘Alâ Alsinah al-Shufiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, al-Tanazzulât al-Lailiyyah Fi al-Ahkâm al-Ilâhiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Min Rasâ’ail al-Syaikh Muhyiddin Li al-Imâm al-Fakhr al-Râzi, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Kunhu Mâ Lâ Budd Li al-Murîd Minhu, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
_________, Nasab al-Khirqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmûd, cet. ‘Âlam al-Fikr, Cairo Mesir
Ibn ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî Fîmâ Nusiba Ilâ al-Imâm Abî al-Hasan al-Asy’ari, Dâr al-Kutub al-‘Arabi, Bairut.
Ibn Balabbân, Muhammad ibn Badruddin ibn Balbân al-Damasyqi al-Hanbali (w 1083 H), al-Ihsân Bi Tartîb Shahîh Ibn Hibbân, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut
_________, Mukhtashar al-Ifâdât Fi Rub’i al-‘Ibâdât Wa al-Âdâb Wa Ziyâdât. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Bairut
Ibn Hibbân, al-Tsiqât, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut
Ibn al-Jauzi, Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman ibn al-Jauzi (w 597 H), Talbîs Iblîs, tahqîq Aiman Shâlih Sya’bân, Cairo: Dâr al-Hadits, 1424 H-2003 M
_________, Daf’u Syubah al-Tasybîh Bi Akaff al-Tanzîh, Tahqîq Syaikh Muhammad Zâhid al-Kautsari, Muraja’ah DR. Ahmad Hijâzi al-Saqâ, Maktabah al-Kulliyyât al-Azhariyyah, 1412-1991
_________, Shafwah al-Shafwah, Dar al-Fikr, Bairut
_________, Shaid al-Khâthir, tahqîq Usâmah as-Sayyid, Muassasah al-Kutub al-Tsaqâfiyyah. Cet. 4, Bairut
Ibn Jamâ’ah, Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’adullâh ibn Jamâ’ah dikenal dengan Badruddin ibn Jamâ’ah ( w727 H), Idlâh al-Dalîl Fî Qath’i Hujaj Ahl al-Ta’thîl, tahqîq Wahbi Sulaimân Ghawaji, Dâr al-Salâm, 1410 H-1990 M, Cairo
Ibn Katsir, Ismâ’îl ibn ‘Umar, Abu al-Fidâ, al-Bidâyah Wa al-Nihâyah, Bairut, Maktabah al-Ma’ârif, t. th.
Ibn Khallikân, Wafayât al-A’yân, Dâr al-Tsaqafah, Bairut
Ibn al-‘Imâd, Abu al-Falâh ibn ‘Abd al-Hayy al-Hanbali, Syadzarât al-Dzahab Fî Akhbâr Man Dzahab, tahqîq Lajnah Ihyâ al-Turâts al-‘Arabi, Bairut, Dâr al-Âfâq al-Jadidah, t. th.
Ibn al-Subki, Abu Nashr Taj al-Dîn ‘Abd al-Wahhâb ibn ‘Ali ibn ‘Abd al-Kâfi (w 771 H), Thabaqât asy-Syafi’iyyah al-Kubrâ, tahqîq ‘Abd al-Fattâh Muhammad al-Huluw dan Mahmud Muhammad al-Thanji, t. th, Dâr Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah.
‘Iyadl, Abu al-Fadl ‘Iyyâdl ibn Musa ibn ‘Iyadl al-Yahshubi, al-Syifâ Bi Ta’rif Huquq al-Musthafâ, tahqîq Kamâl Basyuni Zaghlûl al-Mishri, Isyraf Maktab al-Buhuts Wa al-Dirâsât, cet. 1421-2000, Dâr al-Fikr, Bairut.
Isfirâyini, al, Abu al-Mudzaffar (w 471 H), al-Tabshir Fî al-Dîn Fî Tamyîz al-Firqah al-Nâjiah Min al-Firaq al-Hâlikin, ta’lîq Muhammad Zâhid al-Kautsari, Mathba’ah al-Anwâr, cet. 1, th.1359 H, Cairo.
Jailâni-al, ‘Abd al-Qâdir ibn Musa ibn Abdullâh, Abu Shâlih al-Jailâni, al-Gunyah, Dâr al-Fikr, Bairut
Jauziyyah, al, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Hâdi al-Arwâh iIlâ Bilâd al-Afrah, Ramadi Li al-Nasyr, Bairut.
Kalâbâdzi-al, Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qûb al-Bukhari, Abu Bakr (w 380 H), al-Ta’arruf Li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, tahqîq Mahmûd Amin al-Nawawi, cet. 1, 1388-1969, Maktabah al-Kuliyyât al-Azhariyyah Husain Muhammad Anbâbi al-Musâwi, Cairo
Kautsari, al, Muhammad Zâhid ibn al-Hasan al-Kautsari, Takmilah al-Radd ‘Alâ Nuniyyah Ibn al-Qayyim, Mathba’ah al-Sa’adah, Mesir.
_________, Maqâlât al-Kautsari, Dâr al-Ahnâf , cet. 1, 1414 H-1993 M, Riyadl.
Khalîfah, Hâjî, Musthafâ ‘Abdullah al-Qasthanthini al-Rumi al-Hanafi al-Mulla, Kasyf al-Zhunûn ‘An Asâmî al-Kutub Wa al-Funûn, Dâr al-Fikr, Bairut.
Maqarri-al, Ahmad al-Maghrirbi al-Maliki al-Asy’ari, Idlâ’ah al-Dujunnah Fî I’tiqâd Ahl al-Sunnah, Dâr al-Fikr, Bairut.
Mâturîdi, al, Abu Manshur, Kitâb al-Tauhîd, Dâr al-Masyriq, Bairut
Malîbâri, al, Zain al-Dîn Ibn ‘Ali, Nadzam Hidâyah al-Adzkiyâ’, Syirkah Bukul Indah, Surabaya, t. th.
Makki, al, Taj al-Dîn Muhammad Ibn Hibatillâh al-Hamawi, Muntakhab Hadâ’iq al-Fushûl Wa Jawâhir al-Ushûl Fi ‘Ilm al-Kalâm ‘Alâ Ushûl Abi al-Hasan al-Asy’ari, cet, 1, 1416-1996, Dâr al-Masyârî’, Bairut
Mizzi, al, Tahdzîb al-Kamâl Fî Asmâ’ al-Rijâl, Mu’assasah al-Risalah, Bairut.
Mutawalli, al, al-Ghunyah Fî Ushûl al-Dîn, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut.
Nabhâni, al, Yusuf Isma’îl, Jâmi’ Karâmât al-Auliyâ’, Dâr al-Fikr, Bairut
Naisâburi, al, Muslim ibn al-Hajjâj, al-Qusyairi (w 261 H), Shahîh Muslim, tahqîq Muhammad Fu’âd ‘Abd al-Bâqî, Bairut, Dâr Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, 1404 H.
Nawawi, al, Yahyâ ibn Syaraf, Muhyiddin, Abu Zakariya, al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim Ibn al-Hajjâj, Cairo, al-Maktab al-Tsaqafi, 2001 H.
Qâri, al-, ‘Ali Mullâ al-Qâri, Syarh al-Fiqh al-Akbar, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut
Qadlî, al, Samîr, Mursyid al-Hâ’ir Fi Hall Alfâzh Risâlah Ibn ‘Asakir, cet. I, 1414 H-1994 M, Dâr al-Masyârî’, Bairut
Qusyairi, al, Abu al-Qasim ‘Abd al-Karim ibn Hawazân al-Naisâburi, al-Risâlah al-Qusyairiyyah, tahqîq Ma’ruf Zuraiq dan ‘Ali ‘Abd al-Hâmid Balthahji, Dâr al-Khair.
Qurthubi, al, al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’an, Dâr al-Fikr, Bairut
Rifâ’i, al, Abu al-‘Abbâs Ahmad ar-Rifa’i al-Kabir ibn al-Sulthân ‘Ali, Maqâlât Min al-Burhân al-Mu’ayyad, cet. 1, 1425-2004, Dâr al-Masyârî’, Bairut.
Râzi, al, Fakhr al-Dîn al-Râzi, al-Tafsîr al-Kabîr Wa Mafâtîh al-Ghaib, Dâr al-Fikr, Bairut
Sarrâj, al, Abu Nashr, Al-Luma’, tahqîq ‘Abd al-Halim Mahmud dan Thâhâ ‘Abd al-Bâqi Surur, Maktabah al-Tsaqâfah al-Dîniyyah, Cairo Mesir
Syafi’i, al, Muhammad ibn Idrîs ibn Syâfi’ (w 204 H), al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Maktabah al-Tijâriyyah Mushthafâ Ahmad al-Bâz, Mekah, t. th.
Sya’râni, al, ‘Abd al-Wahhâb, al-Thabaqât al-Qubrâ, Maktabah al-Taufiqiyyah, Amâm Bâb al-Ahdlar, Cairo Mesir.
_________, al-Yawâqît Wa al-Jawâhir Fi Bayân ‘Aqâ’id al-Akâbir, t. th, Mathba’ah al-Haramain.
_________, al-Kibrît al-Ahmar Fi Bayân ‘Ulûm al-Syaikh al-Akbar, t. th, Mathba’ah al-Haramain.
_________, al-Anwâr al-Qudsiyyah al-Muntaqât Min al-Futûhût al-Makkiyyah, Bairut, Dâr al-Fikr, t. th.
_________, Lathâ’if al-Minan Wa al-Akhlâq, ‘Alam al-Fikr, Cairo
Subki, al, Taqy al-Dîn ‘Ali ibn ‘Abd al-Kâfî al-Subki, al-Saif al-Shaqîl Fî al-Radd ‘Ala ibn Zafîl, Mathba’ah al-Sa’âdah, Mesir.
Suhrâwardi, al, Awârif al-Ma’ârif, Dar al-Fikr, Bairut
Syakkur, al, ‘Abd, Senori, KH, al-Kawâkib al-Lammâ’ah Fî Bayân ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah Wa al-Jamâ’ah
Syahrastâni, al, Muhammad ‘Abd al-Karîm ibn Abi Bakr Ahmad, al-Milal Wa al-Nihal, ta’lîq Shidqi Jamil al-‘Athâr, cet. 2, 1422-2002, Dâr al-Fikr, Bairut.
Sulami, al, Abu ‘Abd ar-Rahman Muhammad Ibn al-Husain (w 412 H), Thabaqat al-Shûfiyyah, tahqîq Musthafâ ‘Abd al-Qâdir ‘Athâ, Mansyurat ‘Ali Baidlûn, cet. 2, 1424-2003, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
Suyuthi, al, Jalâl al-Dîn ‘Abd ar-Rahman ibn Abî Bakr, al-Hâwî Li al-Fatâwî, cet. 1, 1412-1992, Dâr al-Jail, Bairut.
Thabari, al, Târîkh al-Umam Wa al-Mulûk, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.
_________, Tafsîr Jâmi al-Bayân ‘An Ta’wîl Ay al-Qur’an, Dâr al-Fikr, Bairut
Tim Pengkajian Keislaman Pada Jam’iyyah al-Masyari al-Khairiyyah al-Islamiyyah, al-Jauhar al-Tsamîn Fî Ba’dl Man Isytahara Dzikruhu Bain al-Muslimîn, Bairut, Dâr al-Masyârî’, 1423 H, 2002 M.
_________, al-Tasyarruf Bi Dzikr Ahl al-Tashawwuf, Bairut, Dâr al-Masyari, cet. I, 1423 H-2002 M
Thabarâni, al, Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub, Abu Sulaiman (w 360 H), al-Mu’jam al-Shagîr, tahqîq Yusuf Kamâl al-Hut, Bairut, Muassasah al-Kutuh al-Tsaqafiyyah, 1406 H-1986 M.
_________, al-Mu’jam al-Awsath, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.
_________, al-Mu’jamal-Kabîr, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.
Tirmidzi, al, Muhammad ibn Isa ibn Surah al-Sulami, Abu Îsâ, Sunan al-Tirmidzi, Bairut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.
Zabîdi, al, Muhammad Murtadlâ al-Husaini, Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn Bi Syarh Ihyâ’ Ulum al-Dîn, Bairut, Dâr al-Turâts al-‘Arabi
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)