BAGIAN PERTAMA
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai khairu ummah (sebaik-baik umat) yang diutus kepada manusia mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran serta tidak ridha agama Allah diselewengkan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada pemimpin para muttaqin dan Sayyid al Ghurr al Muhajjalin (pemimpin para umat yang bersinar wajah dan kakinya)[1] sayyidina Muhammad Thoha al Amin dan juga kepada orang-orang yang mengikuti beliau yaitu para walinya yang shalih.
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi: 103-104)
Allah juga berfirman:
Maknanya: “Kamu adalah khairu ummah yang diutus kepada manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
Rasulullah r bersabda:
حَتَّى مَتَى تَرِعُوْنَ عَنْ ذِكْرِ الفَاجِرِ اذْكُرُوْهُ بِمَا فِيْهِ حَتَّى يَحْذَرَهُ النَّاسُ رواه البيهقي
Maknanya: “Sampai kapan kalian takut dari menyebut orang yang jahat?! Sebutkanlah dia dengan apa yang ada padanya sehingga manusia bisa mewaspadainya.” (Diriwayatkan al Baihaqi).[2]
Rasulullah r juga berkata:
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا رواه مسلم
Maknanya: “Barang siapa yang menipu kita maka ia bukan golongan kita (bukan termasuk golongan mukmin yang sempurna)”. (Diriwayatkan oleh Muslim).[3]
Abu Ali al Daqqaq mengatakan:
الساكت عن الحق شيطان أخرس
“Orang yang diam dari kebenaran maka dia adalah syetan bisu”.
Saudaraku, tidaklah aneh jika umat Islam memberikan pembelaan terhadap agamanya yang mulia, untuk membuka kedok mereka yang menyimpang dari Islam, kata-katanya penuh dengan racun dan dusta. Karenanya umat berjuang dengan lisan dan tulisan untuk menghilangkan duri-duri yang menghalangi kebenaran agama ini dan membersihkan aqidah nabi Muhammad r dari segala bid’ah dan penyelewengan.
Umat Islam telah banyak menghadapi berbagai macam badai sejak masa sayyidina Muhammad sampai pada masa kita sekarang ini. Orang-orang kafir Quraisy telah memerangi nabi Muhammad dan para sahabatnya. Pada masa Abu Bakar al Siddiq terjadi peperangan melawan kemurtadan, pada masa Umar al Faruq muncul Abu Lu’luah seorang Majusi penyebar fitnah. Dan pada masa Ali muncul para pemberontak dan orang-orang Khawarij yang mengkafirkan umat Islam.
Umat Islam memerangi mereka semua, sehingga cobaan semakin bertambah banyak dan berat. Dan setelah sekian lama berlalu, terjadi usaha-usaha penyelewengan terhadap agama Allah, akan tetapi Allah menjaga agama ini dari tipu daya setiap para pengkhianat.
Pada masa sekarang ini dan setelah ratusan tahun berlalu, kaum Khawarij kembali muncul pada abad 12 dengan bentuk serangan yang baru terhadap Islam yang senantiasa masih kita ingat sampai sekarang. Bahkan bahayanya semakin bertambah. Tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa gerakan neo-khawarij ini adalah gerakan yang paling berbahaya yang mengancam Islam dan aqidah umat Islam.
Sejak 250 tahun kolonial Inggris telah menebar fitnah di dunia Islam, yaitu ketika egoisme penjajah dalam upaya menguasai Islam bertemu dengan kecongkaan seseorang yang diperbudak hawa nafsunya, ambisius dalam kekuasaan, tidak nampak kewara’an pada dirinya, dangkal pengetahuan agamanya, dan lebih dikenal sebagai orang yang mengedepankan hawa nafsunya. Kelancanganya dalam melanggar kebenaran merambah pada “mencatut” nama para ulama Islam dan para imam madzhab hingga sampai pada batas pelecehan terhadap sayyidina Muhammad r. Karena dia menganggap tongkat penyanggah dirinya lebih bermanfaat dari Muhammad r. Itulah sebabnya penjajah melihat potensi pada Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai binaan dan menyiapkan untuknya julukan yang baru bagi mata-mata Inggris yang bernama Jefri Hamford. Mereka memberinya julukan imam, mujaddid (pembaharu) al Mushlih (orang yang memperbaiki) dan julukan lainnya pada Muhammad ibn Abdul Wahhab untuk kepentingan penjajahan. Demikianlah pergerakan Wahabiyah tumbuh dengan bersembunyi di balik nama dakwah salafiyah.
Dakwah mereka bermula dari Nejed, hal itu sesuai dengan hadits Rasulullah r:
بِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ رواه البخاري
“Di sana (Nejed) akan muncul tanduk Syetan” (H.R al Bukhari)[4]
dan riwayat Tirmidzi berbunyi:
مِنْهَا يَخْرُجُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
“Dari sana keluar tanduk syetan”.[5]
Dalam penyebaran dakwahnya Wahabiyah mengkafirkan setiap orang yang menentang dakwah mereka dan mereka jadikan hal itu sebagai intrument dakwahnya seperti pengkafiran kepada setiap orang yang bertawassul kepada Allah dengan kemuliaan para nabi, para wali, orang-orang shalih dan lainnnya. Sehingga mereka mengkafirkan penduduk Mesir, Syam, Irak dan Yaman, mereka juga mengkafirkan setiap orang dari penduduk Nejed dan daerah sekitarnya karena bekerja sama dalam perdagangan dengan negara-negara tersebut.
Sebagaimana disebutkan oleh mufti Makkah al Mukarramah Syekh Ahmad Zaini Dahlan[6] bahwa kaum Wahabiyah adalah fitnah bagi umat Islam. Wahabiyah telah melakukan serangkaian kejahatan yang sangat sadis, tidak ada seorangpun yang selamat dari kejahatannya baik orang tua, perempuan maupun anak-anak kecil yang baru dilahirkan. Wahabiyah menyerang al Haramain, mereka tidak menegakkan keharaman (kemuliaan) tanah yang mulia tersebut sehingga mereka merampok harta penduduk al Haramain, memperkosa perempuannya, membunuh ulama, dan orang awamnya dan mencuri peninggalan-peninggalan Nabi yang mulia di Makkah dan Madinah. Semua itu dibawah kedok memerangi bid’ah dan kesyirikan, inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sedikit menjelaskan tentang kejahatan-kejahatan mereka, beliau mengatakan: “Ketika orang-orang Wahabi masuk Thaif mereka benar-benar membunuh manusia secara massal dan membantai yang tua, kecil, rakyat dan gubernur, yang berpangkat, dan yang hina, bahkan mereka menyembelih bayi yang masih menyusu di hadapan ibunya. Mereka masuk ke rumah-rumah, mengeluarkan penghuni rumah dan membunuhnya. Kemudian mereka mendapatkan sekelompok orang yang sedang belajar al Qur’an maka mereka membunuh seluruhnya dan bahkan mereka menyisir setiap kedai dan masjid dan membunuh setiap orang yang berada di dalamnya. Mereka juga membunuh seorang laki-laki yang sedang rukuk atau sujud di dalam masjid sehingga mereka semua binasa. Semoga adzab penguasa langit menimpa mereka”.[7] Kemudian beliau mengatakan: “Kemudian mereka juga merampok harta, barang dagangan, perkakas rumah dan kasur, kemudian mereka tumpuk hingga barang-barang yang mereka rampas menggunung di perkemahan mereka. Semuanya mereka tumpuk kecuali kitab, mereka biarkan kitab-kitab tersebut berserakan di jalanan, lorong-lorong jalan dan pasar-pasar. Kitab-kitab tersebut diterpa angin padahal di antara kitab-kitab tersebut ada mushhaf-mushhaf dan ribuan kitab-kitab dari naskah al Bukhari, Muslim dan kitab-kitab hadits, fiqih, nahwu dan lainnya dari semua disiplin keilmuan. Selama berhari-hari kitab-kitab tersebut berserakan terinjak-injak oleh kaki mereka dan tak seorangpun yang mampu mengangkat satu kertaspun darinya. Itulah pernyataan yang kami kutip dari perkataan syekh Dahlan yang membongkar kejahatan yang diperbuat oleh tangan-tangan para “gembel” tersebut.
Sesungguhnya para penjajah ketika mendukung gerakan wahabi yang secara agama menyimpang jauh dari ajaran Islam dan mempersenjatai serta mendanai mereka tujuannya untuk menancapkan kekuasaannya pada jazirah Arab. Mereka hanyalah ingin menjadikan gerakan wahabi sebagai sentra umat Islam menggantikan al Azhar asy-Syarif yang pada waktu itu banyak mengeluarkan para ulama dan para alumninya menyebarkan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Sesungguhnya kedok gerakan wahabi dengan berdalih mengenakan pakaian salaf dan mengklaim menjaga tauhid dan aqidah serta menghidupkan ajaran yang dianut oleh para ulama salaf shalih menjadi racun yang mematikan untuk menggerogoti umat, bahkan bisa langsung sampai pada hati mereka yang akan terus menjalar ke seluruh badan. Racun Wahabiyah bagaikan tumor ganas yamg menggerogoti badan perlahan-lahan. Sungguh tumor dan penyakit seperti ini membutuhkan kepada orang yang ahli dalam mengobatinya. Syukur kepada Allah yang telah membuka kedok gerakan wahabi dan kesesatan mereka melalui penjelasan para ulama dan di antara mereka adalah Syekh al Hafidz Abu Abdurrahman Abdullah ibn Yusuf al Harari al Habasyi –semoga Allah merahmatinya- dan beliau adalah ulama zaman sekarang. Kenikmatan dan karunia hanyalah dari Allah.
Bagi orang yang mau merenungkan sepak terjang gerakan wahabi pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa seakan-akan mereka telah menggali kuburan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ahmad ibn Taimiyah untuk mengeluarkan racun darinya dan menyematkan dalam jasad umat ini. Wahabiyah tidak menganggap keberadaan para ulama kecuali hanya Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyyah. Mereka menjadikan pendapat keduanya bagaikan nash yang paten tidak boleh di otak atik. Mereka menyerang umat dengan pedang pembodohan dan penyesatan untuk mengkampanyekan ide dari seseorang yang telah dikafirkan oleh para ulama (Ibn Taimiyyah).
[1] Istilah ghurrul muhajjalin adalah sebutan bagi umat Islam yang kelak di akhirat wajah dan kaki mereka bersinar karena bekas air wudhu yang mereka gunakan selama di dunia.
[2] Diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam kitab sunannya (Beirut: Dar al Ma’rifah) juz 10 hal. 210
[3] Shahih Muslim: Kitab al Iman: bab sabda Rasul: man ghassana falaisa minna, (Beirut: Dar al Fikr), hal. 101
[4] Shahih al Bukhari: Kitab al Fitan: Bab sabda Nabi al Fitnah min qibali al masyriq, (Beirut: Dar al Ma’rifah) hadits ke. 8094
[5] Sunan al Tirmidzi: Kitab al Manaqib: Bab fi fadhli al Syam wa al Yaman, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah) hadits ke. 3953
[6] Ahmad Zaini Dahlan, nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Zaini Dahlan ibn Ahmad Dahlan ibn ‘Utsman Dahlan ibn Ni’matUllah ibn ‘Abdur Rahman ibn Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Utsman ibn ‘Athoya ibn Faaris ibn Musthofa ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zaini ibn Qaadir ibn ‘Abdul Wahhaab ibn Muhammad ibn ‘Abdur Razzaq ibn ‘Ali ibn Ahmad ibn Ahmad (Mutsanna) ibn Muhammad ibn Zakariya ibn Yahya ibn Muhammad ibn Abi ‘Abdillah ibn al-Hasan ibn Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya ibn Abi Sholeh Musa ibn Janki Dausat Haq ibn Yahya az-Zaahid ibn Muhammad ibn Daud ibn Musa al-Juun ibn ‘Abdullah al-Mahd ibn al-Hasan al-Mutsanna ibn al-Hasan as-Sibth ibn Sayyidinal-Imam ‘Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul. Lahir di Makkah pada 1232H/1816M. Selesai menimba ilmu di kota kelahirannya, ia lantas dilantik menjadi mufti Madzhab Syafi’i, merangkap “Syeikh al-Haram” suatu pangkat ulama tertinggi saat itu yang mengajar di Masjid al-Haram yang diangkat oleh Syeikh al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Diantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi. Pengarang “I’anathuth-Tholiibn Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad ibn Hasan al-Aththas, Sayyid Abdullah az-Zawawi, Mufti Syafiiyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rahman” yang merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad. Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini ialah Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Abdul Hamid Kudus (Jawa Timur), Syeikh Muhammad Khalil al-Maduri (Jawa Timur), Syeikh Muhammad Saleh ibn Umar Darat (Semarang), Syeikh Ahmad Khatib ibn Abdul Latif ibn Abdullah al-Minankabawi (Sumatra Barat), Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang (Jawa Timur), Sayyid Utsman ibn ‘Aqil ibn Yahya Betawi (DKI Jakarta), Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani (Banten), Tuan guru Kisa-i’ Minankabawi (atau namanya Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh). Di antara karyanya adalah Al-Futuhatul Islamiyyah; Tarikh Duwalul Islamiyyah; Khulasatul Kalam fi Umuri Baladil Haram; Al-Fathul Muibn fi Fadhoil Khulafa ar-Rasyidin; Ad-Durarus Saniyyah fi raddi ‘alal Wahhabiyyah; Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib; Tanbihul Ghafilin Mukhtasar Minhajul ‘Abidin; Hasyiah Matan Samarqandi; Risalah al-Isti`araat; Risalah I’raab Ja-a Zaidun; Risalah al-Bayyinaat; Risalah fi Fadhoilis Sholah; Shirathun Nabawiyyah; Syarah Ajrumiyyah; Fathul Jawad al-Mannan; Al-Fawaiduz Zainiyyah Syarah Alfiyyah as-Suyuthi; Manhalul ‘Athsyaan. Wafat di Madinah al Munawarah tahun 1304/1886.
[7] Ahmad Zaini Dahlan, Umara’ al Balad al Haram, (Beirut: al Dar al Muttahidah li an-Nasyr), hal. 297-298
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai khairu ummah (sebaik-baik umat) yang diutus kepada manusia mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran serta tidak ridha agama Allah diselewengkan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada pemimpin para muttaqin dan Sayyid al Ghurr al Muhajjalin (pemimpin para umat yang bersinar wajah dan kakinya)[1] sayyidina Muhammad Thoha al Amin dan juga kepada orang-orang yang mengikuti beliau yaitu para walinya yang shalih.
Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi: 103-104)
Allah juga berfirman:
Maknanya: “Kamu adalah khairu ummah yang diutus kepada manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
Rasulullah r bersabda:
حَتَّى مَتَى تَرِعُوْنَ عَنْ ذِكْرِ الفَاجِرِ اذْكُرُوْهُ بِمَا فِيْهِ حَتَّى يَحْذَرَهُ النَّاسُ رواه البيهقي
Maknanya: “Sampai kapan kalian takut dari menyebut orang yang jahat?! Sebutkanlah dia dengan apa yang ada padanya sehingga manusia bisa mewaspadainya.” (Diriwayatkan al Baihaqi).[2]
Rasulullah r juga berkata:
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا رواه مسلم
Maknanya: “Barang siapa yang menipu kita maka ia bukan golongan kita (bukan termasuk golongan mukmin yang sempurna)”. (Diriwayatkan oleh Muslim).[3]
Abu Ali al Daqqaq mengatakan:
الساكت عن الحق شيطان أخرس
“Orang yang diam dari kebenaran maka dia adalah syetan bisu”.
Saudaraku, tidaklah aneh jika umat Islam memberikan pembelaan terhadap agamanya yang mulia, untuk membuka kedok mereka yang menyimpang dari Islam, kata-katanya penuh dengan racun dan dusta. Karenanya umat berjuang dengan lisan dan tulisan untuk menghilangkan duri-duri yang menghalangi kebenaran agama ini dan membersihkan aqidah nabi Muhammad r dari segala bid’ah dan penyelewengan.
Umat Islam telah banyak menghadapi berbagai macam badai sejak masa sayyidina Muhammad sampai pada masa kita sekarang ini. Orang-orang kafir Quraisy telah memerangi nabi Muhammad dan para sahabatnya. Pada masa Abu Bakar al Siddiq terjadi peperangan melawan kemurtadan, pada masa Umar al Faruq muncul Abu Lu’luah seorang Majusi penyebar fitnah. Dan pada masa Ali muncul para pemberontak dan orang-orang Khawarij yang mengkafirkan umat Islam.
Umat Islam memerangi mereka semua, sehingga cobaan semakin bertambah banyak dan berat. Dan setelah sekian lama berlalu, terjadi usaha-usaha penyelewengan terhadap agama Allah, akan tetapi Allah menjaga agama ini dari tipu daya setiap para pengkhianat.
Pada masa sekarang ini dan setelah ratusan tahun berlalu, kaum Khawarij kembali muncul pada abad 12 dengan bentuk serangan yang baru terhadap Islam yang senantiasa masih kita ingat sampai sekarang. Bahkan bahayanya semakin bertambah. Tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa gerakan neo-khawarij ini adalah gerakan yang paling berbahaya yang mengancam Islam dan aqidah umat Islam.
Sejak 250 tahun kolonial Inggris telah menebar fitnah di dunia Islam, yaitu ketika egoisme penjajah dalam upaya menguasai Islam bertemu dengan kecongkaan seseorang yang diperbudak hawa nafsunya, ambisius dalam kekuasaan, tidak nampak kewara’an pada dirinya, dangkal pengetahuan agamanya, dan lebih dikenal sebagai orang yang mengedepankan hawa nafsunya. Kelancanganya dalam melanggar kebenaran merambah pada “mencatut” nama para ulama Islam dan para imam madzhab hingga sampai pada batas pelecehan terhadap sayyidina Muhammad r. Karena dia menganggap tongkat penyanggah dirinya lebih bermanfaat dari Muhammad r. Itulah sebabnya penjajah melihat potensi pada Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai binaan dan menyiapkan untuknya julukan yang baru bagi mata-mata Inggris yang bernama Jefri Hamford. Mereka memberinya julukan imam, mujaddid (pembaharu) al Mushlih (orang yang memperbaiki) dan julukan lainnya pada Muhammad ibn Abdul Wahhab untuk kepentingan penjajahan. Demikianlah pergerakan Wahabiyah tumbuh dengan bersembunyi di balik nama dakwah salafiyah.
Dakwah mereka bermula dari Nejed, hal itu sesuai dengan hadits Rasulullah r:
بِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ رواه البخاري
“Di sana (Nejed) akan muncul tanduk Syetan” (H.R al Bukhari)[4]
dan riwayat Tirmidzi berbunyi:
مِنْهَا يَخْرُجُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
“Dari sana keluar tanduk syetan”.[5]
Dalam penyebaran dakwahnya Wahabiyah mengkafirkan setiap orang yang menentang dakwah mereka dan mereka jadikan hal itu sebagai intrument dakwahnya seperti pengkafiran kepada setiap orang yang bertawassul kepada Allah dengan kemuliaan para nabi, para wali, orang-orang shalih dan lainnnya. Sehingga mereka mengkafirkan penduduk Mesir, Syam, Irak dan Yaman, mereka juga mengkafirkan setiap orang dari penduduk Nejed dan daerah sekitarnya karena bekerja sama dalam perdagangan dengan negara-negara tersebut.
Sebagaimana disebutkan oleh mufti Makkah al Mukarramah Syekh Ahmad Zaini Dahlan[6] bahwa kaum Wahabiyah adalah fitnah bagi umat Islam. Wahabiyah telah melakukan serangkaian kejahatan yang sangat sadis, tidak ada seorangpun yang selamat dari kejahatannya baik orang tua, perempuan maupun anak-anak kecil yang baru dilahirkan. Wahabiyah menyerang al Haramain, mereka tidak menegakkan keharaman (kemuliaan) tanah yang mulia tersebut sehingga mereka merampok harta penduduk al Haramain, memperkosa perempuannya, membunuh ulama, dan orang awamnya dan mencuri peninggalan-peninggalan Nabi yang mulia di Makkah dan Madinah. Semua itu dibawah kedok memerangi bid’ah dan kesyirikan, inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sedikit menjelaskan tentang kejahatan-kejahatan mereka, beliau mengatakan: “Ketika orang-orang Wahabi masuk Thaif mereka benar-benar membunuh manusia secara massal dan membantai yang tua, kecil, rakyat dan gubernur, yang berpangkat, dan yang hina, bahkan mereka menyembelih bayi yang masih menyusu di hadapan ibunya. Mereka masuk ke rumah-rumah, mengeluarkan penghuni rumah dan membunuhnya. Kemudian mereka mendapatkan sekelompok orang yang sedang belajar al Qur’an maka mereka membunuh seluruhnya dan bahkan mereka menyisir setiap kedai dan masjid dan membunuh setiap orang yang berada di dalamnya. Mereka juga membunuh seorang laki-laki yang sedang rukuk atau sujud di dalam masjid sehingga mereka semua binasa. Semoga adzab penguasa langit menimpa mereka”.[7] Kemudian beliau mengatakan: “Kemudian mereka juga merampok harta, barang dagangan, perkakas rumah dan kasur, kemudian mereka tumpuk hingga barang-barang yang mereka rampas menggunung di perkemahan mereka. Semuanya mereka tumpuk kecuali kitab, mereka biarkan kitab-kitab tersebut berserakan di jalanan, lorong-lorong jalan dan pasar-pasar. Kitab-kitab tersebut diterpa angin padahal di antara kitab-kitab tersebut ada mushhaf-mushhaf dan ribuan kitab-kitab dari naskah al Bukhari, Muslim dan kitab-kitab hadits, fiqih, nahwu dan lainnya dari semua disiplin keilmuan. Selama berhari-hari kitab-kitab tersebut berserakan terinjak-injak oleh kaki mereka dan tak seorangpun yang mampu mengangkat satu kertaspun darinya. Itulah pernyataan yang kami kutip dari perkataan syekh Dahlan yang membongkar kejahatan yang diperbuat oleh tangan-tangan para “gembel” tersebut.
Sesungguhnya para penjajah ketika mendukung gerakan wahabi yang secara agama menyimpang jauh dari ajaran Islam dan mempersenjatai serta mendanai mereka tujuannya untuk menancapkan kekuasaannya pada jazirah Arab. Mereka hanyalah ingin menjadikan gerakan wahabi sebagai sentra umat Islam menggantikan al Azhar asy-Syarif yang pada waktu itu banyak mengeluarkan para ulama dan para alumninya menyebarkan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Sesungguhnya kedok gerakan wahabi dengan berdalih mengenakan pakaian salaf dan mengklaim menjaga tauhid dan aqidah serta menghidupkan ajaran yang dianut oleh para ulama salaf shalih menjadi racun yang mematikan untuk menggerogoti umat, bahkan bisa langsung sampai pada hati mereka yang akan terus menjalar ke seluruh badan. Racun Wahabiyah bagaikan tumor ganas yamg menggerogoti badan perlahan-lahan. Sungguh tumor dan penyakit seperti ini membutuhkan kepada orang yang ahli dalam mengobatinya. Syukur kepada Allah yang telah membuka kedok gerakan wahabi dan kesesatan mereka melalui penjelasan para ulama dan di antara mereka adalah Syekh al Hafidz Abu Abdurrahman Abdullah ibn Yusuf al Harari al Habasyi –semoga Allah merahmatinya- dan beliau adalah ulama zaman sekarang. Kenikmatan dan karunia hanyalah dari Allah.
Bagi orang yang mau merenungkan sepak terjang gerakan wahabi pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa seakan-akan mereka telah menggali kuburan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ahmad ibn Taimiyah untuk mengeluarkan racun darinya dan menyematkan dalam jasad umat ini. Wahabiyah tidak menganggap keberadaan para ulama kecuali hanya Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyyah. Mereka menjadikan pendapat keduanya bagaikan nash yang paten tidak boleh di otak atik. Mereka menyerang umat dengan pedang pembodohan dan penyesatan untuk mengkampanyekan ide dari seseorang yang telah dikafirkan oleh para ulama (Ibn Taimiyyah).
[1] Istilah ghurrul muhajjalin adalah sebutan bagi umat Islam yang kelak di akhirat wajah dan kaki mereka bersinar karena bekas air wudhu yang mereka gunakan selama di dunia.
[2] Diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam kitab sunannya (Beirut: Dar al Ma’rifah) juz 10 hal. 210
[3] Shahih Muslim: Kitab al Iman: bab sabda Rasul: man ghassana falaisa minna, (Beirut: Dar al Fikr), hal. 101
[4] Shahih al Bukhari: Kitab al Fitan: Bab sabda Nabi al Fitnah min qibali al masyriq, (Beirut: Dar al Ma’rifah) hadits ke. 8094
[5] Sunan al Tirmidzi: Kitab al Manaqib: Bab fi fadhli al Syam wa al Yaman, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah) hadits ke. 3953
[6] Ahmad Zaini Dahlan, nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Zaini Dahlan ibn Ahmad Dahlan ibn ‘Utsman Dahlan ibn Ni’matUllah ibn ‘Abdur Rahman ibn Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Utsman ibn ‘Athoya ibn Faaris ibn Musthofa ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zaini ibn Qaadir ibn ‘Abdul Wahhaab ibn Muhammad ibn ‘Abdur Razzaq ibn ‘Ali ibn Ahmad ibn Ahmad (Mutsanna) ibn Muhammad ibn Zakariya ibn Yahya ibn Muhammad ibn Abi ‘Abdillah ibn al-Hasan ibn Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya ibn Abi Sholeh Musa ibn Janki Dausat Haq ibn Yahya az-Zaahid ibn Muhammad ibn Daud ibn Musa al-Juun ibn ‘Abdullah al-Mahd ibn al-Hasan al-Mutsanna ibn al-Hasan as-Sibth ibn Sayyidinal-Imam ‘Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul. Lahir di Makkah pada 1232H/1816M. Selesai menimba ilmu di kota kelahirannya, ia lantas dilantik menjadi mufti Madzhab Syafi’i, merangkap “Syeikh al-Haram” suatu pangkat ulama tertinggi saat itu yang mengajar di Masjid al-Haram yang diangkat oleh Syeikh al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Diantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi. Pengarang “I’anathuth-Tholiibn Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad ibn Hasan al-Aththas, Sayyid Abdullah az-Zawawi, Mufti Syafiiyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rahman” yang merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad. Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini ialah Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Abdul Hamid Kudus (Jawa Timur), Syeikh Muhammad Khalil al-Maduri (Jawa Timur), Syeikh Muhammad Saleh ibn Umar Darat (Semarang), Syeikh Ahmad Khatib ibn Abdul Latif ibn Abdullah al-Minankabawi (Sumatra Barat), Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang (Jawa Timur), Sayyid Utsman ibn ‘Aqil ibn Yahya Betawi (DKI Jakarta), Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani (Banten), Tuan guru Kisa-i’ Minankabawi (atau namanya Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh). Di antara karyanya adalah Al-Futuhatul Islamiyyah; Tarikh Duwalul Islamiyyah; Khulasatul Kalam fi Umuri Baladil Haram; Al-Fathul Muibn fi Fadhoil Khulafa ar-Rasyidin; Ad-Durarus Saniyyah fi raddi ‘alal Wahhabiyyah; Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib; Tanbihul Ghafilin Mukhtasar Minhajul ‘Abidin; Hasyiah Matan Samarqandi; Risalah al-Isti`araat; Risalah I’raab Ja-a Zaidun; Risalah al-Bayyinaat; Risalah fi Fadhoilis Sholah; Shirathun Nabawiyyah; Syarah Ajrumiyyah; Fathul Jawad al-Mannan; Al-Fawaiduz Zainiyyah Syarah Alfiyyah as-Suyuthi; Manhalul ‘Athsyaan. Wafat di Madinah al Munawarah tahun 1304/1886.
[7] Ahmad Zaini Dahlan, Umara’ al Balad al Haram, (Beirut: al Dar al Muttahidah li an-Nasyr), hal. 297-298
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)