Saya lihat ada beberapa kejanggalan dalam
fitnah Allan Nairn terhadap Prabowo. Pertama, Jika Prabowo tidak merasa
menghina Gus Dur, dan Gus Dur tidak merasa dihina Prabowo, itulah
kenyataannya. Aneh jika kita percaya pada wartawan AS Allan Nairn yang
jauh di sana. Jika Prabowo menghina Gus Dur, tentu Gus Dur dan orang2
dekatnya akan segera tahu. Tak mungkin Gus Dur mengatakan Prabowo
sebagai orang yang paling ikhlas dan minta rakyat Indonesia untuk
mendukung dan memilih Prabowo dan Gerindra pada tahun 2009. Jika benar
Prabowo menghina Gus Dur, tentu militer seperti Wiranto dan
Hendropriyono yang merupakan pakar intelijen Indonesia segera
memanfaatkan penghinaan ini untuk menghantam Prabowo. Inilah yang
namanya fitnah.
AS sudah kehabisan akal sehingga memakai
segala agen dan alatnya dari Dubes AS, majalah AS seperti Time dan juga
wartawan AS Allan Nairn, dan juga jurnalis pro AS seperti Gunawan
Mohamad di Indonesia.
Banyak orang
berkata Allan Nairn ini menghantam TNI Indonesia. Sebetulnya kurang
tepat. Yang dihantam Allan Nairn itu adalah Indonesia. Bukan sekedar TNI
Indonesia saja. Allan Nairn itu adalah satu agen AS untuk melemahkan
Indonesia. Jika Indonesia lemah, tentu perusahaan2 MNC AS seperti
Freeport, Chevron, Exxon, dsb leluasa menguras kekayaan alam Indonesia.
Dengan diterjemahkannya tulisan Allan
Nairn tentang Prabowo ke dalam bahasa Indonesia, kita tahu Allan ini
bertujuan mempengaruhi rakyat Indonesia agar rakyat Indonesia
mengalihkan dukungannya ke Capres Boneka.
Allan Nairn ini katanya jurnalis AS yang
anti TNI. Sehingga dikabarkan dia pernah dipukuli TNI secara parah dan
tentunya sulit masuk ke Indonesia. Aneh tidak dengan sulitnya masuk ke
Indonesia, Allan Nairn yang cuma 2 kali bertemu Prabowo (katanya) di
bulan Juni dan Juli 2001 mewawancarai Prabowo cuma untuk wawancara
Anonimus dan Off The Record? Anonim dan TIDAK UNTUK DISIARKAN?
Tidak mungkin seorang Jurnalis AS yang
dimusuhi TNI membahayakan jiwanya masuk ke Indonesia cuma untuk
wawancara ANONIM dan TIDAK UNTUK DISIARKAN. Lihat:
Allan Nairn: In June and July, 2001 I had two long meetings with Prabowo.
We met at his corporate office in Mega Kuningan, Jakarta.
I offered Prabowo anonymity.
I was looking into recent murders
apparently involving the Indonesian army, and was hoping that if he
could speak off-the-record General Prabowo might divulge details.
Kemudian kita lihat ucapannya:
Kini Gus Dur seringkali dikenang dengan sukacita. Bahkan kampanye Prabowo pun memanfaatkan rekaman video pembicaraan Gus Dur.
Tulisan Allan Nairn di atas menunjukkan
Allan Nairn punya hubungan dengan para pendukung Jokowi di Indonesia.
Soal video pembicaraan Gus Dur dukung Prabowo, rakyat Indonesia saja
tidak tahu banyak. Tentu agen2 AS di sini menginformasikannya kepada
Allan Nairn.
Allan Nairn: Namun dalam perbincangan tersebut, di hadapan saya Prabowo tak henti-hentinya mengecam Gus Dur dan demokrasi.
Aneh tidak jika seorang jenderal yang
ingin jadi Presiden, di depan jurnalis AS TIDAK HENTI2NYA MENGECAM GUS
DUR DAN DEMOKRASI? Apa iya di depan AS Prabowo dengan bangga menyebut
dirinya: “DIKTATOR FASIS”? Bukankah itu bodoh sekali? Tidak
menggambarkan Prabowo seorang yang kecerdasannya diakui oleh gurunya dan
merupakan putra dari Begawan Ekonomi Indonesia: Prof Dr Soemitro
Djojohadikusumo. Bagi saya itu tidak masuk di akal. Apalagi menurut KH
Said Aqil Siradj, Prabowo itu dekat Gus Dur sejak kerusuhan tahun 1998.
Dan amat menghormati Gus Dur. Aqil berkali2 menemani Prabowo menemui Gus
Dur dan ngobrol dengan Gus Dur hingga larut malam.
Jika saat tahun 1998 ketika Gus Dur belum
jadi presiden saja Prabowo begitu menghormati Gus Dur, sehingga usai
pertemuan Makostrad Mei 1998 langsung menemui Gus Dur dan bertanya ke
Gus Dur: “Apa yang harus saya lakukan?”, apalagi saat Gus Dur jadi
presiden. Dengan menggunakan fikiran saja, saya tahu tulisan Allan Nairn
bahwa Prabowo menghina Gus Dur itu cuma fitnah belaka. Jika benar,
harusnya di tahun 2001 Allan langsung menulis hinaan Prabowo tsb.
Minimal tahun 2009 saat Prabowo jadi Cawapres Mega. Jadi jika tahun 2014
baru Allan “bersuara”, kok “politis” sekali? Tak bedanya dgn Jasmev
biasa:
Allan Nairn:
Mengenai Gus Dur, Prabowo mengatakan:
“Militer pun bahkan tunduk pada
presiden buta! Bayangkan! Coba lihat dia, bikin malu saja!” [“The
military even obeys a blind president! Imagine! Look at him, he’s
embarrasing!”].
“Lihat Tony Blair, Bush, Putin.
Mereka muda, ganteng—dan sekarang presiden kita buta!” [“Look at Tony
Blair, Bush, Putin. Young, ganteng (handsome) -- and we have a blind
man!”].
Prabowo menginginkan sosok yang berbeda.
Dia menyebut Jenderal Pervez Musharraf dari Pakistan.
Musharraf telah menangkap perdana
menterinya yang sipil dan mendirikan kediktatoran. Prabowo menyatakan
kekagumannya pada Musharraf.
Di tulisan di atas Prabowo kata Allan
Nairn membandingkan Gus Dur dengan Tony Blair, Bush, Putin, dan Pervez
Musharraf. Padahal mereka itu saat wawancara baru berkuasa. Artinya
belum banyak dikenal, dan popularitasnya pun belum diketahui dunia
seperti sekarang. Putin terpilih jadi presiden pada Agustus 2000, Bush
Januari 2001, dan Pervez Musharraf jadi presiden Juni 2001. Artinya
popularitas dan kehebatannya belum banyak dikenal.
Lihat bagaimana Allan Nairn “MENGANCAM” akan membongkar peranan Prabowo dalam pembunuhan Massal di Timor Timur tahun 1998:
Ini wartawan apa pemeras? Jurnalis yang
baik saat tahu kejadian di tahun 2001, tentu akan langsung menulis apa
yang dia ketahui untuk publik saat itu juga. Bukan menyembunyikannya
selama 13 tahun kemudian mengancam akan membongkarnya sekarang. Aneh
bukan?
Kita lihat lagi tulisan Allan Nairn yang lain:
Allan Nairn: Saat itu saya dan Prabowo berdiskusi panjang tentang pembantaian Santa Cruz.
Dalam pembantaian tersebut, militer Indonesia membunuh setidaknya 271 penduduk sipil.
Kejadiannya berlangsung pada 12
November 1991 di Dili, di sebelah luar area pemakaman yang dipadati
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Di tahun itu, Timor-Timur masih
merupakan wilayah yang diduduki oleh militer Indonesia.
Kebetulan saya ada di sana ketika pembantaian itu terjadi. Saya selamat.
Prabowo mengatakan kepada saya
bahwa perintah membunuh itu “goblok” [“imbecilic”]. (Dia katakan bahwa
ia sempat mengira perintah tersebut datang dari Jenderal Benny Murdani,
tapi ia sendiri tidak yakin.)
Allan menulis Prabowo mengira perintah
pembunuhan datang dari Jenderal Benny Murdani. Tapi ia sendiri tidak
yakin. Aneh tidak? Sebagai wartawan perang tentu Allan Nairn tahu
pepatah “Tidak ada prajurit yang salah. Yang ada adalah Komandan yang
salah”. Prajurit sekedar melaksanakan perintah komandannya. Tidak
mungkin Prabowo tidak tahu siapa yang menyuruh. Tentu tahu yaitu
Jenderal Benny Murdani yang merupakan Panglima ABRI yang merangkap
sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dan juga Pangkopkamtib. LB
Moerdani adalah satu2nya Jenderal yang memegang 3 posisi tertinggi
keamanan di Indonesia di bawah Presiden Soeharto. Jadi darimana lagi
perintah tsb datang jika bukan dari Moerdani?
Namun karena LB Moerdani ini adalah
jenderal AS, maka Moerdani aman dari gangguan “Jurnalis” macam Allan
Nairn ini. Harusnya Allan menginvestigasi sepak terjang LB Moerdani
dalam pembantaian di Timtim. Allan Nairn pun harusnya membongkar sepak
terjang Wiranto dalam kerusuhan di Timtim di mana PBB sempat menyebut
Wiranto sebagai pelanggar HAM di Timtim. Tapi kenapa Allan tidak
menyerang Wiranto? Jelas kelakuan Allan Nairn ini tidak jauh beda dengan
Jasmev di Indonesia.
Keberatan Prabowo bukan pada
kenyataan bahwa militer Indonesia telah membunuh warga sipil, tapi pada
fakta bahwa pembunuhan tersebut dilakukan di hadapan saya dan
saksi-saksi lainnya yang bisa melaporkan kasus tersebut dan menggerakan
suara dunia internasional.
Apa ia Prabowo ngomong sebodoh ini di depan wartawan AS: Allan Nairn?
Allan Nairn: “Santa Cruz
mematikan kami secara politis!” suara Prabowo meninggi. “Di situlah
kekalahan kami” [“Santa Cruz killed us politically!,” Prabowo exclained.
“It was the defeat!”].
“Anda tidak semestinya membunuh
warga sipil di depan pers internasional,” ujar Jenderal Prabowo.
“Komandan-komandan itu bisa saja membantai di desa-desa terpencil
sehingga tak diketahui siapapun, tapi bukan di ibukota provinsi!” [“You
don’t massacre civilians in front of the world press,” General Prabowo
said. “Maybe commanders do it in villages where no one will ever know,
but not in the provincial capital!”].
Rasanya Allan Nairn menggunakan imajinasinya untuk menulis hal tsb… :)
Lihat bagaimana Allan Nairn menuduh
Kopassus yang membebaskan 10 warga sipil dari penculikan pemberontak
bersenjata OPM sebagai pelaku kejahatan. Padahal sebelumnya OPM sudah
membunuh 2 orang warga sipil. Di mata Allan Nairn ini, Prabowo / TNI
dianggap selalu salah. Penjahat. Meski mereka membebaskan 10 warga sipil
dari penculikan OPM:
Allan Nairn: Seiring Suharto
terus menaikkan pangkat Prabowo, komando-komando sang jenderal kian
nyata jejaknya dalam sejumlah pembantaian massal lainnya. Salah satunya
adalah pembantaian massal di Papua Barat. Dalam kasus tersebut, para
anak buah Prabowo menyamar sebagai anggota Palang Merah Internasional
(ICRC). Operasi rahasia ini juga terdengar sampai Jakarta, kota dimana
mereka menghilangkan aktivis-aktivis pro-demokrasi.
http://www.allannairn.org/2014/06/apa-saya-cukup-punya-nyali-tanya.html
Lihat sumber lain di CNN yang menyatakan
Prabowo tidak bersalah pada pembunuhan di Santa Cruz, Craras, dsb.
Bahkan ada 1 kejadian di mana saat pembunuhan terjadi, Prabowo sedang
diwawancarai Asia Week di Malaysia:
Image Of Evil
Prabowo’s refracted reputation for ruthlessness in East Timor
By JOSE MANUEL TESORO
What is the reality? I looked
into one incident in which Prabowo was reportedly involved: a massacre
of villagers in Craras, in Viqueque regency, southeast of Dili.
According to a special forces officer, who asked not to be named, Craras
was razed on Aug. 3, 1983, in retaliation for the murders of Indonesian
engineers by Fretilin in the village. Prabowo’s unit, to which this
officer belonged, did not arrive in East Timor until three days after
the incident. Sent to Craras, they came across more than 30 survivors,
mostly women and children. He says Prabowo gave them red-and-white
banners – the Indonesian colors – and a letter to present to the area’s
commander. His unit then escorted the group as far as a river crossing.
The officer says he does not know what happened to them afterwards, but
information obtained elsewhere suggests they were killed by another
Indonesian unit.
Many of the beliefs about Prabowo
do not quite fit with the facts. He has been linked with the 1991 Santa
Cruz cemetery massacre, but he was not even in East Timor at the time;
what’s more, he was serving in Kostrad, rather than Kopassus (the
special forces group that deals with intelligence and
counterinsurgency). Last September, rumors were rife that Prabowo was in
West Timor advising pro-Indonesia militias, but he was in fact in
Malaysia being interviewed by Asiaweek.
http://www-cgi.cnn.com/ASIANOW/asiaweek/magazine/2000/0303/cs.etimor.html
Saksi hidup Kerusuhan Mei 1998. KH Said Aqil Siradj selaku Wakil
Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta di mana Ketuanya adalah Marzuki
Darusman, dan anggotanya Bambang Widjojanto (KPK) menyimpulkan Prabowo
tidak bersalah dan bukan Dalang Kerusuhan. Dan Prabowo bersedia
dikorbankan karena itu. Itulah sebabnya Gus Dur bilang Prabowo itu
paling ikhlas.
Dalang sebenarnya justru tidak mau mengaku. Hebat sekali jika ada orang
yang tidak masuk Tim TGPF tapi dengan yakin mengatakan Prabowo bersalah
melanggar HAM dsb.
Said mengatakan Prabowo terbebas dari berbagai tuduhan pelanggaran
HAM. Ini mengacu pada hasil kesimpulan Tim Pencari Fakta (TPGF) yang
pernah dibentuk.
“Saya waktu itu Wakil Ketua TPGF. Ketuanya Pak Marzuki Darusman.
Wakilnya saya. Anggotanya Bambang Widjojanto, Ketua LBH waktu itu. Hakim
Garuda Nusantara, ibu Nursyahbani. Kesimpulannya, Pak Prabowo bukan
dalang kerusuhan,” jelasnya.
Ketua PBNU: Prabowo Tak Terlibat Kerusuhan Mei 1998
VIVAnews – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj
mengungkapkan calon presiden Prabowo Subianto adalah orang yang paling
dekat dengan NU. Kedekatan Prabowo semakin erat pada masa awal
reformasi.
“Kedekatan Prabowo dengan Gus Dur ketika masa-masa ribut reformasi
itu. Prabowo sering berkunjung ke Gus Dur,” ujar Said di lapangan Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulama Khas Kempek, Paliaman, Cirebon, Jawa Barat,
Jumat 27 Juni 2014. Gus Dur atau Abdurrahman Wahid merupakan mantan
Presiden RI dan juga tokoh NU.
Said mengatakan, pertemuan Prabowo dengan Gus Dur sering dilakukan
pada malam hari di kediaman Gus Dur. Pertemuan yang sifatnya informal
sering dihadiri dengan beberapa tokoh NU lain, seperti Muhaimin Iskandar
dan Syaifullah Yusuf.
“Sampai Gus Dur mengatakan orang paling ikhlas untuk bangsa ini
adalah Prabowo. Artinya apa, dia siap berkorban. Siap dilengserkan dari
pangkostrad, siap dicabut dari kedudukannya. Sebab kalau bukan dia siapa
lagi tumbalnya,” kata Said.
Selain itu, Said meyakinkan bahwa Prabowo sadar dengan apa yang dia
pilih. Prabowo, kata Said, rela menjadi “tumbal” jenderal-jenderal
lainnya pada peristiwa 1998. “Maka beliau siap menerima itu,” katanya.
Bahkan, Said mengatakan Prabowo terbebas dari berbagai tuduhan
pelanggaran HAM. Ini mengacu pada hasil kesimpulan Tim Pencari Fakta
(TPGF) yang pernah dibentuk.
“Saya waktu itu Wakil Ketua TPGF. Ketuanya Pak Marzuki Darusman.
Wakilnya saya. Anggotanya Bambang Widjojanto, Ketua LBH waktu itu. Hakim
Garuda Nusantara, ibu Nursyahbani. Kesimpulannya, Pak Prabowo bukan
dalang kerusuhan,” jelasnya.
Mengenai pernyataan Wiranto yang membeberkan dokumen Dewan Kehormatan
Militer (DKP), Said hanya menjawab singkat. “Beda dengan kesimpulan tim
pencari fakta lah. Saya sebagai Wakil Ketua TPGF kerusuhan Mei 1998.
Kesimpulannya Pak Prabowo tidak ikut campur sama sekali,” tegasnya.
http://politik.news.viva.co.id/news/read/516566-ketua-pbnu–prabowo-tak-terlibat-kerusuhan-mei-1998
Apakah kita percaya pada Allan Nairn si tukang fitnah atau Gus Dur?
Lihat video Gus Dur mendukung Prabowo dan memuji Prabowo sebagai orang
yang paling ikhlas:
http://www.youtube.com/watch?v=myiYm28-Gt4
Bukan cuma Gus Dur yang membela Prabowo. Tapi juga banyak tokoh
lainnya seperti KH Said Aqil Siradj, Emha Ainun Najib, Aa Gm, Ratna
Sarumpaet, tsb. Mereka lebih layak dipercaya daripada Allan Nairn.
Silahkan lihat:
http://infoindonesiakita.com/2014/06/14/video-gus-dur-ratna-sarumpaet-dan-moenir-tentang-prabowo/
Gus Dur, Emha dan Korban 1998 Dukung Prabowo
http://infoindonesiakita.com/2014/05/15/gus-dur-emha-dan-korban-1998-dukung-prabowo/
Prestasi Prabowo Subianto
http://infoindonesiakita.com/2014/06/05/prestasi-prabowo-subianto/
Agus Nizami
Blogger Indonesia
“Apa saya cukup punya nyali,” tanya Prabowo, “apa saya siap jika disebut ‘diktator fasis’?”
News: “Do I have the guts,” Prabowo asked, “am I ready to be called a fascist dictator?”
http://www.allannairn.org/2014/06/news-do-i-have-guts-prabowo-asked-am-i.html