Ada seseorang yang bernama Abu Almudoffar, dia ngrim sesuatu di inbok saya, ini yang dia kirim
• QIYAS.
Mereka berkata: “sesungguhnya tawassul dengan Dzat dzat solihin atau dengan Jah Jahnya itu boleh dan di syari`atkan, sebab itu berdasar atas kenyataan yang terjadi dalam hal kebutuhan di alam ini, sebab kalau seseorang dari kita kalau dia mempunyai kebutuhan/keperluan kepada pembesar kerajaan dan mentri mentri, maka dia tidak bisa pergi ke sana secara langsung, tapi kita mencari orang yang tau dan keadaannya dekat kepada pembesar pembesar itu, maka kita menjadikan dia penengan/wasitoh antara kita dengan mereka, maka kalau kita melakukan itu maka mereka mengbulkan permintaan kita, Dan perkara ini sama keadaannya apa yang terjadi antara kita dengan Allah swt. Sebab Allah pembesarnya segala pembesar, agungnya segala keagungan, dan kita pendosa pendosa dan tukang maksiat, yang jauh dari sisi Allah di sebabkan itu, maka at situ tidak layak kita berdoa kepada Allah swt secara langsung, sebab kita takut di tolak dan hanya tangan hampa, maka dengan itu kita bersandar pada para solhiin dan nabi nabi dan auliya auliya, dikernakan kedekatan mereka dengan Allah swt. Dan kami bertawassul dengan Jah Jah/kedudukan mereka, dan hak-haknya, maka sebab itu Allah mengabulkan doa kita atas dasar qiyas itu”. Na`udzubillah,.
Lihat di 40 masalah agama, si rojuddin abbas, lupa saya halamannya tapi ada di bab tawassul, dan di buku ahlu bid`ah lainnya.
KECELAKAAN-KECELAKAN :
1. Itu sebagai qiyas tamsil yang mengandung menyerupakan Allah dengan makluknya, dan itu sebagai ke doliman/kemusyrikan yang nyata dan fatal dan tidak akan samar akan kepedihan balasannya, sebab Allah SWT sebagai pencipta makluk makluk, yang mengatur langit dan bumi, ahkamul haakimiin, a`dalul a`diliin/adil di atas keadilan, dan kalau di samakan adilnya Allah dengan keadilan manusia walau dengan orang yang paling taqwa atau sebaik baik ibadahnya manusia, maka sudah pasti itu sebagai kemusyrikan dan kekafiran yang nyata.
Terus bagaimana kalau menyamakan Allah dengan orang orang dolim dari raja-raja yang berbuat semena mena di mana mereka menghukumi dengan tidak adil, dan atas kemaslahatan rakyat, mereka tidak peduli.
Maka atas QIYAS sesat di atas, Allah telah melarangnya dan mengharamkannya, qola ta`ala :
” (( ﻓﻼ ﺗﻀﺮﺑﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻷﻣﺜﺎﻝ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻌﻠﻢ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻻ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ(( ﺍﻟﻨﺤﻞ : 73)
Berkata Ibnu jauzi rh, atas tafsir ayat itu :
” ﺃﻯ: ﻻ ﺗﺸﺒﻬﻮﻩ ﺑﺨﻠﻘﻪ؛ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺸﺒﻪ ﺷﻴﺌﺎ؛ ﻭﻻ ﻳﺸﺒﻬﻪ ﺷﻴﺊ..... ﻭﻳﻌﻠﻢ ﺧﻄﺄ ﻣﺎ ﺗﻀﺮﺑﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﺜﺎﻝ؛ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻻ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ ﺻﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺧﻄﺎﺋﻪ "
“yaitu: janganlah kalian menyerupakan Allah dengan makluknya, karena tidak ada yang serupa dengan Allah suatu apapun, dan tidak ada yang merupainya seuatu apapun, dan Dia mengetahui kesalahan apa yang kalian perumpamakan, dan kalian tidak mengetahi atau tidaknya apa yang kalian perumpamakan,.”. lihat ( jadul
masiir 4/471 )
Dan juga ibnu katsir berkata tentang tafsir ayat ini:”" ﺃﻯ: ﻻ ﺗﺠﻌﻠﻮﺍ ﻟﻪ ﺃﻧﺪﺍﺩﺍ ﻭ ﺃﺷﺒﺎﺑﺎ ﻭﺃﻣﺜﺎﻻ" dan
janganlah kalian menjadikan Allahsekutu bagiaNya dan juga
penyerupaan dan juga permisalan”,. Lihat (tafsiir alquran al `adiim 2/897)
Dan Allah swt berfirman :
((ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻴﺊ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺴﻤﻴﻊ
ﺍﻟﺒﺼﻴﺮ) . (( ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ 11: ).
“tidak ada yang serupa dengan Allah dan Dia maha medengar lagi maha malihat”. Berkata sayaikul islam ibnu Taimiyyah:” barang siapa yang menetapkan akan wasait/pelantara antara Allah dan makluknya – seperti ajudan antara raja dan rakyat rakyatnya- sekira kira ke adaan mereka sebagai penyampai semua keperluan makluk maklukNya, seperti perkataan ini “bahwa Allah memberi petunjuk dan membari rijqi hamba hambanya dengan melalui makluknya, dan manusia meminta pada yang lain dan merka meminta kepada Allah, seperti ajudan di kerajaan, mereka meminta ajudan itu untuk menjadi pelantara apa bila mereka (rakyatnya) mempunyai kebutuhan kepada sang raja, di sebabkan kedekannya diadengan raja, dan rakyatnya melakukan itu sebagai ta`dduban/sopan santun, dan tidak etis kalau langsung datang ke raja”. Syaik berkata:” barang siapa yang menetapkan akan adanya pelantara antara Allah dengan makukan dalam hal ini, maka dia KAFIR DAN MUSYRIK, WAJIB DI SURUH TOBAT KALAU TIDAK, MAKA DI BUNUH>. Lihat (majmu` lafatwa 1/126). Intaha tlsn si mudoffar, Saya jwb di group ini aja supaya terbongkar kebodohan wahabi.
Jawaban saya :
1. KH. Sirojuddin abbas mengatakan di atas dengan kalimat QIYAS, dan apa yang beliau katakan dengan QIYAS di atas itu adalah kebenaran haqiqi ?
Adapun tuduhan wahabi mengatakan bahwa KH. Sirajuddin memisalkan Allah atau menyerupakan Allah dengan makhluq karena QIYAS diatas, itu adalah tuduhan dusta dan mengada, dan tuduhan orang yang ilmu nya DANGKAL.
Dalam ilmu fiqh, huruf KAF ( hrf jar ) ini mempunyai beberapa makna,
Ada KAF itu :
1. Lit tamtsil ( memisalkan ) seandainya KH Sirajuddin mengatakan aku misalkan, maka boleh kita tuduh bahwa KH. Sirajuddin memisalkan Allah dengan makhluqNya
2. Lit tasybih ( menyamakan ) seandainya KH. Sirajuddin mengatakan : Aku sama kan, maka boleh kita tuduh bahwa KH. Sirajuddin menyamakan Allah dengan makhluqNya.
3. Lit tanzhir ( perbandingan ) di atas KH. Sirajuddin ada membandingkan Allah , tapi perbandingan itu malahan menjadikan Allah raja diatas raja, tiada tanding.
4. Lil qiyas ( mengqiyaskan ) Kh. Sirajuddin cuma sekedar mengqiyaskan secara aula, artinya dengan makhluq aja harus lewat perantara, lebih AULA lagi dengan Allah.
Jadi qiyas beliau ini sama skali tidak ada hubungannya dengan qaul ibnu taimiyah yang dicopas mudoffar di atas.
Bahkan wahabi lah yang menyerupakan Allah dengan makhluqNya yang punya tempat, punya tangan, wajah, tertawa, turun kebawah, dll.
5. Lil muqabalah
6. Liz ziyadah dan kaf kaf yang bermakna huruf jar lainnya seperti yang dikitab-kitab nahwu, maupun balagah.
Jadi sudah jelas didepan mata kita, wahabi salafi saking bodohnya tidak bisa membedakan makna KAF, padahal ini cuma pelajaran kelas 4 madrasah awaliah, gkgkgkgk...
Senin, 13 Februari 2012
CATATAN KAKI DI INBOX FB SAYA TENTANG QIYAS
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Anda sopan kamipun segan :)